Membina Pendidikan Sejati

15/55

Pasal 8— Guru yang di kirim Allah

“Pikirkan tentang Dia”

Namanya disebutkan orang: “...Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:5). MPS 65.1

Pada Guru yang dikirim Allah, surga memberikan kepada manusia yang terbaik dan yang terbesar. Ia yang berdiri dalam majelis Yang Mahatinggi, yang mendiami bilik bait suci Yang Kekal, adalah Orang yang dipilih untuk menyatakan secara pribadi kepada manusia pengetahuan tentang Allah. MPS 65.2

Melalui Kristus telah disampaikan setiap sinar terang ilahi yang pernah mencapai dunia kita yang jatuh. Ialah yang ber- bicara melalui setiap orang, yang sepanjang zaman memberitakan firman Allah kepada manusia. Dari Dia semua kenyataan paling baik pada orang-orang terbesar dan termulia di bumi dipantulkan. Kesucian dan kemurahan hati Yusuf, iman dan kelemahlembutan serta panjang sabar Musa, ketabahan Elisa, kejujuran mulia dan keteguhan Daniel, semangat dan pengorbanan diri Paulus, kekuatan mental dan rohani yang nyata pada semua orang ini, dan pada semua orang lain yang pernah tinggal di atas bumi, hanyalah kilasan dari sinar kemuliaanNya. Di dalam Dia terdapat cita-cita yang sempurna. MPS 65.3

Untuk menyatakan cita-cita ini sebagai satu-satunya standar yang benar guna hasil yang dicapai; untuk menunjukkan akan menjadi apa setiap manusia itu melalui berdiamnya ilahi pada manusia, akan menjadi apa semua orang yang menerima Dia—untuk inilah, Kristus datang ke dunia. Ia datang untuk menunjukkan bagaimana manusia harus dididik supaya layak menjadi anak-anak Allah; bagaimana mereka harus mempraktikkan prinsip-prinsip itu di bumi dan menghidupkan kehidupan surga. MPS 66.1

Pemberian Allah yang terbesar dicurahkan untuk memenuhi keperluan terbesar manusia. Terang itu muncul tatkala kegelapan dunia adalah yang paling kelam. Melalui pengajaran palsu pikiran manusia telah lama menjauh dari Allah. Dalam sistem pendidikan yang berlaku, filsafat manusia telah mengganti penyataan ilahi. Gantinya standar kebenaran yang diberikan surga, manusia telah menerima standar ciptaan mereka sendiri. Dari Terang kehidupan mereka berbelok untuk berjalan percikan-percikan api yang mereka nyalakan. MPS 66.2

Setelah berpisah dari Allah, satu-satunya pergantungan mereka adalah pada kuasa manusia, kekuatan mereka hanyalah kelemahan. Bahkan standar yang mereka dirikan sendiri tak dapat mereka raih. Keinginan terhadap keunggulan yang benar dipenuhi oleh penampilan dan profesi. Kemiripan mengganti realitas. MPS 66.3

Dari waktu ke waktu, muncul guru-guru yang mengarahkan manusia kepada Sumber kebenaran. Prinsip-prinsip yang benar diucapkan, dan kehidupan manusia menyaksikan kuasa prinsip-prinsip tersebut. Tetapi usaha-usaha ini tidak membuat kesan yang tahan lama. Ada suatu pengawasan singkat pada jalan kejahatan, tetapi arahnya yang menurun tidak tertahankan. Para pembaru ibarat terang yang bersinar dalam kegelapan; tetapi terang tersebut tidak dapat mengusir kegelapan itu. Dunia “...lebih menyukai kegelapan dari pada terang,...” (Yohanes 3:19). MPS 66.4

Ketika Kristus datang ke bumi, tampaknya manusia cepat mencapai titiknya yang paling rendah. Landasan masyarakat yang kuat dirubuhkan. Kehidupan menjadi palsu dan semu. Orang-orang Yahudi, yang kekurangan kuasa sabda Allah, memberikan kepada dunia tradisi dan spekulasi yang menawarkan hati dan mematikan jiwa. Penyembahan kepada Allah “dalam Roh dan kebenaran” telah diganti dengan memuliakan manusia dalam lingkaran upacara-upacara buatan manusia yang tidak habis-habisnya. Di seluruh dunia semua sistem agama sedang kehilangan cengkramannya atas pikiran dan jiwa. Muak dengan dongeng dan kepalsuan, berusaha untuk membenamkan pikiran, manusia berpaling kepada kedurhakaan dan kebendaan. Meninggalkan zaman yang kekal di luar perhitungan mereka, manusia hidup untuk masa sekarang saja. MPS 67.1

