Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

90/291

Nubuatan tentang Israel

Sementara banyak nubuatan Perjanjian Lama menyangkut masa depan Israel, baik janji maupun peringatan, seperti halnya bangsa-bangsa lain (mis., orang Kanaan dalam Kejadian 15: 16 dan orang-orang Niniwe dalam Yunus 3: 4—10), tergantung pada tanggapan mereka terhadap Firman Allah (lihat Yer. 18: 7—10; bdk. Yer. 7: 23). Dimulai dengan Abraham dan ditegaskan kembali kepada Ishak dan Yakub, janji-janji Allah kepada Israel dapat diringkas dalam hal pemberian tanah, keturunan yang tak terhitung jumlahnya, dan peran mereka sebagai berkat bagi bangsa-bangsa (Kej. 12: 1—3; 15: 8; 17: 7, 8; 26: 2—5; 28: 13—15). Namun, janji-janji ini tidak dapat dipisahkan dari alasan keberadaan Israel—untuk menyembah Allah (Kel 4:22) dan untuk menjadi bangsa yang kudus (Kel. 19:4—6). Menurut Paulus, meskipun panggilan Israel tidak bersyarat (Rm. 11: 1, 29) mereka yang terus menjadi umat milik Allah bergantung pada tanggapan mereka terhadap Yesus (ayat22, 23; bdk. Hos. 1:9, 10).56 Sebagaimana Perjanjian Lama memperjelas, negeri itu tidak pernah sepenuhnya menjadi milik Israel; itu adalah negeri Allah (Hos. 9:3; Yer. 2: 7), negeri suci (Mzm. 78:54), dan, oleh karena itu, harus memelihara Sabat setiap tujuh tahun dan tidak dapat dijual secara permanen (Im. 25:2, 23). Israel yang tersisa di negeri itu tergantung pada kepatuhan. Kalau tidak, itu akan (dan) dimakan pedang dalam pemberontakan mereka(Yes. 1: 19, 20; Yer. 7: 3-15).57 KN 138.2

Dengan demikian, kembalinya Israel ke tanah itu juga menyiratkan kemba-linya rohani kepada Tuhan (Yes. 10:20, 21; Yer. 23:5-8; bdk. Yeh. 37). Seperti yang telah kita lihat, aspek penting dari misi Hamba dalam kitab Yesaya adalah untuk membawa ini kembali kepada Allah. Kembalinya seperti itu, Yesus mencapai melalui pengumpulan “kawanan kecil” (Luk. 12: 32) atau yang sisa (Rm. 9: 27; 11: 5) dari Israel berdasarkan tanggapan mereka kepada-Nya. 58 Menurut para nabi, Israel yang baru dibangun kembali itu akan mengajar semua bangsa (Yes. 2:2-4; Mal. 1: 11) dan mencakup semua bangsa (Yes. 66: 19, 20; Za. 8:20—23) . KN 139.1

Para penulis Perjanjian Baru menyaksikan Israel yang lebih inklusif ini, di mana “tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani... karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji” (Gal. 3: 28, 29; bdk. Rm. 9: 6). Dengan demikian Paulus dapat berbicara tentang “Israel milik Allah” (Gal. 6: 16) dan sunat sebagai “masalah hati” (Rm. 2: 29), milik mereka yang “bermegah dalam Kristus Yesus” (Flp. 3:3) ; Petrus dapat berbicara tentang orang Kristen sebagai “imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Ptr. 2:9; bdk. Kel. 19: 6) ; dan Yohanes dapat menulis tentang orang-orang yang dahinya tertulis nama Bapa dan Anak Domba (Why. 14: 1) berbeda dengan “mereka yang mengatakan bahwa mereka adalah orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian” (Why. 2: 9; 3: 9). Gambaran yang jelas menggambarkan Israel yang baru dan bersatu ini muncul di sepanjang Perjanjian Baru: satu kawanan domba dan satu Gembala (Yoh. 10: 16); satu pohon zaitun (Rm. 11); satu bait rohani (Ef. 2); satu perawan eskatologis (Why. 12)—membatasi semua gambaran ini adalah penglihatan Yohanes tentang Yerusalem Baru yang memiliki nama 12 suku yang tertulis di pintu gerbang dan nama-nama 12 rasul tertulis di atas fondasinya (Why. 21: 12, 14). KN 139.2