Nasihat Bagi Sidang

30/279

Pembayaran Persepuluhan Ditentukan oleh Allah

Persembahan sukarela dan persepuluhan merupakan sumber keuangan Injil. Dari harta yang dipercayakan kepada manusia, Allah menuntut bagian tertentu-persepuluhan.7 NBS 62.6

Semua orang harus ingat bahwa tuntutan Allah kepada kita menjadi dasar setiap tuntutan lainnya. Ia mengaruniakan kepada kita dengan limpahnya, dan kontrak yang diadakannya dengan manusia ialah bahwa sepersepuluh dari miliknya akan dikembalikan kepada Allah. Dengan murahnya Tuhan mempercayakan harta-Nya kepada hamba-hamba-Nya, tetapi sepersepuluh bagian Ia mengatakan: Ini milik-Ku. Sebagaimana Allah telah mengaruniakan harta-Nya kepada manusia, demikian juga manusia harus mengembalikan dengan setia kepada Allah sepersepuluh dari segala hartanya. Aturan yang jelas ini dibuat oleh Yesus Kristus Sendiri.8 NBS 62.7

Kebenaran untuk zaman ini harus disampaikan ke pelosok-pelosok dunia yang gelap, dan pekerjaan ini dapat dimulai dari negeri sendiri. Para pengikut Kristus tidak seharusnya hidup mementingkan diri; tetapi karena dipenuhi Roh Kristus, mereka harus bekerja selaras dengan Dia.9 NBS 63.1

Pekerjaan besar yang diumumkan Yesus hendak dilakukan-Nya ketika Ia datang ke dunia ini dipercayakan-Nya kepada para pengikut-Nya di dunia ini. Ia telah memberikan kepada umat-Nya suatu rencana mengumpulkan uang yang cukup untuk menjadikan usaha ini sanggup menyokong diri sendiri. Rencana Allah dalam sistem persepuluhan sungguh indah dalam kesederhanaan dan kesamaannya. Semua orang boleh berpegang padanya dalam iman dan keberanian, karena hal itu berasal dari Tuhan. Di dalamnya disatukan kesederhanaan dan kegunaan, dan tidaklah memerlukan pengetahuan yang mendalam untuk memahami dan melakukannya. Semua orang boleh merasa bahwa mereka dapat mengambil bagian dalam memajukan pekerjaan keselamatan yang berharga itu. Setiap pria, wanita, dan orang muda boleh menjadi bendahara bagi Tuhan dan boleh menjadi perantara untuk memenuhi tuntutan atas perbendaharaan itu. Rasul mengatakan: “Hendaklah kamu masing-masing--sesuai dengan apa yang kamu peroleh--menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah.” 1 Kor. 16:2. NBS 63.2

Tujuan-tujuan besar dilaksanakan oleh sistem ini. Kalau semua orang mau menerimanya, masing-masing akan dijadikan seorang bendahara yang waspada dan setia bagi Allah, dan tidak akan kekurangan uang untuk memajukan pekerjaan besar dalam menyaringkan pekabaran amaran terakhir kepada dunia. Perbendaharaan akan penuh kalau semua orang menggunakan sistem ini, dan si pemberi tidak akan ditinggalkan lebih miskin. Oleh setiap penanaman yang mereka adakan mereka akan lebih cinta akan pekerjaan kebenaran zaman ini. Mereka akan “mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” 1 Tim. 6:19. NBS 63.3

Bila para pengerja yang tabah dan teratur melihat kecenderungan usaha mereka yang murah hati ialah menjunjung tinggi kasih kepada Allah dan sesama manusia, dan bahwa usaha mereka sendiri sedang memperluas lingkungan kegunaan mereka, maka mereka akan menyadari bahwa adalah suatu berkat yang besar bekerja sama dengan Kristus. Gereja Kristen, pada umumnya, sedang mengingkari tuntutan Allah atas mereka untuk memberi derma dari harta yang mereka miliki guna menyokong pertempuran melawan kegelapan akhlak yang sedang memenuhi dunia. Tidak pernah pekerjaan Allah dapat memperoleh kemajuan sebagaimana mestinya sampai para pengikut Kristus menjadi pengerja-pengerja yang giat dan rajin.10 Hak Istimewa untuk Bekerja-Sama dengan Allah NBS 63.4