Ketika mereka berhenti mengakui ilahi, mereka berhenti menjunjung tinggi manusia. Kebenaran, kehormatan, kejujuran, keyakinan, pengasihan, mengundurkan diri dari bumi. Keserakahan yang tidak mengenal belas kasihan, dan ambisi yang berkobar-kobar melahirkan ketidakpercayaan menyeluruh. Gagasan tentang kewajiban, tentang kewajiban dari kekuatan sampai kelemahan, tentang martabat manusia dan hak-hak manusia, dikesampingkan sebagai suatu mimpi atau cerita dongeng. Rakyat biasa dianggap sebagai binatang beban, atau sebagai perkakas dan batu loncatan untuk ambisi. Kekayaan dan kekuatan, kemudahan dan pemanjaan diri, diusahakan sebagai barang yang tertinggi. Kemerosotan jasmani, lemahnya pikiran, kematian rohani, menandai zaman. MPS 67.2

Sebagaimana nafsu dan maksud jahat manusia menghilangkan Allah dari pikiran mereka, begitulah lupa akan Dia mencenderungkan mereka lebih kuat kepada kejahatan. Hati yang mengasihi dosa menyelimuti Dia dengan sifat-sifat dosa itu sendiri, dan gambaran ini menguatkan kuasa dosa. Cenderung untuk menyenangkan diri, manusia tiba pada menganggap Allah sama seperti diri mereka sendiri—suatu Makhluk yang tujuan-Nya adalah kemuliaan diri sendiri, yang tututantuntutan-Nya cocok dengan kesenangan Allah sendiri; suatu Makhluk yang oleh-Nya manusia diangkat ke atas atau dihempaskan ke bawah sesuai dengan bagaimana mereka ditolong atau menghindarkan maksud-Nya yang mementingkan diri. Golongan yang lebih rendah menganggap Makhluk Agung itu sebagai orang yang sukar dibedakan dari para penindas mereka, selamat dengan kuasa yang melebihi mereka. Dengan gagasan-gagasan ini setiap bentuk agama didirikan. Masingmasing merupakan sistem ketepatan. Dengan persembahan-persembahan dan upacara-upacara, para penyembah berusaha mengambil hati Ketuhanan supaya dapat memperoleh kebaikan-Nya untuk tujuan mereka sendiri. Agama seperti itu, yang tidak berkuasa atas hati atau nurani, hanyalah dapat berbentuk suatu lingkaran, di mana manusia merasa lelah, dan dari mana, kecuali untuk keuntungan seperti itu sebagaimana yang mungkin ditawarkannya, mereka rindukan supaya bebas. Begitulah kejahatan, yang tidak dikekang, bertumbuh lebih kuat, sementara penghargaan dan kerinduan terhadap hal yang baik lenyap. Manusia kehilangan citra Allah dan menerima kesan kuasa Iblis yang olehnya mereka dikendalikan. Segenap dunia telah menjadi kolam kejahatan. MPS 67.3

Hanya ada satu pengharapan bagi bangsa manusia—supaya ke dalam unsur-unsur yang penuh pertentangan dan merusak yang besar ini dapat ditaburkan ragi baru; supaya kuasa kehidupan baru dapat dibawa kepada umat manusia; supaya pengetahuan tentang Allah dapat dipulihkan kepada dunia. MPS 68.1

Kristus datang untuk memulihkan pengetahuan ini. Ia datang untuk menyingkirkan pengajaran palsu yang olehnya mereka yang mengaku mengenal Allah salah menggambarkan-Nya. Ia datang untuk menyatakan sifat hukum-Nya, untuk menyatakan keindahan kesucian itu dengan tabiat-Nya sendiri. MPS 68.2

