Membina Pendidikan Sejati
Pasal 25— Pendidikan dan Tabiat
“Masa keamanan akan tiba bagimu... hikmat dan pengetahuan.”
Pendidikan yang benar tidak mengabaikan pengetahuan yang bersifat ilmiah atau pengetahuan kesusasteraan; tetapi di atas informasi mempunyai kuasa yang berni lai; di atas kuasa adalah kebajikan; di atas pencapaian intelektual adalah tabiat. Dunia ini tidak begitu memerlukan orang-orang pandai lebih daripada orang yang mempunyai tabiat yang agung. Pendidikan memerlukan orang yang kesanggupannya dikendalikan oleh prinsip yang teguh. “Hikmat adalah hal yang utama: perolehlah hikmat.” “Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan...” (Amsal 4:7, KJV;15:2). Pendidikan yang benar mengajar- kan kebijaksanaan ini. Pendidikan yang benar mengajarkan penggunaan yang terbaik, bukan hanya satu, melainkan segala kuasa dan kecakapan. Dengan demikian pendidikan yang benar mencakup segenap lingkaran kewajiban—kepada diri kita sendiri, kepada dunia, dan kepada Allah. MPS 209.1
Pembangunan tabiat adalah tugas terpenting yang pernah dipercayakan kepada manusia; dan belum pernah sebelumnya hal itu dipelajari lebih penting daripada sekarang ini. Belum pernah ada generasi manusia sebelumnya yang menghadapi masalah yang begitu penting; belum pernah sebelumnya anak-anak muda, pria dan wanita, menghadapi bahaya yang begitu besar daripada yang mereka hadapi sekarang ini. MPS 210.1
Pada masa seperti ini, apakah kecenderungan pendidikan yang diberikan? Kepada motif apakah penarikan paling sering dilakukan? Jawabnya, kepada kepentingan diri sendiri. Banyak pendidikan yang diberikan bertentangan dengan nama yang sebenarnya. Dalam pendidikan yang benar, cita-cita yang mementingkan diri sendiri, ketamakan untuk mendapatkan kuasa, tidak menghargai hak-hak dan kebutuhan manusia, itulah kutuk bagi dunia kita, yang menjadi kontra pengaruh. Allah mempunyai rencana hidup bagi setiap orang. Masing-masing harus meningkatkan talentanya dengan sebaik-baiknya, dan setia melakukannya; apakah karunia itu sedikit atau banyak, haruslah menjadi kemuliaan. Dalam rencana Allah tidak ada tempat bagi persaingan yang mementingkan diri sendiri. Mereka yang ” ...mengukur dirinya sendiri dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka,” (2 Korintus 10:12). Apa saja yang kita lakukan, baiklah kita lakukan “dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah...” (1 Petrus 4: 11). Hendaklah melakukan “...dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya” (Kolose 3:23, 24). Alangkah mulianya pelayanan yang dilakukan dan pendidikan yang diperoleh untuk melaksanakan prinsip ini. Tetapi, betapa berbedanya dengan pendidikan yang diberikan sekarang ini! Dari sejak usia dini, sang anak sudah diajak untuk menyamai dan bersaing; hal itu memupuk sifat mementingkan diri sendiri, akar dari segala kejahatan. MPS 210.2
Dengan demikian terciptalah pertarungan untuk memperoleh su premasi; dan hal itu mendorong timbulnya “kecerobohan” dan dalam banyak hal merusak kesehatan, dan tidak bugar untuk melakukan pekerjaan yang berguna. Dan sering terjadi bahwa persaingan menuntun kepada kecurangan; dan oleh berkembangnya cita-cita dan rasa tidak puas, maka hal itu memberikan kepahitan kepada hidup dan memenuhi dunia dengan manusia yang gelisah, dengan roh kekerasan yang senantiasa mengancam masyarakat. MPS 210.3
Bahaya itu timbul bukan hanya karena metode, tetapi juga terdapat dalam masalah pokok yang dipelajari. MPS 211.1
Apakah pekerjaan di atas mana, sepanjang tahun-tahun kehidupan yang peka dan mudah terpengaruh, pikiran orang muda dituntun untuk tinggal? Pada waktu mempelajari bahasa dan sastera, dari mata air apakah orang-orang muda diajar untuk minum?—Dari mata air kekafiran; dari mata air kebobrokan kekafiran zaman purbakala. Mereka diajak mempelajari pengarang, mengenai siapa, tanpa meragukannya, dinyatakan bahwa mereka tidak menaruh perhatian pada azas moral. MPS 211.2
Dan betapa banyak pengarang zaman modem ini yang dinyatakan sama dengan yang disebutkan di atas! Betapa banyak penarikan dan bahasanya yang indah-indah, tetapi hal itu merupakan penyamaran untuk menyelewengkan prinsip agar dalam kebobrokannya merusak pembacanya! MPS 211.3
Di samping semua ini, banyak sekali pengarang cerita fiksi, yang memberikan iming-iming istana kemewahan. Mungkin para pengarang ini tidak menerima tuduhan ketidakbermoralan, akan tetapi karya mereka betul-betul penuh dengan yang jahat. Karya itu merampok beribu-ribu waktu dan tenaga, dan disiplin diri sendiri yang diperlukan dalam memecahkan pelbagai masalah hidup yang keras. MPS 211.4
