Membina Pendidikan Sejati

46/55

Pasal 26— Metode Mengajar

“Untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.”

Selama berabad-abad pendidikan berhubungan terutama dengan daya ingat atau ingatan. Daya ingat ini sangat dibebani, sementara kuasa mental lainnya belum berkembang sebagaimana mestinya. Para siswa telah menghabiskan waktu mereka untuk memenuhi pikiran mereka dengan pengetahuan, dan sangat sedikit dari padanya yang dapat digunakan. Pikiran yang dibebani seperti itu dengan pengetahuan yang tidak dapat dicerna dan diserap menjadi lemah; menjadi tidak mampu berusaha dengan penuh semangat dan keyakinan pada diri sendiri, dan merasa puas bergantung kepada pertimbangan dan pendapat orang lain. MPS 215.1

Melihat bahayanya metode ini, ada pula sebagian orang yang bertindak berlebihan. Dalam pandangan mereka, manusia hanya perlu mengembangkan apa yang ada di dalam dirinya. Pendidikan yang demikian menuntun siswa kepada pendapat sanggup mencukupi keperluannya sendiri, dengan demikian memutus dia dari sumber pengetahuan dan kuasa. MPS 216.1

Pendidikan yang terdiri dari pelatihan ingatan, cenderung menghambat pikiran yang merdeka, dan mempunyai dampak moral yang kurang dihargai. Ketika siswa mengorbankan kemampuan mempertimbangkan dan menilai untuk dirinya sendiri, ia menjadi tidak mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, sehingga mudah terperangkap menjadi mangsa penipuan. Ia dengan mudah dituntun mengikuti tradisi dan adat kebiasaan. MPS 216.2

Itu adalah suatu kenyataan yang secara luas tidak dihiraukan, walaupun tidak pernah tanpa bahaya, bahwa yang salah jarang tampak seperti yang sebenarnya. Oleh yang salah berbaur atau mengikatkan dirinya dengan kebenaran sehingga ia diterima. Memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat mengakibatkan kehancuran leluhur kita yang pertama, dan penerimaan perbauran yang baik dan yang jahat adalah penyebab kehancuran pria dan wanita zaman ini. Pikiran yang bergantung pada pertimbangan orang lain sudah pasti, cepat atau lambat, akan disesatkan. MPS 216.3

Kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah dapat dimiliki hanya melalui ketergantungan pribadi pada Allah. Masing-masing harus belajar untuk dirinya sendiri dari Dia melalui firman-Nya. Kemampuan kita untuk mempertimbangkan telah dikaruniakan kepada kita untuk digunakan, dan Allah rindu agar kita menggunakannya. “Marilah, baiklah kita berperkara!... [mempertimbangkan]” (Yesaya 1:18). Ia mengajak kita. Dengan bergantung kepada-Nya kita akan memiliki hikmat untuk “...menolak yang jahat, dan memilih yang baik,...” “...Maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yesaya 7:15; Yakobus 1:5). MPS 216.4

Dalam semua pengajaran yang benar, unsur pribadi sangat penting. Kristus dalam pengajaran-Nya memperlakukan orang secara pribadi. Ia mendidik dua belas orang murid-Nya melalui pergaulan dan kontak pribadi. Sering kali secara pribadi Ia menyampaikan ajaran-Nya yang sangat berharga kepada seorang pendengar-Nya. Kepada rabi yang terhormat pada waktu pertemuan malam di atas bukit Zaitun, kepada perempuan yang dipandang hina di sumur Syikar, Ia membuka harta-Nya yang termahal; karena pada pendengar-pendengar ini Ia melihat adanya hati yang mau dipengaruhi, pikiran yang terbuka, roh yang suka menerima. Bahkan orang banyak yang sering berbondongbondong mengikuti langkah-Nya, Kristus tidak membeda-bedakan massa manusia. Ia langsung berbicara kepada setiap pikiran dan menghimbau setiap hati. Ia mengamati wajah para pendengar-Nya, menerangi wajah orang yang lekas memberi sambutan sepintas akan kebe-naran yang telah menjangkau jiwa; dan di sana di dalam hati-Nya bergetar nada suara sukacita yang penuh simpati. MPS 216.5