Kristus datang ke dunia dengan himpunan kasih yang kekal. Menyapu bersih pemerasan yang memberat hukum Allah, Ia menunjukkan bahwa hukum itu adalah hukum kasih, pengungkapan Kebaikan ilahi. Ia menunjukkan bahwa dalam penurutan kepada prinsip-prinsipnya tercakup kebahagiaan umat manusia, dan bersamanya kemantapan, yakni landasan kuat dan kerangka kerja masyarakat manusia. MPS 68.3

Jadi jauh dari membuat tuntutan sewenang-wenang, hukum Allah diberikan kepada manusia sebagai pagar, sebagai tameng. Siapa saja yang menerima prinsip-prinsip-Nya akan terpelihara dari kejahatan. Kesetiaan pada Allah mencakup kesetiaan pada manusia. Jadi hukum itu menjaga hak-hak, kepribadian, setiap makhluk manusia. Hukum itu mengekang atasan supaya tidak menindas, dan bawahan supaya tidak melanggar. Hukum itu menjamin kesejahteraan manusia, baik di dunia ini mau pun di dunia yang akan datang. Bagi orang yang menurut itu adalah janji hidup yang kekal, karena hukum itu menyatakan prinsipprinsip yang tahan sampai selama-lamanya. MPS 68.4

Kristus datang untuk menunjukkan nilai prinsip-prinsip ilahi dengan menyatakan kekuatan prinsip-prinsip itu untuk pembaruan jiwa manusia. Ia datang untuk mengajarkan bagaimana prinsip-prinsip ini harus dikembangkan dan diterapkan. MPS 69.1

Dengan orang-orang pada zaman itu nilai semua hal ditentukan oleh perbuatan lahiriah. Bilamana agama merosot kuasanya, kebesarannya meningkat. Para pendidik zaman itu berusaha untuk memiliki kehormatan dengan pameran dan penarikan perhatian. Untuk semua ini kehidupan Yesus memperlihatkan perbedaan yang menyolok. Kehidupan-Nya menunjukkan bahwa perkara-perkara yang dianggap oleh manusia hal yang paling penting dalam kehidupan tidak ada harganya. Lahir di tengah-tengah lingkungan yang paling kasar, tinggal di rumah petani, dengan perongkosan seorang petani, pekerjaan sebagai tukang, menghidupkan suatu kehidupan tidak terkenal, menyamakan diri-Nya sendiri dengan para pekerja berat dunia yang tidak dikenal—di tengahtengah keadaan dan lingkungan ini—Yesus mengikuti rencana pendidikan ilahi. Sekolah-sekolah pada zaman-Nya, yang membesarkan perkara yang kecil dan mengecilkan perkara yang besar, tidak ditempuhNya. Pendidikannya diperoleh langsung dari sumber-sumber yang ditetapkan surga; dari pekerjaan yang berguna, dari mempelajari kitab suci dan alam, dan dari pengalaman-pengalaman hidup—buku-buku pelajaran Allah, penuh dengan pengajaran bagi semua orang yang membawa kepada mereka tangan yang rela, mata yang melihat, dan hati yang mengerti. MPS 69.2

“Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Lukas 2:40). MPS 69.3

Setelah siap, Ia berangkat untuk melaksanakan missi-Nya, dalam setiap saat hubungan-Nya dengan manusia memberi mereka pengaruh untuk memberkati, kuasa untuk mengubah, sebagaimana yang dunia belum pernah disaksikan. MPS 69.4

Ia yang berusaha untuk mengubah manusia harus dengan sendirinya memahami manusia. Hanya melalui simpati, iman dan kasih, manusia dapat dijangkau dan diangkat. Di sini Kristus berdiri sebagai guru besar; dari semua yang pernah tinggal di atas bumi, Ia sendiri saja yang memiliki pengertian sempurna terhadap jiwa manusia. MPS 69.5

“Kita tidak mempunyai imam besar ” —guru besar, karena imam- imam adalah guru-guru—“sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, la telah dicobai...” (Ibrani 4:15). MPS 69.6

“Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:18). MPS 70.1

Kristus sendiri mempunyai pengalaman dalam segala duka dan pencobaan yang menimpa umat manusia. Tidak ada orang lain yang dilahirkan perempuan yang ditimpa pencobaan dengan begitu dahsyat; tidak ada orang lain yang memikul beban dosa dan derita dunia yang begitu berat. Tidak ada orang lain yang memiliki simpati begitu luas atau lembut. Sebagai Orang yang ikut serta dalam semua pengalaman manusia, Ia bukan hanya dapat merasakan untuk, tetapi dengan, setiap orang yang memikul beban dan dicobai serta bergumul. MPS 70.2