Allah tidak bergantung kepada manusia untuk menyokong pekerjaan-Nya. Ia dapat mengirim uang langsung dari surga untuk mengisi perbendaharaan-Nya, kalau Ia melihat inilah yang terbaik bagi manusia. Sebenarnya Ia dapat merencanakan ikhtiar yang olehnya malaikat- malaikat dapat diutus untuk memasyhurkan kebenaran kepada dunia tanpa perantaraan manusia. Ia dapat menuliskan kebenaran di langit, dan dengan demikian menyatakan segala tuntutan-Nya kepada dunia dalam huruf-huruf yang hidup. Allah tidak bergantung kepada emas atau perak seseorang. Ia mengatakan: “Sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.” (Mzm. 50:10,12). Adapun keharusan kita untuk menjadi perantara dalam memajukan pekerjaan Allah, Ia telah mengaturnya dengan sengaja untuk kebaikan kita. Ia telah menghormati kita oleh menjadikan kita pengerja bersama-sama dengan Dia. Ia telah menentukan bahwa manusia diharuskan bekerja sama dalam pekerjaan-Nya, supaya mereka dapat selamanya melatih sifat kemurahan hati. NBS 63.5

Hukum akhlak menyuruh memelihara Sabat, yang bukannya menjadi beban kecuali bila hukum itu dilanggar dan mereka terikat oleh hukuman karena melanggarnya. Sistem pembayaran persepuluhan bukannya menjadi suatu beban bagi mereka yang tidak meninggalkan rencana itu. Sistem yang diperintahkan kepada orang Ibrani tidak dibatalkan atau dikurangi oleh Dia yang memulainya. Gantinya tidak berlaku lagi sekarang, sistem itu malah harus dilaksanakan lebih banyak dan lebih luas lagi, karena keselamatan melalui Kristus saja harus dimasyhurkan lebih luas pada zaman Kristen. NBS 64.1

Injil, yang kian meluas, menuntut persediaan yang lebih besar untuk menyokong pertempuran sesudah kematian Kristus, dan hal ini menjadikan peraturan memberi derma jauh lebih mendesak daripada di bawah pemerintahan Ibrani. Sekarang Allah menuntut pemberian yang tidak kurang, melainkan yang lebih besar daripada saat-saat yang lain dalam sejarah dunia. Prinsip yang diletakkan oleh Kristus ialah bahwa pemberian dan persembahan harus sebanding dengan terang dan berkat yang dinikmati. Ia telah mengatakan: “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut. Luk. 12:48.11 NBS 64.2

Terang sedang bersinar dengan limpahnya dari sabda Allah, dan orang-orang harus bangun dari kesempatan yang sudah dilalaikan. Bila semua orang setia dalam mengembalikan kepada Allah milik-Nya sendiri berupa persepuluhan dan persembahan, jalan akan terbuka bagi dunia untuk mendengar pekabaran untuk zaman ini. Kalau hati umat Allah dipenuhi dengan kasih bagi Kristus, kalau setiap anggota sidang diresapi benar-benar dengan roh pengorbanan diri, kalau semua orang menunjukkan kesungguh-sungguhan, maka tidak akan kekurangan dana untuk pekerjaan di dalam negeri dan luar negeri. Sumber kita akan berlipat ganda; beribu-ribu pintu kegunaan akan dibuka, dan kita harus diundang masuk. Sekiranya maksud Allah telah dilaksanakan oleh umat-Nya dalam memberikan kepada dunia pekabaran kemurahan itu, maka Kristus tentu sudah datang ke dunia ini sebelum masa ini, dan orang-orang saleh sudah disambut ke dalam kota Allah.12 NBS 64.3

Sistem pembayaran persepuluhan sudah dimulai jauh sebelum zaman Musa. Orang-orang dituntut mempersembahkan kepada Allah pemberian untuk maksud rohani sebelum sistem ter-tentu diberikan kepada Musa, malah sejak zaman Adam. Untuk memenuhi tuntutan Allah, mereka harus menunjukkan dalam persembahan mereka bahwa mereka menghargai segala kemurahan dan berkat-Nya kepada mereka. Hal ini diteruskan sepanjang generasi-generasi berikutnya, dan dilaksanakan oleh Abraham, yang memberikan persepuluhan kepada Melkisedek, imam Allah yang Mahatinggi. Prinsip yang sama berlaku pada zaman Ayub, Yakub, ketika di Betel, seorang pelarian dan pengembara yang tidak mempunyai uang, berbaring pada malam, kesepian dan sendirian, berbantalkan batu, dan di situlah ia berjanji kepada Tuhan: “Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” NBS 64.4