Kristus mengenal kemungkinan-kemungkinan dalam hati setiap orang. Ia tidak dikesampingkan oleh keadaan lahiriah yang kurang memberi harapan atau oleh keadaan sekeliling yang tidak menyenangkan. Ia memanggil Matius dari ruang cukai, dan Petrus serta saudaranya dari kapal nelayan, untuk belajar mengenai Dia. MPS 217.1

Minat pribadi yang sama, perhatian yang sama terhadap perkembangan pribadi, diperlukan dalam pekerjaan pendidikan pada zaman ini. Banyak orang muda yang tampak kurang menjanjikan dikaruniai dengan talenta-talenta yang tidak digunakan. Kecakapan-kecakapan mereka tersembunyi sebab para pendidik mereka kurang mengenal mereka. Dalam banyak hal, anak laki-laki dan perempuan secara lahiriah tampak kurang menarik bagaikan batu yang kasar, mungkin didapati padanya bahan berharga yang tahan menghadapi ujian yang panas, angin topan dan tekanan. Pendidik yang benar, yang melihat dengan mata hati bakal jadi apa muridnya kelak, akan menyadari nilai bahan yang sedang dikerjakannya. Ia akan menaruh minat secara pribadi pada setiap murid dan akan berusaha memperkembang segala kesanggupannya. Betapa pun kekurangsempurnaannya, namun setiap usaha yang sesuai dengan.prinsip-prinsip yang benar akan selalu di-dorong. MPS 217.2

Setiap orang muda harus diajar perlunya penerapan dan kesanggupan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya. Di atas inilah tergantung keberhasilan yang melebihi kecerdasan luar biasa dan bakat. Tanpa penerapan, bakat-bakat yang paling brilian kurang membawa hasil, sementara orang yang sangat sederhana sekali pun kesanggupannya, bilamana diarahkan dengan benar akan menghasilkan hal-hal yang mengagumkan. Dan kecakapan yang luar biasa, yang pencapaiannya kita kagumi, hampir selamanya digabungkan dengan usaha yang terpadu, yang tidak mengenal lelah. MPS 217.3

Orang-orang muda harus diajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh kesanggupan mereka, baik yang lebih lemah maupun yang lebih kuat. Banyak orang yang membatasi pelajaran mereka kepada bidang-bidang tertentu saja, yang secara alamiah mereka sukai. Kesalahan ini harus disingkirkan. Bakat-bakat alami menunjukkan arah pekerjaan seumur hidup, dan bilamana sudah ditetapkan, harus dikembangkan dengan cermat. Pada waktu yang sama harus selalu diingat bahwa tabiat yang seimbang dan pekerjaan yang efisien setiap bidang, sebagian besar, tergantung atas perkembangan yang selaras itu yang adalah hasil dari pendidikan yang seksama, dan serba bisa. MPS 218.1

Guru harus senantiasa membuat tujuan kesederhanaan dan keefektifan. Ia harus mengajar kebanyakan dengan ilustrasi, dan bahkan menangani murid yang lebih tua pun ia harus berhati-hati untuk membuat setiap keterangan sederhana dan jelas. Banyak murid yang berhasil maju selama bertahun-tahun akan tetapi anak-anak perlu mendapat pengertian. MPS 218.2

Salah satu unsur penting dalam pekerjaan pendidikan ialah semangat atau antusiasme. Mengenai hal ini ada satu saran yang sangat berguna sebagaimana diucapkan pada suatu kali oleh seorang aktor kenamaan. Uskup Agung dari Canterbury suatu kali mengajukan pertanyaan kepada aktor itu, mengapa para aktor dalam pertunjukan sangat mempengaruhi para penonton hanya dengan berbicara mengenai hal-hal yang bersifat khayalan, sedangkan para pendeta Injil sering sangat kurang mempengaruhi para pendengarnya meski pun ia berbicara mengenai hal-hal yang benar-benar nyata. “Dengan segala hormat,” jawab aktor itu, “izinkanlah saya mengatakan bahwa alasannya sederhana saja. Hal itu terletak pada semangat atau antusiasme. Kami di atas panggung membicarakan hal-hal yang bersifat khayal seolaholah hal itu sungguh-sungguh nyata, sedangkan Anda di mimbar membicarakan hal-hal yang nyata seolah-olah membicarakan hal-hal yang bersifat khayal.” MPS 218.3

Guru dalam pekerjaannya menangani hal-hal yang nyata, dan ia harus membicarakan mereka dengan daya dan semangat atau antusiasme agar pengetahuan mengenai kenyataan dan pentingnya dapat mengilhami. MPS 218.4

