Membina Pendidikan Sejati
Disiplin dalam Penderitaan
Semua orang dalam dunia ini yang memberikan pelayanan sejati kepada Allah atau manusia menerima pelatihan persiapan dalam sekolah penderitaan. Semakin berat kepercayaan dan semakin tinggi pelayanan, semakin ketat ujiannya dan semakin berat disiplinnya. MPS 138.3
Pelajarilah pengalaman Yusuf dan Musa, Daniel serta Daud. Bandingkan sejarah permulaan Daud dengan sejarah Salomo, dan pikirpikirkan akibat-akibatnya. MPS 138.4
Ketika masih muda Daud bergaul akrab dengan Saul, dan ketika ia tinggal di istana serta hubungannya dengan rumah tangga raja memberinya suatu pengertian tentang kekhawatiran dan kesusahan serta kebingungan yang tersembunyi di balik kegemerlapan dan kemegahan kerajaan. Ia melihat betapa kecil nilainya kemegahan manusia untuk membawa kedamaian kepada jiwa. Dan dengan perasaan lega dan gembira ia kembali dari istana raja ke kandang, dan kawanan domba. MPS 138.5
Ketika kecemburuan Saul berkobar, yang menyebabkan ia melarikan diri ke padang gurun, Daud, yang terputus dari bantuan manusia, lebih banyak bersandar pada Allah. Ketidakpastian dan kegelisahan hidup di padang gurun, bahaya yang tidak henti-hentinya, perlunya sering melarikan diri, tabiat orang-orang yang menyertainya—yakni “...setiap orang yang berada dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati,...” (1 Samuel 22:2)—kesemuanya itu menuntut disiplin diri yang ketat. Pengalamanpengalaman ini membangkitkan dan mengembangkan kuasa untuk berhadapan dengan manusia, simpati bagi yang tertindas dan kebencian terhadap ketidakadilan. Dengan adanya tahun-tahun menunggu dan berbahaya, Daud belajar mencari hiburannya, bantuannya, dan hidupnya pada Allah. Ia mempelajari bahwa hanya oleh kuasa Allah ia dapat sampai ke takhta kerajaan; hanya dengan hikmat-Nya ia dapat memerintah dengan bijaksana. Adalah melalui pendidikan di sekolah kesukaran dan kesusahan sehingga Daud sanggup membuat catatan— walaupun kemudian ternoda oleh dosanya yang besar—sehingga ia “menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya” (Samuel 8:15). MPS 138.6
Disiplin pengalaman Daud yang mula-mula, kurang dalam pengalaman Salomo. Dalam keadaan lingkungan, dalam tabiat, dan dalam kehidupan, tampaknya ia lebih disenangi di atas semua yang lain. Mulia di masa muda, perkasa di masa dewasa, dikasihi Aliahnya, Salomo memegang tampuk pemerintahan yang menjanjikan kemakmuran dan kehormatan yang tinggi. Bangsa-bangsa kagum terhadap pengetahuan dan pengertian orang yang dikaruniai Allah dengan hikmat. Tetapi kesombongan karena kemakmuran meyebabkan perpisahan dengan Allah. Dari sukacita hubungan ilahi Salomo beralih untuk mencari kepuasan dalam kesenangan cita rasa. Mengenai pe-ngalaman ini ia mengatakan: MPS 139.1
“Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar; mendirikan bagiku rumah-rumah; menanami bagiku kebun-kebun anggur; aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan taman-taman dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan;... Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan.... Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik. Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar daripada siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem .... Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku.... Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah dilakukan orang.” MPS 139.2
“...Aku membenci hidup. ...Aku membenci segala usaha yang MPS 140.1
kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari” (Pengkhotbah 2:412,17,18). MPS 140.2
Dengan pengalamannya sendiri yang pahit, Salomo mempelajari kehampaan suatu kehidupan yang mencari kebaikan tertinggi dalam perkara-perkara duniawi. Ia mendirikan mezbah untuk dewa-dewa kafir, hanya untuk mengetahui betapa sia-sia janji dewa-dewa itu terhadap ketenteraman jiwa. MPS 140.3
Dalam tahun-tahun kemudian, ia menjadi penat dan dahaga akibat kolam bumi yang bocor, Solaiman kembali untuk minum dari mata air kehidupan. Sejarah tahun-tahun yang disia-siakannya, dengan pelajaran-pelajaran amarannya, ia dengan Roh ilham membuat menulis untuk generasi yang akan datang. Dan dengan demikian, walaupun benih yang ditaburnya dituai oleh bangsanya dalam penuaian kejahatan, pekerjaan seumur hidup Salomo tidak semunya musnah. Akhirnya bagi dia, disiplin penderitaan menyelesaikan pekerjaannya. MPS 140.4
Tetapi kemerosotan seperti itu, betapa mulia seharusnya hari-hari hidupnya sekiranya Salomo pada masa mudanya mempelajari pelajaran yang penderitaan ajarkan dalam kehidupan orang lain! MPS 140.5