Membina Anak yang Bertanggung Jawab
PASAL 43—Disiplin dalam Rumah Tangga
Keluarga-keluarga yang Teratur dan Berdisiplin dengan Baik. Tugas merekalah yang mengaku diri sebagai pengikut Tuhan untuk menampilkan kepada dunia ini keluarga-keluarga yang teratur dan berdisiplin dengan baik—keluarga-keluarga yang akan menunjukkan kuasa keagamaan yang sejati. 1 MABJ 247.1
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk melatih dan mendidik anak-anak dengan cara yang bijaksana. Pada saat orangtua berusaha untuk mempertahankan keadilan dan takut akan Tuhan, maka kesulitan-kesulitan akan timbul. Anak-anak akan menunjukkan kejahatan yang terkandung di dalam hati mereka. Mere- MABJ 247.2
Mungkin Terjadi dalam Diri Anak-anak. Jikalau sebagai guru-guru di dalam rumah tangga bapa dan ibu membiarkan anak-anak untuk memegang tali kekang di tangan mereka sendiri dan tersesat, maka orangtua harus bertanggung jawab terhadap apa yang sebenarnya bisa terjadi terhadap diri anak-anak itu bilamana cara yang sebaliknya diadakan. 9 MABJ 250.1
Mereka yang mengikuti kecenderungan mereka sendiri, dalam kasih sayang yang buta terhadap anak-anak mereka, sambil memanjakan mereka dalam pemuasan keinginan-keinginan yang mementingkan diri, dan tidak menggunakan wewenang Allah untuk menegur dosa dan memperbaiki yang jahat, menunjukkan bahwa mereka menghormati anak-anak mereka yang jahat itu lebih daripada Allah. Mereka lebih mementingkan untuk menjaga nama baik mereka daripada memuliakan Allah, lebih suka untuk menyenangkan anak-anak mereka daripada menyenangkan Tuhan.... MABJ 250.2
Mereka yang mempunyai terlalu sedikit keberanian untuk menegur yang salah, atau yang melalui kelalaian atau kurang perhatian tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyucikan keluarga atau jemaat Allah, bertanggung jawab atas kejahatan yang bisa timbul sebagai akibat kelalaian mereka terhadap tugas. Tanggung jawab kita sama besarnya atas kejahatan-kejahatan yang sebenarnya dapat kita cegah terjadi di dalam diri orang lain dengan cara menggunakan wewenang orangtua atau gembala, sebagaimana atas kejahatan-kejahatan yang kita perbuat sendiri. 10 MABJ 250.3
Tidak Ada Tempat untuk Memihak. Sangat lumrahlah bagi orangtua untuk bersikap memihak terhadap anak-anak mereka sendiri. Terutama sekali jikalau orangtua ini merasa bahwa mereka mempunyai kesanggupan yang lebih tinggi, maka mereka akan menganggap bahwa anak-anak mereka itu lebih tinggi daripada anak-anak lainnya. Oleh sebab itu banyak hal-hal lain akan dikecam dengan keras tetapi dibiarkan dan dianggap sebagai kecerdikan dan kepintaran bilamana itu terdapat di dalam diri anak-anak mereka. Sekalipun sikap memihak seperti ini adalah sesuatu yang lumrah, tetapi hal itu tidaklah adil dan tidak bersifat rohani. Satu kesalahan yang besar kita perbuat terhadap anak-anak kita bilamana kita membiarkan kesalahan-kesalahan mereka itu berlangsung terus tanpa diperbaiki. 11 MABJ 250.4
Jangan Berkompromi dengan Kejahatan. Harus ditunjukkan dengan jelas bahwa pemerintahan Allah tidak mengenal kompromi de- ngan kejahatan. Baik di dalam rumah tangga ataupun di sekolah, pelanggaran janganlah dibiarkan. Tidak ada orangtua atau guru yang memikirkan kesejahteraan orang-orang yang berada di bawah pengawasannya akan berkompromi dengan kemauan diri yang keras yang menentang wewenang atau dalih atau muslihat untuk melepaskan diri dari penurutan. Bukanlah kasih tetapi perasaan belaka yang meremehkan perbuatan salah, yang berusaha dengan cara membujuk atau menyuap untuk memperoleh penurutan, dan pada akhirnya mau menerima sesuatu sebagai pengganti dari apa yang dituntut. 12 MABJ 250.5
Di dalam banyak keluarga dewasa ini terdapat banyak sekali pemanjaan diri dan pelanggaran yang dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki, atau sebaliknya, terdapat satu roh yang bersifat seperti majikan dan kejam yang menimbulkan kejahatan yang paling buruk di dalam pembawaan anak-anak. Orangtua memperbaiki mereka kadang-kadang dengan satu cara yang tidak disertai pertimbangan sehingga hidup mereka jadi menderita, dan merekapun kehilangan segala hormat bagi bapa, ibu dan saudara-saudara. 13 MABJ 251.1
