Membina Pendidikan Sejati

48/55

Pasal 28— Hubungan Pakaian dengan Pendidikan

“Dalam pakaian yang sederhana.” “Putri raja semua agung di dalam.”

Pendidikan tidak akan lengkap jika tidak mengajarkan prinsip-prinsip yang benar mengenai pakaian. Tanpa pengajaran seperti itu, pekerjaan pendidikan menyesatkan dan terbelakang. Cinta akan pakaian, keranjingan terhadap mode telah menjadi persaingan yang sangat sengit di antara para guru dan menjadi rintangan yang sangat besar. MPS 231.1

Mode merupakan seorang nyonya yang memerintah dengan tangan besi. Di banyak rumah tangga, kekuatan, waktu dan perhatian para orangtua dan anakanak dihabiskan untuk memenuhi tuntut- an mode itu. Orang kaya berambisi saling berlomba satu sama lain untuk menyesuaikan diri dengan mode-modenya yang selalu berubahubah; yang dari golongan menengah dan yang lebih kurang mampu berusaha mati-matian untuk mendekati patokan yang ditentukan oleh golongan orang yang di atas mereka. Di mana sarana dan kekuatan terbatas, dan ambisi bersopan santun besar, maka beban menjadi hampir tak dapat dipikul. MPS 231.2

Bagi banyak orang, tidak peduli apakah pakaian itu bagus atau indah, asalkan modenya berubah, harus dibuat kembali atau dibuang saja. Seluruh anggota keluarga di rumah menderita pekerjaan yang tidak berkesudahan ini. Tidak ada waktu untuk mendidik anak-anak, tidak ada waktu untuk berdoa atau belajar Alkitab, tidak ada waktu menolong anak-anak kecil supaya mengenal Allah melalui karya-karyaNya. MPS 232.1

Tidak ada waktu dan uang untuk beramal. Dan sering isi meja makan menjadi terbatas. Makanan tidak dipilih dengan baik dan disediakan dengan tergesa-gesa, dan tuntutan-tuntutan alamiah hanya sebagian terpenuhi. Akibatnya ialah kebiasaan makan yang salah, yang mendatangkan penyakit menjurus kepada keadaan tidak bertarak. MPS 232.2

Kegemaran memamerkan diri menyebabkan pemborosan, dan bagi banyak orang muda mereka membunuh cita-cita untuk hidup lebih mulia. Gantinya meneruskan pendidikan, mereka segera mencari pekerjaan mencari uang untuk memanjakan nafsu berpakaian. Dan melalui nafsu berpakaian begini banyak anak gadis tertipu sampai hancur. MPS 232.3

Dalam banyak rumah pendapatan keluarga sangat terbebani. Ayah, karena tidak mampu memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya, tergoda untuk berlaku tidak jujur, dan sekali lagi akibatnya ialah kehinaan dan kehancuran. MPS 232.4

Bahkan hari dan acara kebaktian pun tidak terlepas dari dominasi mode. Mereka bahkan mencari kesempatan untuk mengadakan pameran yang lebih besar dari mode ini. Gereja dijadikan tempat parade, dan mode lebih banyak dipelajari daripada khotbah. Orang-orang miskin, yang tidak mampu memenuhi tuntutan mode, beramai-ramai menjauhkan diri dari gereja. Hari perhentian dipergunakan dengan bermalasmalas, dan bagi orang muda sering kali terlibat dalam pergaulan yang merusak akhlak. MPS 232.5

Di sekolah, anak-anak gadis tidak cocok untuk belajar atau berekreasi oleh karena berpakaian yang tidak pantas dan tidak memberi kan kenyamanan. Pikiran mereka asyik merenung, sehingga guru menemui kesulitan untuk membangkitkan perhatian mereka. MPS 232.6

Untuk mematahkan daya pikat mode, sering kali guru tidak mempunyai sarana yang lebih berhasil daripada mengadakan kontak dengan alam. Biarlah murid-murid menikmati kesenangan yang terdapat di sungai atau danau atau laut; biarlah mereka mendaki bukit-bukit, memandang keagungan matahari terbenam, menyelidiki kekayaan hutan dan ladang; biarlah mereka mempelajari kesenangan menanam tanam-tanaman dan kembang-kembang; dan pentingnya pita atau kerut tambahan yang akan tenggelam dalam keremehan. MPS 233.1

