Membina Pendidikan Sejati
Kuasa Kristus yang Mengubahkan
Dari keduabelas murid,itu, empat harus memerankan suatu bagian yang menyolok, masing-masing dalam bidang yang berbeda. Dalam persiapan untuk hal ini, Kristus mengajar mereka, sambil melihat semuanya lebih dulu. Yakobus, ditentukan untuk mati cepat oleh pedang; Yohanes, yang paling lama dari antara saudara-saudara mengikuti Tuhannya dalam pekerjaan dan penganiayaan; Petrus, pelopor dalam menerobos rintangan-rintangan zaman dan mengajar dunia kafir; dan Yudas, dalam pekerjaan menonjol di atas saudara-saudaranya, namun menelorkan dalam jiwanya maksud-maksud yang mematangkan sedikit mimpinya—inilah sasaran perhatian Kristus yang terbesar dan para penerima pengajaran-Nya yang paling sering dan berhati-hati. MPS 77.3
Petrus, Yakub dan Yohanes, mencari setiap kesempatan untuk mengadakan hubungan lebih dekat dengan Guru mereka, dan kerinduan mereka terkabul. Dari semua yang dua belas itu hubungan mereka kepada-Nya, adalah yang paling dekat. Yohanes hanya dapat menjadi puas dengan keakraban yang lebih dekat, dan hal ini ia peroleh. Pada pertemuan pertama di tepi Yordan, ketika Andreas yang telah mendengar Yesus, cepat-cepat pergi memanggil saudaranya, Yohanes duduk diam-diam, asyik dengan merenungkan tema-tema ajaib. Ia mengikuti Juruselamat, selalu sebagai pendengar yang rindu dan terpesona. Namun tabiat Yohanes bukan tanpa cacat. Ia bukan orang gembira lembah lembut yang suka bermimpi. Ia dan saudaranya disebut “anak-anak guruh” (Markus 3:17). Yohanes sombong dan berambisi, suka melawan, tetapi di bawah ini semua Guru ilahi itu melihat hati yang bersemangat, tulus ikhlas dan mengasihi. Yesus menegur sifatnya yang mementingkan diri, meredam ambisi-ambisinya, menguji imannya. Tetapi Ia menunjukkan padanya apa yang dirindukan jiwanya— keindahan kesucian, kasih-Nya sendiri yang mengubahkan. “...Kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia,” kata-Nya kepada Bapa, “Aku telah menyatakan nama-Mu” (Yohanes 17:6). MPS 78.1
Sifat Yohanes ialah yang merindukan kasih, simpati dan persahabatan Ia berusaha mendekatkan diri kepada Yesus, duduk di samping-Nya, bersandar pada ribaan-Nya. Sebagaimana bunga, matahari dan embun, begitulah ia meneguk terang dan kehidupan ilahi. Dengan kagum, dan kasih ia memandang Juruselamat, sampai keserupaan dengan Kristus dan persekutuan dengan Dia menjadi satu kerinduannya, dan dalam tabiatnya terpantul tabiat Tuhannya. MPS 78.2
“Lihatlah,” katanya, “betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:1-3). MPS 78.3