Membina Pendidikan Sejati
Pasal 16— Riwayat Hidup dalam Alkitab
“Yang karena iman telah menaklukkan kerajaankerajaan, mengamalkan kebenaran,... telah beroleh kekuatan dalam kelemahan.”
Sebagai seorang pendidik tidak ada bagian Alkitab yang nilainya lebih besar daripada riwayat hidup orang yang tertulis di dalamya. Riwayat hidup itu berbeda dari yang lain karena riwayat hidup ini benarbenar terjadi dalam kehidupan. Tidak mungkin untuk pikiran yang fana membuat tafsiran yang tepat, dalam segala sesuatu, mengenai pekerjaan orang lain. Tidak ada lain kecuali Dia yang membaca hati, yang melihat motif dan kegiatan yang bersifat rahasia, yang dapat melukiskan tabiat dengan sangat tepat, atau membe- rikan gambaran yang tepat mengenai kehidupan manusia. Hanya dalam firman Allah saja terdapat penggambaran demikian. MPS 133.1
Tidak ada kebenaran yang Alkitab ajarkan dengan lebih jelas dari pada apa yang kita sebagai hasil apa adanya kita. Sampai sedemikan jauh pengalaman hidup adalah buah-buah pikiran dan perbuatan kita sendiri. MPS 134.1
“...Demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena” (Amsal 26:2) MPS 134.2
“Katakanlah berbahagia orang benar! ...Celakalah orang fasik! Malapetaka akan menimpanya, sebab mereka akan diperlakukan menurut perbuatannya sendiri” (Yesaya 3:10,11). MPS 134.3
“Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancangan mereka,...” (Yeremia 6:19). MPS 134.4
Sungguh dahsyat kebenaran ini, dan harus dicamkan dalam-dalam. Setiap perbuatan mendatangkan reaksi kepada si pelaku. Manusia harus mengakui, dalam kejahatan-kejahatan yang mengutuk hidupnya, sebagai buah penaburannya sendiri. Namun walaupun demikian kita bukan tanpa harapan. MPS 134.5
Untuk memperoleh hak kesulungan yang sudah menjadi miliknya melalui janji Allah, Yakub terpaksa menipu, dan ia menuai panen kebencian kakaknya. Selama dua puluh tahun dalam pengasingan ia sendiri ditipu dan akhirnya terpaksa mencari perlindungan dengan melarikan diri; dan ia menuai panen yang kedua, tatkala kejahatan dari tabiatnya sendiri kelihatan pada anak-anaknya—semuanya itu merupakan gambaran mengenai pembalasan atas kehidupan manusia. MPS 134.6
Tetapi Allah mengatakan: “Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapan-Ku, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan. Aku murka karena kesalahan kelobaannya. Aku menghajar dia, menyembunyikan wajah-Ku dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung.... Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat—firman Tuhan—Aku akan menyembuhkan dia!” (Yesaya 57:1619). MPS 134.7
Dalam kesukarannya, Yakub tidak kewalahan. Ia telah bertobat, ia telah berusaha untuk menebus kesalahan yang dilakukannya terhadap kakaknya. Dan ketika terancam kematian melalui amarah Esau, ia meminta pertolongan dari Allah. “Ia bergumul dengan malaikat dan menang; ia menangis dan memohon belaskasihan kepada-Nya...” “...Lalu diberkatinyalah Yakub di situ” (Hosea 12:5; Kejadian 32:29). Dalam kuasa-Nya yang besar, orang yang diampuni itu berdiri bukan lagi sebagai orang yang dilengkapi, tetapi sebagai pangeran bersama Allah. Ia bukan hanya memperoleh kelepasan dari saudaranya yang kejam, tetapi juga kelepasan dari dirinya sendiri. Kuasa kejahatan dalam tabiatnya sendiri telah rontok; tabiatnya telah diubah. MPS 134.8
Di kala senja ada sinar mengkaji riwayat hidupnya, mengakui kuasa pemeliharaan Allah—“...Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya,...” (Kejadian 48:15,16). MPS 135.1
Pengalaman yang sama terulang kembali dalam riwayat hidup anak-anak Yakub—dosa ada balasannya, dan pertobatan menghasilkan buah kebenaran dalam kehidupan. MPS 135.2
Allah tidak membatalkan hukum-hukum-Nya. Ia tidak bekerja berlawanan dengan hukum-hukum itu. Pekerjaan dosa tidak Ia tiadakan. Tetapi Ia ubahkan. Melalui kasih karunia-Nya, kutuk menghasilkan berkat. MPS 135.3
Dari antara anak-anak Yakub, Lewi adalah yang paling kejam dan suka membalas dendam, salah satu dari dua kesalahan yang paling berat ialah pembunuhan pengkhianatan terhadap orang-orang Shikhem. Sifatsifat Lewi, yang terpantul pada keturunannya, berlaku bagi mereka perintah dari Allah, “...Aku akan membagi-bagikan mereka di antara anak-anak Yakub dan menyerahkan mereka di antara anak-anak Israel” (Kejadian 49:7). Tetapi pertobatan membawa pembaruan dan melalui kesetiaan mereka kepada Allah di tengah kemurtadan sukusuku lainnya, kutukan itu diubah menjadi suatu tanda kehormatan yang paling tinggi. MPS 135.4
“...Tuhan menunjuk suku Lewi untuk mengangkut tabut perjanjian Tuhan, untuk bertugas melayani Tuhan dan untuk memberi berkat demi nama-Nya....” “Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya—pada pihak lain ketakutan—dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku. ...Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik daripada kesalahan” (Ulangan 10:8; Ma- leakhi 2:5, 6). MPS 135.5
Suku Lewi yang diangkat menjadi pelayan-pelayan bait kudus tidak menerima tanah warisan; mereka tinggal bersama-sama di kotakota yang terpisah-pisah karena pekerjaan mereka, dan menerima biaya hidup dari persepuluhan dan pemberian serta persembahan yang dipersembahkan untuk pekerjaan Allah. Mereka adalah guru-guru bangsa itu, tamu pada semua hari raya mereka, dan di mana-mana dihormati sebagai hamba dan wakil Allah. Kepada seluruh bangsa itu diberikan perintah: “Hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu.” “...Suku Lewi tidak mempunyai bagian milik pusaka bersama-sarna dengan saudara-sauda-ranya;...” (Ulangan 12: 19; 10:9). MPS 136.1