Setiap guru harus melihat bahwa tugasnya cenderung mendapatkan hasil yang pasti. Sebelum ia berusaha mengajarkan satu mata pelajaran, ia harus membuat rencana yang jelas dalam pikirannya dan harus tahu apa yang dikehendakinya akan dicapai. Ia tidak boleh merasa puas dengan hanya menyampaikan suatu mata pelajaran sebelum siswa mengerti prinsip yang tersangkut di dalamnya, dan memahami kebenarannya, dan sanggup mengatakan dengan jelas apa yang telah dipelajarinya. MPS 218.5

Selama maksud pendidikan yang penting ini diingat, maka orangorang muda harus didorong maju sejauh kesanggupan mereka mengizinkan. Akan tetapi sebelum meningkat ke pelajaran yang lebih tinggi, biarlah mereka menguasai lebih dulu pelajaran yang lebih rendah. Seringkali hal ini dilalaikan. Bahkan di antara siswa/mahasiswa sekolah-sekolah yang lebih tinggi dan perguruan tinggi, terdapat kekurangan dalam pengetahuan mengenai cabang-cabang pendidikan yang biasa. Banyak siswa menghabiskan waktu mereka mempelajari ilmu matematika yang lebih tinggi, pada hal mereka belum sanggup memahami hitungan sederhana. Banyak siswa mempelajari seni berbicara di depan umum untuk menjadi ahli pidato pada hal mereka belum sanggup membaca dengan cara yang jelas dan mengesankan. Banyak orang yang telah menyelesaikan pelajaran mengenai ilmu berpidato gagal dalam ilmu mengarang dan mengeja satu surat yang biasa. MPS 219.1

Pengetahuan menyeluruh mengenai dasar-dasar pendidikan janganlah sekali-kali hanya syarat penerimaan kepada pendidikan yang lebih tinggi, tetapi ujian yang tetap untuk kesinambungan dan kemajuan. MPS 219.2

Dan dalam setiap cabang pendidikan terdapat tujuan yang harus dicapai yang lebih penting daripada sekedar pengetahuan teknis. Sebagai contoh, ambil mengenai bahasa. Yang lebih penting daripada mengetahui bahasa-bahasa asing, secara aktif atau pasif, ialah kesanggupan menulis atau mengucapkan bahasa ibu seseorang dengan mudah dan tepat; dan tidak ada latihan yang diperoleh melalui pengetahuan aturan-aturan tata bahasa yang dapat dibandingkan dengan pentingnya mempelajari bahasa dari sudut pandang yang lebih tinggi. Dalam pelajaran inilah, sebagian besar, terletak kesejahteraan atau kesengsaraan hidup. MPS 219.3

Yang sangat dibutuhkan mengenai bahasa ialah kemurnian, keramahan dan benar,— “ungkapan yang keluar dari dalam hati yang mengandung kasih karunia.” Allah berkata: “...Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Filipi 4:8). Dan jika pikiran seperti itu, maka demikian jugalah ungkapan hati. MPS 219.4

Sekolah terbaik untuk mempelajari bahasa ini ialah rumah tangga; tetapi karena tugas rumah tangga sering dilalaikan, maka tugas itu diserahkan kepada guru untuk membantu murid-muridnya membentuk kebiasaan-kebiasaan berbicara yang baik. MPS 220.1

Guru dapat berbuat banyak untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk, kutuk masyarakat, tetangga, dan rumah tangga—kebiasaan memfitnah, bergunjing, mengeritik secara pedas. Terhadap hal ini hukuman tidak dikesampingkan. Berilah kesan kepada para siswa mengenai kenyataan bahwa kebiasaan seperti ini menyatakan kurangnya kebudayaan dan kemurnian dan kebaikan hati yang sejati; hal itu membuat seseorang tidak cocok dengan masyarakat yang berbudaya dan mumi di dunia ini dan untuk pergaulan dengan orang-orang kudus sugra. MPS 220.2

Kita merasa ngeri mendengar orang pemakan daging manusia yang berpesta pora atas daging mangsanya yang masih hangat dan menggigil; tetapi apakah akibat kebiasaan ini lebih mengerikan daripada sengsara dan kehancuran yang disebabkan oleh tabiat yang salah memberi gambaran, reputasi hitam, dan yang merusak? Biarlah anak-anak dan juga orang-orang muda mempelajari apa yang dikatakan Allah mengenai hal ini: MPS 220.3