Sebagaimana pada umumnya, mempelajari ilmu pengetahuan, juga mengandung bahaya besar. Teori evolusi dan berbagai macam kesalahan diajarkan di sekolah-sekolah dalam setiap tingkat, mulai dari taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Dengan demikian mempelajari ilmu pengetahuan, yang seharusnya mengajarkan pengetahuan tentang Allah, kini berbaur dengan spekulasi dan teori manusia yang cenderung menuntun kepada pendurhakaan. MPS 211.5
Bahkan, dalam belajar Alkitab, sebagaimana terlalu sering dilakukan di sekolah-sekolah, merampok harta kekayaan yang tidak ternilai harganya dari firman Allah. Karya dengan “kritik lebih tinggi” dalam membedah, menduga-duga tanpa bukti, merekonstruksi, justru merusak iman terhadap Alkitab sebagai suatu wahyu ilahi; merampok kuasa firman Allah untuk mengendalikan, menangngkat dan mengilhami kehidupan manusia. MPS 211.6
Pada waktu orang-orang muda keluar ke dalam dunia, untuk menghadapi godaan untuk melakukan dosa—keinginan besar untuk mendapatkan uang, hiburan dan pemanjaan diri, untuk pamer, kemewahan dan pemborosan, melampaui batas,penipuan, perampokan, dan kehancuran—ajaran apakah yang didapat di sana? MPS 212.1
Spiritualisme mengajarkan bahwa manusia adalah setengah dewa yang tidak jatuh ke dalam dosa; bahwa “setiap pikiran akan menghakimi dirinya sendiri;” bahwa “pengetahuan yang benar menempatkan manusia di atas semua hukum;” bahwa “semua dosa yang dilakukan adalah benar;” karena “apa saja yang ada, adalah benar,” dan “Allah tidak menghukum.” Keburukan manusia yang dinyatakan sebagaimana di surga, dan sangat ditinggikan di sana. Dengan demikian itu menyatakan kepada semua orang, “Tidak menjadi masalah apa yang kamu lakukan; hiduplah menurut kemauanmu sendiri, surga adalah rumahmu.” Demikianlah banyak orang yang dituntun untuk mempercayai bahwa keinginan adalah hukum yang tertinggi, bahwa kebebasan adalah kemerdekaan, dan bahwa manusia hanya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. MPS 212.2
Bilamana ajaran yang demikian diajarkan pada usia dini, saat dorongan hati sangat kuat, dan saat pengekangan diri dan kemurnian sangat diperlukan, di manakah diperoleh perlindungan kebajikan? Bagaimanakah cara mencegah dunia dari Sodom yang kedua? MPS 212.3
Pada waktu yang sama kelaliman sedang berusaha menyapu segala hukum, bukan saja hukum ilahi, tetapi juga hukum manusia. Pemusatan kekayaan dan kuasa; gabungan yang luas untuk memperkaya sekelompok kecil orang atas pengorbanan orang banyak; penyatuan golongan orang-orang yang lebih miskin untuk mempertahankan kepentingan dan tuntutan mereka; roh kegelisahan, kerusuhan dan pertumpahan darah; penyebaran sedunia ajaran-ajaran yang sama yang menuntun kepada revolusi Perancis—semuanya cenderung melibatkan seluruh dunia dalam pergolakan yang sama seperti yang menggoncangkan Perancis. MPS 212.4
Pengaruh-pengaruh yang seperti itulah yang akan dihadapi oleh orang-orang muda pada zaman ini. Untuk dapat tetap berdiri di tengah- tengah pergolakan yang demikian, mereka sekarang harus meletakkan dasar-dasar tabiat. MPS 212.5
Dalam setiap generasi dan di setiap negeri dasar dan pola yang benar untuk pembangunan tabiat adalah sama. Hukum ilahi berbunyi, “...Kasihilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu;... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Lukas 10:27). Prinsip agung yang dinyatakan dalam tabiat dan hidup Juruselamat kita, adalah satu-satunya dasar yang aman, dan satu-satunya penuntun yang pasti. MPS 213.1
“Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan...” (Yesaya 33:6); hikmat dan pengetahuan yang hanya firman Allah yang bisa memberikan. MPS 213.2
Hal itu sama benarnya sekarang ini, sebagaimana pada waktu firman itu diucapkan kepada bangsa Israel mengenai penurutan kepada hukum-hukum-Nya: “...Itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa...” (Ulangan 4:6). MPS 213.3
Inilah satu-satunya benteng perlindungan bagi integritas individu, bagi kemurnian rumah tangga, kesejahteraan masyarakat, atau stabilitas bangsa. Di tengah-tengah kebingungan hidup, bahaya dan pertikaian, peraturan satu-satunya yang aman dan pasti ialah melakukan apa yang difirmankan Allah. “Taurat Tuhan itu sempurna,...” dan “...siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (Maz-mur 19:8; 15:5). MPS 213.4