Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

150/291

Karunia Nubuat Selama Reformasi

Menurut Diane Watt: “Sepanjang periode abad pertengahan dan awal modern, perempuan dan laki-laki dari semua tingkatan sosial dan pendidikan menyatakan diri mereka sebagai nabi dan visioner yang diilhami oleh Allah untuk menyatakan pesan-Nya kepada orang-orang. Substansi wahyu Ilahi semacam itu mungkin bersifat doktrinal, soteriologis, apokaliptik, milenarian atau chiliastic, ortodoks atau sesat, sepenuhnya religius atau juga politis.” 2 Manifestasi wahyu kenabian dalam kasus-kasus semacam itu mengambil berbagai bentuk. Beberapa adalah nabi sebagai juru bicara untuk Allah atau atas nama Allah dan kadang-kadang dalam arti populer meramalkan masa depan; beberapa adalah mistikus dan memperoleh persekutuan khusus dengan Allah dan mereka yang wahyunya berkaitan dengan jalan kesempurnaan sementara yang lain adalah visioner dan menerima wahyu dari realitas transenden. 3 Di Prancis, Inggris, Jerman, Belanda, dan Swiss, orang-orang ini diberkahi dengan karunia nubuat yang demikian “percaya bahwa mereka dipanggil untuk mengucapkan pesan Ilahi dan bersaksi kepada dunia.” 4 KN 268.5

Para visioner Katolik dan Protestan adalah hal biasa selama masa reformasi. 5 Namun semua reformator Magisterial abad ke-16 menolak manifestasi mimpi dan penglihatan nubuat di tengah-tengah mereka dan tidak menganggap diri mereka sebagai orang yang dikaruniai karunia nubuat supernatural seperti itu. Bagi mereka karunia nubuat tidak lagi dibutuhkan setelah akhir penulisan Perjanjian Baru. Sebagian, yang membuat mereka sampai pada kesimpulan ini adalah penyalahgu-naan dan fanatisme yang dialami oleh beberapa pengikut reformasi, khususnya pengikut Thomas Müntzer, para Nabi Zwickau, dan Spiritualis St. Gallus. KN 269.1