Tuntunlah orang-orang muda untuk melihat bahwa dalam berpakaian, seperti dalam makanan hidup yang sederhana adalah sangat penting bagi pemikiran yang tinggi. Tuntunlah mereka untuk melihat betapa banyaknya yang harus dipelajari dan dikerjakan; betapa berharganya masa muda sebagai persiapan kepada pekerjaan seumur hidup. Bantulah mereka untuk melihat harta yang ada di dalam firman Allah, di dalam buku alam, dan di dalam catatan kehidupan yang agung. MPS 233.2

Biarlah pikiran mereka diarahkan kepada penderitaan yang mungkin mereka akan hadapi. Tolonglah mereka untuk mengerti bahwa setiap rupiah yang diboroskan dalam memamerkan pakaian, yang membelajakan uang itu kehilangan sarana untuk memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, dan menghibur orang yang berduka. MPS 233.3

Mereka tidak mau menghilangkan hidup yang gemerlapan, yang mengerdilkan pikiran mereka, yang merusak kesehatan mereka, dan yang menghancurkan kebahagiaan mereka, demi penurutan kepada perintah yang tidak ada dasar dalam pertimbangan, dalam kesenangan, atau dalam kejelitaan. MPS 233.4

Pada saat yang sama orang muda harus diajar untuk mengetahui pelajaran tentang alam, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,...” (Pengkhotbah 3:11). Dalam berpakaian, sama seperti dalam segala perkara yang lain, kita mempunyai kesempatan untuk menghormati Khalik kita. Ia merindukan supaya pakaian kita bukan saja rapi dan menyehatkan, tetapi harus layak dan pantas. MPS 233.5

Tabiat seseorang dinilai dari pola pakaiannya. Selera yang dimurnikan, pikiran yang dikembangkan, akan nyata dalam pemilihan pakaian yang sederhana dan pantas. Kesederhanaan yang mumi dalam berpakaian, bilamana digabung dengan kelakuan yang rendah hati, akan menjangkau jauh ke arah lingkungan seseorang wanita muda sehingga suasana kudus yang tersedia baginya merupakan tameng dari ribuan kebinasaan. MPS 233.6

Biarlah anak-anak gadis diajar bahwa seni berpakaian yang baik termasuk kesanggupan membuat pakaian mereka sendiri. Inilah citacita yang harus didambakan oleh setiap anak gadis. Ini akan menjadi suatu sarana yang bermanfaat dan kemerdekaan yang tidak akan hilang dari padanya. MPS 234.1

Tidak salah menyukai dan menginginkan keindahan; tetapi Allah menghendaki kita pertama-tama mencintai dan mencari keindahan yang tertinggi,—yang tidak akan binasa. Hasil-hasil kepintaran manusia yang sangat terpilih tidak berarti keindahanya bila dibandingkan dengan keindahan tabiat yang dalam pemandangan-Nya merupakan “harga yang besar.” MPS 234.2

Biarlah orang-orang muda dan anak-anak kecil diajar untuk memilih bagi diri mereka sendiri jubah kerajaan yang ditenun di surga —yaitu “...kain lenan halus yang berkilau-kilauan dari yang putih bersih!” (Wahyu 19:8), yang akan dipakai oleh semua orang suci di bumi. Jubah ini, yaitu tabiat Kristus yang tidak bercacat-cela, ditawarkan dengan Cuma-Cuma kepada setiap umat manusia. Tetapi semua orang yang menerimanya akan menerima dan memakainya di sini. MPS 234.3

Biarlah anak-anak diajar bahwa bila mereka membuka pikiran mereka terhadap pikiran-pikiran yang suci dan yang mengasihi, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menolong orang, maka mereka sedang memakaikan kepada diri mereka sendiri jubah tabiat Kristus yang indah itu. Pakaian ini akan menjadikan mereka cantik dan disayangi di sini, dan kemudian akan menjadi surat izin mereka untuk masuk ke dalam istana Raja. Janji-Nya ialah: “...Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu” (Wahyu 3:4). MPS 234.4