“Hidup dan mati dikuasai lidah,... “(Amsal 18.21). MPS 220.4

Dalam Kitab Suci, para pemfitnah digolongkan sebagai pembenci Allah,” “pengumpat,” yang “penuh dengan kelaliman, kejahatan, keserakahan, dan kebusukan,” dan “penuh dengan dengki pembunuhan dan perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan.” “Tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian patut dihukum mati” (Roma 1:30, 31, 29 32). Orang yang dipandang Allah sebagai warga negara Sion ialah dia yang menyatakan kebenaran dengan segenap hatinya,” “yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya,...” “...yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya” (Mazmur 15:2, 3). MPS 220.5

Firman Allah juga mencela ungkapan-ungkapan yang tidak berarti dan kata-kata yang sia-sia dan kotor. Firman itu mencela pujian yang pura-pura, dalih-dalih kebenaran, kata-kata yang membesar-besarkan, salah memberi gambaran dalam dunia dagang, yang sedang melanda masyarakat. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat” (Matius 5:37). MPS 220.6

“Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut, demikianlah orang yang memperdayakan sesamanya dan berkata: ‘Aku hanya bersenda gurau’” (Amsal 26:18,19). MPS 221.1

Sekutu dekat pergunjingan ialah sindiran tak langsung, sindiran diam-diam yang memalukan, oleh mana yang busuk dalam hati berusaha menyindir kejahatan yang tidak berani diungkapkan secara terang-terangan. Setiap pendekatan kepada kebiasaan ini harus mengajar orang muda bagaimana menjauhkan diri dari padanya, sebagaimana mereka menjauhkan diri dari penyakit kusta. MPS 221.2

Dalam penggunaan bahasa barangkali tidak ada kesalahan sehingga orangtua dan orang muda lebih siap untuk menyampaikan dengan enteng di antara mereka sendiri daripada perkataan yang diucapkan dengan tergopoh-gopoh dan tidak sabar. Mereka menyangka cukuplah dengan menyatakan maaf, “Saya tidak sengaja, dan saya tidak mengetahui apa yang saya katakan.” Tetapi firman Allah tidak menganggap hal itu seuatu yang enteng. Kitab Suci mengungkapkan: MPS 221.3

“Kau lihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal daripada bagi orang itu” (Amsal 29:20). MPS 221.4

“Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya” (Amsal 25:28). MPS 221.5

Pada suatu saat, oleh mengucapkan perkataan yang tergopohgopoh, bernafsu, lalai, mungkin mendatangkan kejahatan sehingga pertobatan seumur hidup tidak dapat melepaskan. Oh, hati yang hancur, hubungan teman yang menjauh, hidup berantakan, oleh kata-kata kasar dan tergopoh-gopoh dari mereka yang sebenarnya mungkin dapat menolong atau menyembuhkan! MPS 221.6

“Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan” (Amsal 12:18). MPS 221.7

Salah satu ciri yang harus dipupuk dan dikembangkan dalam diri setiap anak ialah sifat melupakan diri sendiri atau tidak mengutamakan diri sendiri yang meresap masuk ke dalam hidup sebagai satu karunia yang tidak disadari. Dari semua tabiat yang bermutu inilah salah satu yang paling baik, dan bagi setiap pekerjaan seumur hidup inilah salah satu kualifikasi yang paling penting. MPS 221.8

Anak-anak memerlukan penghargaan, simpati dan dorongan, akan tetapi harus berhati-hati jangan sampai menanamkan dalam diri mereka sifat suka mendapat pujian. Tidaklah bijaksana memberikan kepada mereka perhatian khusus, atau mengulang-ulangi di hadapan mereka kata-kata mengenai kepandaian mereka. Orangtua atau guru yang tetap memandang pada tabiat yang dicita-citakan dan kemungkinan-kemungkinan memperoleh prestasi, tidak boleh menanamkan atau mendorong dalam diri anak perasaan sanggup memenuhi kebutuhan sendiri. Ia tidak boleh mendorong dalam diri orang muda keinginan atau usaha untuk memperagakan kesanggupan atau kecakapan mereka. Seseorang yang kelihatan lebih tinggi daripada dirinya sendiri akan direndahkan; namun ia akan memiliki satu keluhuran jiwa yang tidak akan dibingungkan atau dipermalukan oleh peragaan luar yang pura-pura atau kebesaran manusia. MPS 221.9