(Kej. 28:22). Allah tidak memaksa manusia memberi. Segala sesuatu yang mereka berikan harus dengan suka rela. Ia tidak menghendaki perbendaharaan-Nya diisi dengan persembahan tidak dengan kerelaan. NBS 64.5

Mengenai jumlah yang dituntut, Allah telah menentukan sepersepuluh dari pertambahan. Hal ini diserahkan kepada angan-angan hati dan kesediaan manusia, yang pertimbangannya dalam sistem persepuluhan ini hendaknya berdasarkan kebebasan mengambil keputusan sendiri. Dan meskipun hal ini terserah pada angan-angan hati, suatu rencana telah diletakkan dengan pasti bagi semua orang. Tidak ada paksaan sama sekali. NBS 64.6

Allah menuntut dari orang-orang pada zaman Musa untuk memberi sepersepuluh dari segala pertambahan harta mereka. Ia mempercayakan kepada mereka perkara-perkara dalam kehidupan ini, talenta-talenta yang harus dipergunakan dan dikembalikan kepada-Nya. Ia telah menuntut sepersepuluh, dan inilah tuntutan yang paling sedikit yang harus dikembalikan manusia kepadaNya. Ia mengatakan: Aku memberikan sembilan per sepuluh kepadamu, sedangkan Aku menuntut hanya sepersepuluh; itulah milik-Ku. Bila manusia menahan yang sepersepuluh itu, mereka merampok milik Allah. Persembahan karena dosa, dan persembahan syukur dituntut juga selain sepersepuluh dari pertambahan harta. NBS 64.7

Segala yang ditahan dari apa yang dituntut Allah, sepersepuluh dari pendapatan, dicatat dalam buku surga terhadap si penahan, sebagai perampokan. Hal seperti itu menipu Khaliknya; dan bila dosa kelalaian ini dihadapkan kepada mereka, tidaklah cukup bagi mereka mengubahkan kelakuan mereka dan sejak waktu itu mulai melakukan prinsip yang benar. Hal ini tidak akan memperbaiki angka yang tercatat dalam buku surga karena menggelapkan harta yang dipercayakan kepada mereka untuk dikembalikan kepada Yang Meminjamkannya. Pertobatan atas perlakuan yang tidak setia kepada Allah, dan atas sifat tidak berterima kasih yang rendah itu, dituntut Allah dari mereka. NBS 65.1

Bila umat Allah, pada zaman mana pun, telah melaksanakan rencana-Nya dengan suka hati dan kerelaan dan memenuhi tuntutan-Nya, menghormati Dia dengan harta mereka, maka lumbung mereka diisi dengan limpahnya. Tetapi bila mereka menipu Allah dalam persepuluhan dan persembahan, mereka akan menyadari bahwa mereka bukan saja menipu Dia, tetapi juga diri sendiri, karena Ia membatasi berkat-berkat-Nya kepada mereka sebanding dengan sikap mereka dalam membatasi persembahan mereka kepada-Nya.13 NBS 65.2

Orang yang bernasib sial, dan sudah bertimbun-timbun utangnya, tidak boleh menggunakan bagian Tuhan untuk membereskan utangnya kepada sesama manusia. Ia harus mempertimbangkan bahwa dalam transaksi ini ia sedang diuji, dan bahwa dalam menyimpan bagian Tuhan untuk digunakannya sendiri ia sedang menipu Si pemberi. Ia berutang kepada Allah karena segala sesuatu yang dimilikinya, tetapi ia berutang dua kali ganda bila ia menggunakan dana simpanan Tuhan untuk membayar utang kepada manusia. “Ketidaksetiaan kepada Allah” tertulis terhadap namanya dalam buku surga. Ia mempunyai suatu perhitungan yang harus dibereskannya dengan Allah karena menggunakan harta Tuhan untuk kesenangannya sendiri. Dan kurang prinsip yang ditunjukkan dalam penyalahgunaannya akan harta Allah akan dinyatakan dalam mengatur urusan-urusan yang lain. Hal itu akan kelihatan dalam segala urusan yang ada sangkut-pautnya dengan perusahaannya sendiri. Orang yang menipu Allah sedang memupuk sifat-sifat tabiat yang akan tidak memperkenankan mereka masuk ke dalam keluarga Allah di Surga.14 NBS 65.3