Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

101/291

Kebangkitan

Kebangkitan orang mati merupakan salah satu tema klimaks dari eskatologi kenabian. 54 Meskipun bukan tema yang mudah menyebar dalam Perjanjian Lama, bagian-bagian seperti Yesaya 26:19; Hosea 6: 2; Yehezkiel 37: 1—14; dan Daniel 12: 2,13 dengan jelas menunjukkan bahwa kepercayaan akan kebangkitan adalah bagian dari pekabaran kenabian. 55 Bahkan jika dalam beberapa kasus kebangkitan menunjukkan pemulihan nasional daripada membangkitkan seseorang dari kematian, fakta tetap bahwa para nabi menegaskan Allah memiliki kuasa untuk membangkitkan orang dari kematian dan karenanya kematian dapat diatasi. Untuk alasan ini mereka dapat membayangkan kebangkitan dalam istilah nasional dan individual. Meskipun beberapa episode yang melibatkan kebangkitan pada para nabi sebelumnya (lihat 1 Raj. 17: 17—24; 2 Raj. 4: 31—37; 13: 20, 21) memberikan latar belakang kanonik bagi iman kebangkitan kepada para nabi, kita perlu mengenali kehadiran konsep ini dalam teks-teks non-alkitabiah dari Timur Dekat kuno untuk menempatkan pekabaran kenabian terhadap latar belakang yang lebih besar. 56 KN 156.1

Seperti yang dibuktikan dalam literatur Ugarit (1400—1200 SM), kepercayaan akan kematian dan kebangkitan dewa Baal dikenal di Kanaan kuno. Menurut siklus teks Baal, Baal mengalami kebangkitan musiman setelah terbunuh oleh Mot (kematian). 57 Konsep serupa dibuktikan dalam Mesopotamia yang sekarat dan bangkitnya Tammuz/Dumuzi. 58 Dalam sebuah fragmen teks dari Ugarit, kemungkinan diadaptasi dari aslinya Mesopotamia, seseorang mengatakan: “Saudariku menaburiku dengan minyak (?) yang baik dari pemerasan. Sampai Tuhan mengangkat kepalaku, dan menghidupkanku kembali dari kematian, sampai Marduk mengangkat kepalaku dan menghidupkanku dari kematian.” 59 Orang Het tampaknya juga menganut gagasan bahwa—selain kaisar menjadi dewa setelah kematiannya—mungkin ada kebangkitan pribadi untuk raja bawahan, seperti dalam ungkapan “Engkau telah membangunkan aku untuk hidup,” yang meskipun kiasan tampaknya memiliki latar belakang dalam beberapa gagasan tentang kebangkitan. 60 Di Mesir, gagasan serupa muncul terutama sehubungan dengan dewa Osiris. 61 KN 156.2

Jadi, ketika para nabi mengumumkan harapan kebangkitan, mereka tidak memproklamirkan gagasan yang benar-benar baru, tetapi membingkai ulang dan memfokuskan kembali harapan lama dalam kerangka wahyu Allah, yang dengannya Allah Yang Mahakuasa mampu mengatasi kematian. Ini tidak terjadi dengan beberapa dewa yang digambarkan dalam mitos Timur Dekat kuno. Dewa-dewa semacam itu tidak pernah dapat mengklaim kemahakuasaan, karena mereka tunduk pada kekuatan impersonal dari kosmos. 62 Selain itu, beberapa dewa Timur Dekat kuno dapat mengalami kematian dan kelahiran kembali sesuai dengan vegetasi siklus musiman. Lebih jauh, teks-teks Timur Dekat kuno menggambarkan sebagian besar kebangkitan sebagai hak istimewa para dewa dan raja (ada sedikit bukti bahwa orang-orang biasa dapat mengalami kebangkitan). 63 Sebaliknya, para nabi menyajikan kebangkitan sebagai harapan bagi bangsa (misalnya, Yeh. 37) dan untuk individu juga (misalnya, Dan. 12:2) . Menurut kesaksian kenabian, kebangkitan dan kehidupan di luar kubur bukanlah hak istimewa untuk diberikan kepada dewa dan raja, tetapi harapan yang ditawarkan kepada semua. KN 157.1