Apa yang diajarkan-Nya, dihidupkan-Nya. “...Aku telah memberikan suatu teladan kata-Nya kepada murid-murid-Nya; “supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” “... Aku menuruti perintah Bapa-Ku...” (Yohanes 13:15; 15:10). Demikianlah dalam kehidupan-Nya, perkataan Kristus mempunyai gambaran dan teladan yang sempurna. Dan lebih daripada hal ini; apa yang diajarkan-Nya itulah Ia adanya. Perkataan-Nya adalah pernyataan, bukan hanya tentang pengalaman hidup-Nya sendiri, melainkan juga tentang tabiat-Nya sendiri. Ia bukan hanya mengajarkan kebenaran, melainkan Ia juga adalah kebenaran. Inilah yang memberi kuasa kepada pengajaran-Nya. MPS 70.3

Kristus adalah penegur yang setia. Tidak ada orang lain yang hidup yang sangat membenci kejahatan; tidak ada orang lain yang penolakannya terhadap kejahatan itu begitu berani. Untuk semua hal yang tidak benar dan cemar, kehadiran-Nya adalah suatu templakan. Dalam terang kesucian-Nya, manusia melihat diri mereka sendiri najis, tujuan hidup mereka kotor dan palsu. Namun Ia menarik mereka. Ia yang telah menciptakan manusia, memahami nilai kemanusiaan. Kejahatan dilawan-Nya sebagai musuh dari mereka yang Ia berusaha untuk berkati dan selamatkan. Pada setiap manusia, betapa dalam sekali pun kejatuhannya, Ia melihat seorang anak Allah, orang yang dapat diberi kesempatan kembali untuk berhubungan dengan ilahinya. MPS 70.4

“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yohanes 3:17). Memandang ke atas manusia dalam penderitaan dan kemerosotan mereka, Kristus melihat dasar untuk pengharapan di mana hanya muncul keputusasaan dan kehancuran. Di mana saja ada rasa perlu, di situ Ia melihat kesempatan untuk mengangkat. Jiwa-jiwa yang ditimpa pencobaan, yang dikalahkan, yang merasa diri mereka tersesat, yang siap untuk binasa, Ia temui, bukan dengan penolakan, melainkan dengan berkat. MPS 70.5

Kata-kata berbahagia adalah salam-Nya kepada seluruh keluarga manusia. Memandang kepada orang banyak yang berkumpul untuk mendengar Khotbah di atas Bukit, tampaknya selama sesaat Ia lupa bahwa Ia tidak berada di surga, dan Ia menggunakan salam dunia terang yang lazim. Dari bibir-Nya mengalir berkat-berkat seperti mencuatnya mata air yang telah lama dibendung. MPS 71.1

Berpaling dari orang-orang berambisi yang merasa puas dan disayangi dunia, Ia mengatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang, yang betapa pun keperluannya, mau menerima terang dan kasih-Nya. Kepada orang yang miskin, susah dan teraniaya Ia mengulurkan lengan-Nya, mengatakan, “Marilah kepada-Ku,... Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). MPS 71.2

Pada setiap manusia Ia melihat kemungkinan yang kekal. Ia melihat manusia sebagaimana seharusnya mereka dapat diubah oleh kasih karunia-Nya—dalam “kemurahan Tuhan Allah kami” (Mazmur 90:17). Memandang ke atas mereka dengan pengharapan, Ia mengilhamkan harapan. Menemui mereka dengan keyakinan, Ia mengilhami mereka dengan kepercayaan. Menyatakan dalam diri-Nya sendiri cita-cita manusia yang sejati, untuk pencapaiannya, Ia membangkitkan baik kerinduan maupun iman. Di hadapan hadirat-Nya jiwa-jiwa yang terbuang dan jatuh menyadari bahwa mereka masih tetap manusia, dan mereka ingin membuktikan diri mereka pantas untuk mendapat perhatian-Nya. Pada banyak hati yang tampaknya mati terhadap segala sesuatu yang kudus, dibangkitkan dorongan-dorongan baru. Pada banyak orang yang putus asa terbuka suatu kemungkinan hidup baru. MPS 71.3

