Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah
4. Seorang Nabi adalah Menyampaikan Gambar Allah yang Benar
Tugas dan peran utama para nabi Allah adalah untuk menyampaikan gambar Allah yang benar. Para nabi melukiskan gambar Allah dengan latar belakang kontroversi besar antara yang baik dan yang jahat. Bukan gambaran mimpi sentimental tentang Allah, bukan Allah yang jauh, bukan Allah yang kejam, tiranik atau berubah-ubah, bukan Allah filsuf (Allah yang idealis, tidak bergerak, non-sejarah), tetapi Allah yang hidup, berinteraksi, emosional, menderita, campur tangan. Setan mencoba sejak awal di Taman Eden untuk mendistorsi karakter Allah, menjadikan-Nya monster (Kej. 3: 1-5) .37 Peran utama para nabi adalah mengembalikan kepada pengertian yang benar tentang Allah, karena kurangnya pengetahuan umat yang binasa (Hos. 4: 1, 6; 5: 1). Oswalt dengan tepat meringkas bahwa pemahaman para nabi “tentang Allah dan tentang manusia dan tentang dunia serta tentang makna dan tujuan pengalaman manusia, dan tentu saja tentang realitas, adalah unik.” 38 KN 25.3
Para nabi adalah pengoreksi dari gambaran yang salah tentang Allah. Mereka menyatakan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah para nabi, Allah yang penuh kasih, kebenaran, keadilan, dan kebebasan (Kej. 3:1-15; Kel. 34: 6, 7). Hanya pandangan yang benar tentang Allah yang membangkitkan respons yang benar (Rm. 2:4). Allah sudah dinyatakan dalam kitab Kejadian sebagai Allah Pencipta, Hakim, Juruselamat, Pemimpin, Penolong, Tuhan atas Sejarah, Allah Perjanjian, dan Allah pribadi. KN 26.1
Para nabi berbicara tentang pengharapan dan pemulihan. 39 Beberapa nabi membuat mukjizat besar—terutama Musa, Elia, dan Elisa, 40 tetapi yang lain tidak. Namun, poin terpenting bagi semua nabi adalah menyampaikan pesan Ilahi dengan setia. Pekabaran nubuatan ada dua—menyatakan penghakiman atau penghukuman, tetapi di sisi lain, juga pengharapan, pemulihan, dan keselamatan. 41 Pekabaran nabi sangat monoteistik dan menentang semua bentuk penyembahan berhala. Ini adalah pesan etis moralitas sejati dengan menghormati Allah, orang lain, dan diri sendiri. Mereka menuntut perilaku moral yang bertanggung jawab. Keadilan adalah kompo KN 26.2
37. Lihat artikel saya “The Nature and Definition of Sin: A Practical Study of Genesis 3: 1— 6,” dalam The Word of God for the People of God: A Tribute to the Ministry of ]ack J. Blanco, ed. Ron du Preez, Philip Samaan, and Ron Clouzet (Collegedale, Tenn.: School of Religion, Southern Adventist University, 2004), 289-306. nen kunci yang lain dari pesan mereka yang sering ditegaskan dan ditekankan. Pesan utama mereka, bagaimanapun, selalu merupakan pertobatan dan kembali kepada Tuhan (Yeh. 14:6; 18:30-32; 33: 11; Hos. 6: 1; 14: 1, 2; Yoel 2:12-14; Amos 5:4-6, 14, 15) . Mereka adalah “penjaga teokrasi” 42 yang ingin Allah memerintah dalam kehidupan setiap orang dan membiarkan Dia menjadi Allah mereka. KN 26.3
Nabi secara khusus berbicara tentang Hari Tuhan (misalnya, Yoel 1:15; 2:1, 11,31;3:14; Amos5:18; Zef. 1:14—3:1) , yang merupakan tipe untuk kedatangan Kristus yang kedua kali. Zimmerli dengan tepat menunjukkan fakta bahwa pada banyak kesempatan, kata nubuatan mengenai “hari Yahwe ... ditafsirkan sebagai fenomena yang relevan bagi seluruh dunia. 43 KN 27.1
Nabi yang benar harus membuka kedok sistem ibadat palsu seperti yang dilakukan Elia dan Daniel (1 Raj. 18: 18—39; Dan. 3: 1—30; 7:8, 24—27; 8:9—26) dan mencela nabi-nabi palsu dengan praktik mereka yang salah (Yeh. 13). Penting untuk dicatat bahwa tidak ada istilah dalam Kitab Suci Ibrani untuk nabi-nabi palsu. Septuaginta menggunakan kata pseudoprophētēs (lihat Yer. 28: 1 [= LXX 35: 1]; Yer. 29: 1,8 = [LXX 36: 1, 8]; Za. 13:2), tetapi dalam bahasa Ibrani terminologi ini tidak ada; kata nabi ‘digunakan untuk menunjuk nabi yang benar atau yang palsu. Sistem kepercayaan dan praktis mereka mengidentifikasi mereka sebagai benar atau salah. Inilah sebabnya mengapa cukup sulit di Israel untuk membedakan antara nabi yang benar dan yang palsu. Abraham Heschel dengan jelas menerangkan: “Dewa para filsuf adalah konsep yang berasal dari ide-ide abstrak; Allah para nabi berasal dari tindakan dan peristiwa.” 44 Ketika mereka mempraktikkan sihir atau ramalan (Yes. 9:19; Yer. 14:14) , mengejar dewadewa palsu dan jatuh ke dalam penyembahan berhala (Yeh. 8:6—18; 14:3—8; 20: 30—44), moralitas mereka dipertanyakan (Yer. 23: 14) , meramalkan hal-hal yang tidak terjadi (Yer. 28: 2-4, 10, 11, 15-17) , atau menyesatkan orang (UI 13: 2; 18:20; Yer. 2:8), sehingga mereka diidentifikasi sebagai hamba yang tidak setia. KN 27.2