Membina Pendidikan Sejati
Pasal 27— Tingkah Laku
“Ia (kasih) tidak melakukan yang, tidak sopan.”
Nilai sopan santun sangat kurang dihargai. Banyak orang yang baik hatinya kurang memiliki tingkah laku yangbaik. Banyak orang dihormati karena ketulusan dan kejujuran mereka kurang menunjukkan keramah-tamahan. Kekurangan ini merusak kebahagiaan mereka dan mengurangi pelayanan mereka kepada orang-orang lain. Banyak orang yang memiliki hidup yang sangat manis dan pengalaman yang sangat menolong dirugikan oleh sikap tidak sopan. MPS 225.1
Kegembiraan dan sopan santun harus dipupuk secara khusus oleh para orang tua dan guru. Semua orang dapat memi liki wajah yang riang gembira, suara yang lembut, sikap yang ramahtamah, dan semuanya ini adalah unsur kekuatan. Anak-anak tertarik dengan sikap yang menyenangkan dan tingkah laku yang riang gembira. Tunjukkanlah kepada mereka keramahtamahan dan sopan santun, maka mereka akan menyatakan roh yang lain. MPS 225.2
Sopan santun yang benar tidak dipelajari hanya dengan mengikuti peraturan tata krama saja. Tata cara kesopanan harus diperhatikan setiap waktu; di mana prinsip tidak dikompromikan, maka pertimbangan terhadap orang-orang lain akan menuntun kepada persetujuan terhadap adat kebiasaan yang berlaku; akan tetapi kesopanan sejati tidak perlu mengorbankan prinsip pada adat kebiasaan. Kesopanan sejati mengabaikan kasta. Hal itu mengajarkan rasa harga diri, menghargai martabat manusia sebagai manusia, menghormati setiap anggota keluarga persaudaraan manusia yang besar. MPS 226.1
Ada bahaya menempatkan terlalu tinggi nilai tingkah laku dan bentuk rupa saja, dan menggunakan waktu terlalu banyak untuk mempelajari bidang-bidang ini. Kehidupan berat yang dituntut dari orangorang muda, tuntutan kerja keras yang sering tidak menyenangkan bahkan untuk tugas-tugas kehidupan biasa, dan banyak lagi untuk meringankan beban berat dunia dari kebodohan dan kemalangan,— semua ini memberikan sedikit tempat pada adat kebiasaan. MPS 226.2
Banyak orang yang sangat menekankan tata krama pergaulan kurang menunjukkan rasa hormat terhadap sesuatu, betapa pun sempurnanya, yang gagal memenuhi standar buatan mereka. Ini adalah pendidikan yang salah. Pendidikan semacam ini menanamkan kesombongan yang kritis dan pergaulan terbatas yang sempit. MPS 226.3
Intisari kesopansantunan sejati adalah perhatian terhadap orang lain. Pendidikan yang penting dan abadi ialah pendidikan yang memperluas rasa simpati dan yang mendorong keramah-tamahan universal. Adalah suatu kegagalan jika yang disebut kebudayaan tidak membuat orang-orang muda menghormati orangtua mereka, menghargai keunggulan mereka, menahan diri terhadap kekurangan-kekurangan mereka, dan menolong kebutuhan-kebutuhan mereka, dan tidak membuat dia penuh pertimbangan dan lemah lembut, murah hati dan suka menolong orang-orang muda, orang-orang yang sudah tua, dan orangorang yang malang, dan sopan terhadap semua orang. MPS 226.4
Kemurnian pikiran dan tingkah laku sesungguhnya dipelajari lebih baik dalam sekolah Guru ilahi daripada setiap penurutan pada peraturan-peraturan yang ditetapkan. Cinta-Nya yang meresapi hati memberikan sentuhan yang memurnikan kepada tabiat yang akan membentuknya menurut tabiat-Nya. Pendidikan ini memberikan keluhuran yang lahir dari surga dan rasa sopan santun. Pendidikan itu menanamkan tingkah laku yang manis dan budi bahasa yang lemah lembut yang tidak pernah dapat diimbangi oleh polesan luar yang dibangun oleh masyarakat. MPS 226.5
Alkitab menggabungkan sopan santun, dan menyajikan banyak ilustrasi mengenai roh yang tidak mementingkan diri sendiri, kasih karunia yang lemah lembut, perangai yang menarik, yang memberi ciri kesopanan yang sejati. Semuanya ini adalah pantulan tabiat Kristus. Semua kelemahlembutan yang sebenarnya dan kesopanan di dunia ini, bahkan di kalangan orang yang tidak mengakui nama-Nya, adalah berasal dari Dia. Dan Ia ingin agar ciri-ciri ini dipantulkan dengan sempurnanya dalam diri anak-anak-Nya. Ia bermaksud agar dalam diri kita orang-orang akan memandang keindahan-Nya. MPS 227.1
Penjelasan yang sangat berharga mengenai tata pergaulan yang pernah dituliskan adalah pengajaran yang disampaikan oleh Juruselamat dengan ucapan Roh Kudus melalui rasul Paulus—kata-kata yang harus tetap tertulis dalam kenangan setiap orang, yang sudah tua atau yang masih muda; “...Seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). MPS 227.2
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; Ia tidak cemburu.
Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu,
mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan;...”
MPS 227.3
(1 Korintus 13:4-8). MPS 227.4
Kasih karunia lain yang sangat berharga yang harus dihargai benar-benar ialah penghormatan. Penghormatan sejati kepada Allah diilhami oleh perasaan kebesaran-Nya yang tak terduga dan kesadaran kehadiran-Nya. Dengan kesadaran yang tidak kelihatan hati setiap anak harus dikesankan dalam-dalam. Jam dan tempat perbaktian dan kebaktian umum harus diajarkan kepada anak sebagai kudus oleh karena Allah hadir di sana. Dan pada waktu penghormatan dinyatakan dalam sikap dan tingkah laku, maka perasaan yang mengilhaminya akan diperdalam. MPS 227.5
Adalah baik bagi orang-orang muda dan orang yang sudah tua untuk mempelajari dan merenungkan dan sesering mungkin mengulang-ulangi kata-kata dari Kitab Suci yang menunjukkan bagaimana tempat yang ditandai oleh kehadiran khusus Allah harus dihormati. MPS 228.1
“...Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,” perintah-Nya kepada Musa dekat semak belukar yang terbakar itu, “sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (Keluaran 3:5). MPS 228.2
Yakub, setelah melihat khayal mengenai malaikat-malaikat, ia berseru, “...Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.... Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga” (Kejadian 28:16,17). MPS 228.3
“...Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!” (Habakuk 2:20). MPS 228.4
“....Tuhan adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah.... MPS 228.5
Masuklah, marilah kita sujud menyembah,
bertelut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita.”
“...Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur,
ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian,
bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (Mazmur 95:3-6;100:3, 4).
MPS 228.6
Penghormatan juga harus ditunjukkan untuk nama Allah. Jangan sekali-kali mengucapkan nama itu dengan sia-sia atau dengan cara yang serampangan. Baik dalam doa janganlah mengulang-ulangi nama itu. “...Nama-Nya kudus dan dahsyat” (Mazmur 111:9). Para malaikat, pada waktu mereka berbicara, menutupi wajah mereka. Betapa seharusnya kita, yang sudah jatuh ke dalam dosa ini, harus menghormatinya dengan ucapkan bibir kita! MPS 228.7
Kita harus menghormati firman Allah. Terhadap buku yang ter cetak itu kita harus menunjukkan penghormatan, jangan sekali-kali menggunakannya secara umum, atau memegangnya dengan tidak hati-hati. Dan jangan sekali-kali Alkitab dikutip untuk lelucon atau kelakar, atau menafsirkannya untuk menunjukkan perkataan jenaka. “Semua firman Allah adalah mumi...;” “...bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah” (Amsal 30:5; Mazmur 12:7). MPS 228.8
Di atas segalanya, biarlah anak-anak diajar bahwa penghormatan yang benar ditunjukkan oleh penurutan. Allah tidak memerintahkan sesuatu yang tidak perlu, dan tidak ada cara lain untuk menyatakan penghormatan yang begitu menyenangkan kepada-Nya daripada penurutan kepada apa yang telah Ia katakan. MPS 229.1
Dan Allah terutama telah mewajibkan penghargaan yang lembut kepada orang-orang yang sudah tua. Kata-Nya, “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran” (Amsal 16: 31). Ayat itu menceritakan peperangan yang dilakukan, dan kemenangan yang diperoleh; tentang beban yang dipikul dan pencobaan yang dilawan. Ayat itu menceritakan kaki yang letih yang mendekati perhentian, tentang tempat-tempat yang segera akan kosong. Bantulah anak-anak memikirkan hal ini, dan mereka akan meratakan jalan orangorang yang sudah tua oleh sopan-santun dan penghormatan mereka, dan akan membawa kemuliaan dan keindahan ke dalam hidup orangorang muda sementara mereka mengindahkan perintah untuk “bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua...” (Imamat 19:32). MPS 229.2
Para bapa dan ibu dan para guru perlu lebih menghargai tanggung jawab dan penghormatan yang telah dipikulkan Allah ke atas mereka, dalam membuat mereka menjadi wakil-wakil-Nya kepada mereka. Tabiat yang dinyatakan dalam pergaulan hidup sehari-hari akan ditafsirkan kepada anak-anak firman Allah, untuk kebaikan atau untuk kejahatan: MPS 229.3
“Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mazmur 103:13). “Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu...” (Yesaya 66:13). MPS 229.4
Berbahagialah anak yang mendengar kata-kata yang membangkitkan cinta dan rasa syukur dan kepercayaan, bagi anak yang kelemahlembutan dan keadilan dan kesabaran dari bapa dan ibu dan guru me- nafsirkan cinta, keadilan dan kesabaran Allah; anak yang oleh percaya dan penyerahan diri dan penghormatan kepada pelindungnya belajar untuk mempercayai dan menurut dan menghormati Aliahnya. Dia yang memberikan kepada anak atau siswa karunia yang sedemikian yang telah mengaruniainya dengan harta yang lebih berharga dari kekayaan sepanjang zaman—harta yang bertahan sampai selama-lamanya. MPS 229.5