Kristus mengikat manusia ke hati-Nya dengan ikatan kasih dan pengabdian; dan dengan ikatan yang sama Ia mengikatkan mereka kepada sesamanya manusia. Dengan Dia kasih adalah kehidupan dan kehidupan adalah pelayanan. “...Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,” kata-Nya, “karena itu berikanlah pula dengan cumacuma” (Matius 10:8). MPS 71.4

Bukan hanya di atas salib Kristus mengorbankan diri-Nya untuk manusia. Ketika Ia “... berjalan berkeliling sambil berbuat baik...” (Kisah 10:38), pengalaman setiap hari merupakan pencurahan hidup-Nya. Hanya dalam satu cara kehidupan seperti itu dapat dipelihara. Yesus hidup dengan bergantung pada Allah dan berhubungan dengan Dia. Sampai ke tempat rahasia Yang Mahatinggi, di bawah bayang-bayang Yang Mahakuasa, manusia sekarang dan seterusnya menjadi baik; mereka tinggal selama suatu ketika dan hasilnya nyata dalam perbuatanperbuatan mulia; kemudian iman mereka gagal, persekutuan terganggu dan pekerjaan seumur hidup rusak. Tetapi kehidupan Yesus adalah suatu kehidupan tetap percaya yang ditunjang oleh hubungan terus menerus; dan pelayanan-Nya untuk surga dan bumi, adalah tanpa kegagalan atau tersendat-sendat. MPS 72.1

Sebagai seorang manusia Ia memohon ke takhta Allah, sampai kemanusiaan-Nya diisi dengan arus surgawi yang menggabung kemanusiaan dan keilahian. Sambil menerima hidup dari Allah, Ia memberikan hidup kepada manusia. MPS 72.2

“...Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” (Yohanes 7:46). Hal ini benar terhadap Kristus sekiranya Ia hanya mengajar dalam bidang fisik dan intelek, atau hanya dalam hal teori dan spekulasi saja. Ia dapat membuka rahasia yang memerlukan waktu berabad-abad bekerja keras dan penyelidikan untuk menerobosinya. Ia dapat membuat anjuran-anjuran dalam bidang ilmiah yang, sampai akhir zaman, akan memberikan makanan untuk pemikiran dan rangsangan untuk penemuan. Tetapi Ia tidak melakukan hal ini. Ia tidak menga-takan apa-apa untuk memenuhi perasaan ingin tahu atau untuk merangsang ambisi mementingkan diri sendiri. Ia tidak mengurus teoriteori abstrak, tetapi mengurus apa yang penting untuk pembangunan tabiat; yang akan memperbesar kemampuan manusia untuk mengenal Allah, dan meningkatkan kuasanya untuk berbuat baik. Ia berbicara tentang kebenaran yang berkaitan dengan tingkah laku kehidupan, dan yang menyatukan manusia dengan zaman yang kekal. MPS 72.3

Gantinya memimpin orang-orang untuk mempelajari teori manusia tentang Allah, sabda-Nya, atau pekerjaan-Nya, Ia mengajar mereka untuk memandang Dia, sebagaimana yang nyata dalam perbuatanperbuatan-Nya, dalam sabda-Nya, dan dengan pemeliharaan-Nya. Ia membawa pikiran mereka untuk berhubungan dengan pikiran Yang Mahakekal. MPS 72.4

Orang “takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa” (Lukas 4:32). Belum pernah orang berbicara yang memiliki kuasa seperti itu untuk membangkitkan pemikiran, untuk menyalakan cita-cita, untuk membangkitkan setiap kemampuan tubuh, pikiran, dan jiwa. MPS 73.1

Pengajaran Kristus, sama seperti simpati-Nya, merangkul dunia. Tidak ada suatu suasana kehidupan, suatu krisis dalam pengalaman manusia, yang tidak disinggung lebih dulu dalam pengajaran-Nya, dan untuk mana prinsip-prinsipnya tidak mengandung pelajaran. Selaku Pemimpin guru-guru, perkataan-Nya akan didapati suatu pemandu bagi para teman sekerja-Nya sampai akhir zaman. MPS 73.2

