Membina Pendidikan Sejati
Pasal 9— Suatu Ilustrasi Mengenai Metode-Nya
“Aku telah menyatakan namaku kepada orang yang telah kau berikan padaku.”
Ilustrasi yang paling lengkap mengenai metode-metode Kristus sebagai seorang guru terdapat dalam pendidikan-Nya terhadap dua belas murid yang pertama. Ke atas orang-orang ini akan dipikulkan tanggung jawab yang berat. Ia telah memilih mereka sebagai orang-orang yang Ia dapat ilhami dengan Roh-Nya, dan yang dapat dilayakkan untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di bumi bilamana Ia harus meninggalkannya. Bagi mereka, di atas segala-galanya, Ia memberikan keuntungan persahabatan-Nya sendiri. Melalui pergaulan pribadi Ia meneladankan diri-Nya sendiri kepada teman-teman sekerja yang terpilih ini.”Hidup itu telah dinyatakan...,“kata Yohanes yang kekasih, “dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi...” (1 Yohanes 1:2). MPS 75.1
Hanya dengan persekutuan seperti itu—yakni persekutuan pikiran dengan pikiran, dan hati dengan hati, manusia dengan ilahi— tenaga yang menguatkan tersebut dapat disampaikan dengan pekerjaan pendidikan yang benar harus diberikan. Hanyalah kehidupan yang memperoleh kehidupan. MPS 76.1
Ketika mendidik murid-murid-Nya, Juruselamat mengikuti sistem pendidikan yang didirikan pada mula pertama. Dua belas murid yang dipilih mula-mula, dengan beberapa orang lain yang melalui pelayan terhadap keperluan mereka dari waktu ke waktu dihubungkan dengan mereka, membentuk keluarga Yesus. Mereka bersama-sama dengan Dia di dalam rumah, di meja, di kamar, di ladang. Mereka menyertai Dia dalam perjalanan-Nya, turut merasakan pencobaan dan kesukaran-Nya dan, sebagaimana adanya mereka memasuki pekerjaan-Nya. MPS 76.2
Ada kalanya Ia mengajar mereka ketika mereka duduk bersamasama di lereng gunung, kadang-kadang di tepi pantai, atau dari perahu nelayan, kadang-kadang sementara mereka dalam perjalanan. Manakala Ia berbicara pada orang banyak, murid-murid membentuk lingkaran di tengah-tengah. Mereka mendekat di sisi-Nya, supaya mereka tidak kehilangan sesuatu dari pengajaran-Nya. Mereka adalah pendengar yang penuh perhatian, ingin memahami kebenaran-kebenaran yang mereka harus ajarkan di seluruh negeri dan untuk sepanjang zaman. MPS 76.3
Murid-murid Yesus yang pertama itu dipilih dari kalangan rakyat jelata. Mereka adalah orang-orang sederhana, buta huruf, para nelayan ini dari Galilea; orang-orang yang tak bersekolah dalam ilmu dan adat kebiasaan para rabi, tetapi terlatih oleh disiplin kerja keras dalam mencari nafkah dan kesukaran. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan pribumi dan memiliki roh yang dapat diajar; orangorang yang dapat diajar dan dibentuk untuk pekerjaan Juruselamat. Dalam perjalanan kehidupan yang umum banyak kali didapati seorang pencari nafkah yang tabah menempuh babak tugas-tugasnya setiap hari, tidak menyadari kekuatan-kekuatan tersembunyi, yang apabila dibangunkan untuk bertindak, akan menempatkannya di antara pemimpin-pemimpin besar dunia. Demikianlah orang-orang yang di panggil oleh Juruselamat untuk menjadi teman-teman-Nya. Dan mereka memiliki keuntungan pendidikan tiga tahun, oleh pendidik yang terbesar yang dunia ini pernah kenal. MPS 76.4
Pada murid-murid yang pertama ini tersaji suatu keanekaragaman. Mereka akan menjadi guru-guru dunia, dan mereka secara luas menunjukkan bermacam-macam tabiat. Ada Matius Lewi, si pemungut cukai, dipanggil dari kegiatan bisnis hidup dan mengabdi pada bangsa Roma; Simon yang berani, musuh penguasa kerajaan yang tidak mengenal kompromi; Petrus, yang serta merta, mengandalkan diri, dan berhati panas, dengan Andreas saudaranya; Yudas orang Yudea, rapih, cerdas dan licik; Filipus dan Thomas, setia dan tekun, namun kurang percaya; Yakobus dan Yehuda yang kurang terkenal di antara saudarasaudara itu, tetapi orang-orang yang teguh, positif baik dalam kesa-lahan mau pun dalam kebajikan mereka; Natanael, seorang anak yang sungguh-sungguh dan percaya; dan anak-anak Zebedeus yang ambisius dan mengasihi. MPS 77.1
Untuk melaksanakan dengan sukses pekerjaan ke mana mereka telah dipanggil, murid-murid ini, yang sangat berbeda dalam sifatsifat alamiah, dalam pendidikan, dan kebiasaan-kebiasaan hidup, perlu sampai pada persatuan perasaan, pikiran dan perbuatan. Persatuan ini yang menjadi tujuan Kristus untuk dicapai. Untuk tujuan inilah Ia berusaha membawa mereka ke dalam persatuan dengan diri-Nya sendiri. Beban pekerjaan-Nya untuk mereka diungkapkan dalam doa-Nya kepada Bapa, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita..., supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. ...dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yohanes 17:21-23). MPS 77.2