Orangtua Gagal untuk Memahami Prinsip-prinsip yang Benar. Adalah sesuatu yang menyedihkan hati untuk melihat kelalaian orangtua dalam menjalankan wewenang yang telah diberikan Allah kepada mereka. Orang-orang yang di dalam segala sesuatu yang lainnya, tekun dan pandai, gagal memahami prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam mendidik anak-anak mereka yang masih kecil. Mereka gagal memberikan petunjuk yang benar agar anak-anak berjalan di jalan yang benar. Padahal saat itu, petunjuk yang benar, teladan yang penuh ibadat dan keputusan yang teguh, sangat dibutuhkan untuk menuntun pikiran-pikiran yang belum berpengalaman tersebut karena mereka belum menyadari akan adanya pengaruh-pengaruh yang menipu dan berbahaya yang mereka harus hadapi di mana-mana. 14 MABJ 251.2
Penderitaan yang paling besar telah menimpa umat manusia oleh karena para orangtua telah menyimpang dari rencana Ilahi untuk mengikuti pikiran mereka sendiri dan ide-ide yang tidak diperkembangkan dengan sempurna. Banyak orangtua yang mengikuti dorongan hati. Mereka lupa bahwa kebaikan anak-anak itu sekarang ini dan pada masa yang akan datang memerlukan disiplin yang bijaksana. 15 MABJ 251.3
Allah Tidak Menerima Dalih untuk Salah Bimbing. Terlalu sering pemberontakan dikokohkan di dalam hati anak-anak melalui disiplin yang salah dari orangtua, di mana sebenarnya anak-anak akan membentuk tabiat yang baik dan serasi jikalau cara yang sepatutnya telah diadakan. 16 MABJ 251.4
Sementara orangtua mempunyai kuasa untuk mendisiplin, mendidik dan melatih anak-anak mereka, biarlah mereka menggunakan kuasa itu bagi Allah. Ia menuntut dari mereka penurutan yang suci, tidak bercela dan tidak menyimpang. Ia tidak akan menerima yang lainnya. Ia tidak akan memberikan maaf bagi bimbingan yang salah terhadap anak-anak mereka. 17 MABJ 252.1
Kalahkan Roh Membangkang yang Alamiah Itu. Beberapa anak secara alamiah lebih bersikap membangkang daripada yang lainnya, dan tidak mau menyerah kepada disiplin, dan sebagai akibatnya mereka menjadikan diri mereka sendiri tidak menarik dan tidak disenangi. Jikalau ibu tidak mempunyai kebijaksanaan untuk menghadapi sifat seperti ini, maka satu keadaan yang paling tidak membahagiakan akan terjadi; oleh karena anak-anak seperti itu akan mengikuti jalan mereka sendiri sampai kepada kebinasaan mereka. Tetapi betapa mengerikannya bagi seorang anak untuk memanjakan satu roh yang membangkang bukan saja pada masa kanak-kanak, tetapi pada tahun-tahun di mana mereka lebih dewasa, dan oleh karena kurangnya persesuaian pada masa kecil, mereka memupuk kebencian dan sifat tidak ramah pada masa dewasa terhadap ibu yang gagal untuk mengekang anak-anak mereka itu. 18 MABJ 252.2
Jangan Sekali-kali Katakan kepada Seorang Anak, “Saya tidak dapat berbuat sesuatu terhadap kamu.” Jangan sekali-kali biarkan anakmu mendengar engkau berkata, “Saya tidak dapat berbuat sesuatu terhadap kamu.” Selama kita masih dapat menghampiri tahta Allah, kita sebagai orangtua harus merasa malu mengucapkan kata-kata seperti itu. Berserulah kepada Tuhan, dan Ia akan menolong engkau untuk membawa anak-anakmu yang masih kecil itu kepada-Nya. 19 Pemerintahan Keluarga Harus Dipelajari dengan Tekun. Saya pernah mendengar para ibu mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk memerintah sebagaimana yang dimiliki oleh orang lain, bahwa hal itu adalah merupakan satu bakat tertentu yang tidak mereka miliki. Mereka yang menyadari akan kekurangan mereka di dalam hal ini harus menjadikan soal pemerintahan keluarga itu sebagai bahan pelajaran mereka. Namun demikian anjuran-anjuran yang paling berharga yang dikemukakan oleh orang lain janganlah diterima begitu saja tanpa dipikirkan dan disaring. Semuanya itu boleh jadi tidak akan dapat diterapkan dengan cara yang sama untuk segala keadaan setiap ibu, atau kepada pembawaan dan sifat yang tertentu dari setiap anak yang ada di dalam keluarga. Biarlah ibu mempelajari dengan saksama pengalaman-pengalaman orang lain, perhatikan perbedaan antara metode mereka dengan metodenya sendiri, dan dengan teliti menguji hal-hal yang tampaknya sangat berharga. Jikalau satu cara disiplin tidak menghasilkan apa yang dikehendaki, biarlah rencana yang lain dicoba, dan hasilnya diamat-amat dengan saksama. MABJ 252.3