Bukan oleh hukum atau peraturan yang berubah-ubah keagungan tabiat dikembangkan, melainkan oleh tinggal dalam suasana yang suci, agung, dan benar. Dan di mana terdapat kesucian hati dan keagungan tabiat, maka itu akan nyata dalam kesucian dan keagungan tindakan dan dalam pembicaraan. MPS 222.1

“Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja” (Amsal 22:11). MPS 222.2

Sebagaimana dengan bahasa, demikianlah juga halnya dengan mata pelajaran lain, biarlah semua itu dilakukan sehingga akan cenderung memperkuat dan membangun tabiat. MPS 222.3

Tidak ada mata pelajaran yang benar untuk pembangunan tabiat ini yang lebih mendatangkan faedah daripada sejarah. Biarlah hal itu dipertimbangkan dari sudut pandang ilahi. MPS 222.4

Sebagaimana terlalu sering diajarkan, sejarah adalah sedikit lebih daripada sekedar laporan atau catatan mengenai timbulnya dan jatuhnya raja-raja, persekongkolan istana, kemenangan dan kekalahan tentara—satu ceritera mengenai cita-cita dan ketamakan, penipuan, kekejaman, dan pertumpahan darah. Demikianlah diajarkan, dan hasilnya tidak bisa tidak akan merusak. Pengulangan kejahatan dan kekejaman yang menusuk hati, sifat amat jahat dan keganasan yang dilukiskan, menanamkan benih-benih yang akan menghasilkan panen buah kejahatan dalam kehidupan banyak orang. MPS 222.5

Jauh lebih baik jika sejarah dipelajari dalam terang firman Allah, sebab-sebab yang mengatur bangkit dan runtuhnya raja-raja. Biarlah orang-orang muda mempelajari catatan-catatan ini, dan melihat bagai mana kemakmuran bangsa-bangsa telah terjalin dengan penerimaan prinsip-prinsip ilahi. Biarlah dia mempelajari sejarah gerakan reformasi yang terkenal itu, dan melihat betapa sering prinsip ini, walau pun dibenci dan dipandang hina, yang para pelaksananya dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, ke tiang gantungan, telah mendatangkan kemenangan melalui pengorbanan. MPS 222.6

Pelajaran seperti itu akan memberi pandangan yang luas dan mudah dimengerti mengenai hidup. Sejarah akan menolong orang-orang muda mengerti sesuatu dalam hubungan dan ketergantungannya, betapa mengagumkannya kita terikat bersama dalam persaudaraan masyarakat dan bangsa, dan kepada bagaimana besar luasnya penindasan atau kemerosotan seseorang anggota berarti merugikan dan kehilangan bagi semua. MPS 223.1

Dalam mempelajari angka-angka pekerjaan harus dibuat praktis. Biarlah setiap anak muda dan setiap anak diajar, bukan hanya memecahkan masalah yang bersifat angan-angan, tetapi memelihara satu rekening mengenai pendapatan dan pengeluarannya sendiri. Biarlah dia mempelajari penggunaan uang yang benar oleh membelanjakannya. Apakah uang itu berasal dari orangtua atau hasil pendapatan sendiri, biarlah anak-anak, laki-laki dan perempuan, belajar memilih dan membeli pakaian mereka sendiri, buku-buku mereka dan keperluan-keperluan mereka lainnya; dan oleh memelihara satu rekening pengeluaran mereka akan mengetahui nilai dan penggunaan uang. Pelatihan semacam ini akan menolong mereka membedakan penghematan yang benar dari kekikiran di satu pihak, dan pemborosan di pihak lain. Bilamana hal itu diajarkan dengan benar akan mendorong tabiat yang suka berbuat kebajikan. Hal itu akan membantu orang muda dalam belajar memberi, bukan atas dorongan hati yang tiba-tiba, pada waktu perasaan mereka timbul sewaktu-waktu, melainkan secara teratur dan sistematis. MPS 223.2

Dengan cara ini setiap mata pelajaran boleh menjadi penolong dalam pemecahan masalah yang paling besar, melatih pria dan wanita untuk melaksanakan tanggung jawab kehidupan yang paling baik. MPS 223.3