Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah
Paulus dan Aratus
Para ahli sepakat bahwa dalam pidatonya tentang Areopagus di Athena, Paulus mengutip dari Stoic Aratus dari Kilikia (sekitar 315—240 SM). 51 Mungkin puisi yang terkenal adalah Fenomena, yang darinya ia kutip dalam khotbah. Puisi itu menjadi terkenal dan mencapai “popularitas abadi di luar lingkaran penyair terpelajar; puisi itu menjadi puisi yang paling banyak dibaca, setelah Iliad dan Odyssey, di zaman kuno.” 52 Bagian dari puisi yang dikutip itu berbunyi, “Kita adalah keturunannya” (Kis. 17:28, NIV). 53 Untuk menciptakan jembatan antara dia dan para pendengarnya, Paulus menjelaskan bahwa kutipannya adalah dari salah satu puisi mereka. Kata ganti “miliknya” merujuk dalam puisi Aratus kepada dewa Yunani Zeus, yang dipahami dengan cara panteistik. 54 Oleh karena itu, gagasan yang diungkapkan oleh penyair pada dasarnya adalah panteistik: 55 Kita semua memiliki yang Ilahi di dalam diri kita. Dalam khotbah Paulus mengilhami kutipan dengan makna Kristen. Sekarang “Allah” mengacu pada Bapa Yesus, Sang Pencipta, dan gagasan panteisme sama sekali tidak ada. Kita semua diciptakan oleh Allah dari satu orang (ayat 26) . Apa yang mungkin dilakukan Paulus adalah mengambil “gagasan Yunani tentang ‘percikan makhluk Ilahi’ di dalam diri kita sebagai terkait dengan Zeus dan berbicara tentang dijadikan sebagai anak-anak Allah oleh Sang Pencipta, menyinggung bahwa kita diciptakan menurut gambar Allah.” 56 Dia sebenarnya menggunakan “kata-kata yang sesuai dengan ajaran Kristennya.” 57 Di sini rasul, di bawah bimbingan Roh Kudus dan untuk tujuan misiologis, menggunakan beberapa pengetahuannya tentang sastra Yunani untuk mengekspresikan pesan Ilahi. Ilham Ilahi berlaku pada tingkat itu dalam pemilihan informasi. 58 KN 114.1