Bagi Dia yang sekarang dan yang akan datang, yang dekat dan yang jauh, adalah satu. Ia melihat keperluan semua manusia. Di depan mata pikiran-Nya terbentang setiap pemandangan tentang usaha dan prestasi manusia, tentang pencobaan dan pertikaian, tentang kebingungan dan bahaya. Semua hati, semua rumah tangga, semua kesenangan dan kegembiraan dan cita-cita, diketahui-Nya. MPS 73.3

Ia berbicara bukan hanya untuk, tetapi kepada semua manusia. Kepada anak kecil, dalam kesenangan kehidupan awal; kepada hati orang muda yang rindu dan gelisah; kepada orang-orang dalam tahun kekuatan mereka, yang memikul beban tanggung jawab dan kesusahan; kepada orang-orang lanjut usia dalam kelemahan dan kelelahan mereka—kepada semua orang, pekabaran-Nya diucapkan—kepada setiap anak manusia, di setiap negeri dan dalam setiap usia. MPS 73.4

Dalam pengajaran-Nya tercakup hal-hal tentang waktu dan halhal tentang zaman kekal—hal-hal yang kelihatan, dalam kaitannya dengan hal-hal yang tidak kelihatan, peristiwa-peristiwa kehidupan umum yang sedang berlangsung dan masalah-masalah khidmat kehidupan yang akan datang. MPS 73.5

Ia menempatkan perkara-perkara kehidupan sekarang pada hubungannya yang sebenarnya, sebagai hal yang berada di bawah kepentingan kekal; tetapi Ia tidak mengabaikan kepentingan hal-hal tersebut. Ia mengajarkan bahwa surga dan bumi saling berkaitan, dan bahwa pengetahuan tentang kebenaran ilahi mempersiapkan manusia lebih baik untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban hidup setiap hari. MPS 73.6

Pada-Nya tidak ada yang tanpa tujuan. Gerak-gerik anak, pekerjaan orang dewasa, kesenangan dan kesusahan serta usaha kehidupan, semuanya adalah sarana kepada satu tujuan—penyataan Allah untuk mengangkat martabat manusia. MPS 73.7

Dari bibir-Nya sabda Allah kembali kepada hati manusia dengan kuasa baru dan arti baru. Pengajaran-Nya menyebabkan barang-barang ciptaan berdiri dalam terang baru. Di atas permukaan alam sekali lagi bertengger cahaya terang benderang yang terhapus karena dosa. Pada semua kenyataan dan pengalaman hidup diungkapkan suatu pelajaran ilahi dan kemungkinan persahabatan ilahi. Sekali lagi Allah berdiam di bumi; hati manusia menjadi sadar akan kehadiran-Nya; dunia diliputi dengan kasih-Nya. Surga turun kepada manusia. Dalam Kristus hati mereka mengakui Dia yang membukakan kepada mereka ilmu tentang zaman yang kekal. MPS 74.1

“Imanuel... Allah beserta kita.” MPS 74.2

Pada Guru yang dikirim dari Allah, bertumpulah segenap usaha pendidikan yang benar. Mengenai pekerjaan ini sekarang sebagaimana pekerjaan itu didirikan-Nya seribu delapan ratus tahun yang silam; (pernyataan ini pertama kali diterbitkan tahun 1903), Juruselamat berbicara dengan kata-kata— MPS 74.3

“...Aku adalah yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup...” MPS 74.4

“...Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awa dan Yang Akhir...” (Wahyu 1:17,18; 21:6). MPS 74.5

Dengan kehadiran Guru seperti itu, dengan kesempatan seperti itu untuk memperoleh pendidikan ilahi, betapa bodohnya mencari pendidikan yang terpisah dari pada-Nya—berusaha menjadi pintar jauh dari Pengetahuan; mau menjadi benar pada hal menolak Kebenaran; mencari penerangan jauh dari Terang itu, dan mencari wujud tanpa Kehidupan; berpaling dari Sumber air hidup, dan membobol waduk pecah, yang tidak dapat menampung air. MPS 74.6

Sesungguhnya, Ia masih mengundang: “Barangsiapa haus baiklah ia datang kepada-Ku dan minum. Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci; dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” ‘...Air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yohanes 7:37, 38; 4:14). MPS 74.7