Para ibu, di atas segala sesuatu yang lainnya, harus membiasakan diri mereka untuk berpikir dan menyelidiki. Jikalau mereka tekun dalam hal ini, maka mereka akan mendapati bahwa mereka sedang memperoleh kesanggupan yang mereka pikir tidak mereka miliki, dan mereka sedang belajar membentuk tabiat anak-anak mereka itu dengan benar. Hasil usaha dan pemikiran yang dicurahkan terhadap hal ini akan terlihat dalam penurutan mereka, kesederhanaan mereka, dan kesucian mereka; dan itu akan membayar dengan kelimpahan segala usaha yang telah diadakan. 20 MABJ 253.1
Orangtua Harus Bersatu dalam Menjalankan Disiplin. Ibu harus selalu memperoleh kerja sama bapa dalam usahanya untuk meletakkan dasar satu tabiat yang baik di dalam diri anak-anak mereka. Seorang ayah yang lemah janganlah menutup matanya terhadap kesalahan-kesalahan anak-anaknya hanya karena tidak menyenangkan untuk memberikan teguran. 21 MABJ 253.2
Prinsip-prinsip yang benar harus diteguhkan di dalam pikiran seorang anak. Jikalau orangtua bersatu di dalam pekerjaan mendisiplin ini, maka anak itu akan memahami apa yang dituntut dan padanya. Tetapi jikalau bapa, oleh kata-kata atau raut muka, menunjukkan bahwa ia tidak menyetujui disiplin yang diberikan oleh ibu itu, jikalau ia merasa bahwa ibu terlalu ketat, dan berpendapat bahwa ia harus mengimbangi kekerasan itu dengan cara memanjakan, maka anak itu akan menjadi rusak. Tipu daya akan dilakukan oleh orangtua yang bersimpati, dan anak itu segera akan mempelajari bahwa ia dapat berbuat menurut kesenangannya. Orangtua yang melakukan dosa ini terhadap anak-anak mereka harus bertanggung jawab atas kebinasaan jiwa mereka. 22 MABJ 253.3
Gabungkan Pengaruh Kasih Sayang dan Wewenang. Biarlah terang anugerah surga menerangi tabiatmu, agar ada sinar matahari di dalam rumah tanggamu. Biarlah ada damai, kata-kata yang menyenangkan, dan wajah yang berseri-seri. Ini bukanlah kasih sayang yang buta, bukanlah kelemahlembutan yang memberikan dorongan kepada dosa oleh pemanjaan yang tidak bijaksana, dan yang merupakan kejahatan yang paling kejam, bukanlah kasih yang palsu yang membiarkan anak-anak untuk memerintah dan menjadikan orangtua mereka sebagai budak kepada tindakan-tindakan mereka. Tidak boleh ada sikap memihak di dalam diri orangtua, tidak boleh ada penekanan; diga-bungkannya pengaruh kasih sayang dan wewenang akan memberikan bentuk yang sebenarnya kepada keluarga. 23 MABJ 253.4
Tampilkan Tabiat Allah dalam Disiplin. Jadilah tegas dan teguh dalam menjalankan petunjuk Kitab Suci, tetapi jauhkan diri dari nafsu. Camkan dalam pikiran bahwa bilamana engkau menjadi kasar dan bertindak dengan tidak masuk akal di hadapan anak-anakmu, maka engkau mengajarkan kepada mereka hal yang serupa itu. Allah menuntut engkau untuk mendidik anak-anakmu, sambil membawa ke dalam disiplinmu itu segala kepemimpinan seorang guru yang bijaksana yang berada di bawah pengendalian Allah. Jikalau kuasa Allah yang dapat mempertobatkan itu dijalankan di dalam rumah tanggamu, maka engkau sendiri akan menjadi pelajar yang terus-menerus. Engkau akan menampilkan tabiat Tuhan, dan usahamu ke arah ini akan menyenangkan Allah. Jangan sekali-kali lalaikan tugas yang harus dilaksanakan bagi anggota-anggota yang lebih muda dari keluarga Tuhan. Para orangtua, engkau adalah terang rumah tanggamu. Kalau demikian biarlah terangmu bercahaya-cahaya dalam kata-kata yang menyenangkan, dalam nada suara yang lemah lembut. Buangkan segala sengat dari dalamnya melalui doa kepada Allah untuk meminta pengendalian diri. Dan malaikat-malaikat akan berada di dalam rumah tanggamu, oleh karena mereka akan memperhatikan terangmu. Disiplin yang engkau berikan kepada anak-anakmu akan mengalir dengan satu arus yang kuat dan jernih dari rumah tanggamu yang diatur dengan benar itu kepada dunia ini. 24 MABJ 254.1
Jangan Ada Penyelewengan dari Prinsip-prinsip yang Benar. Pada zaman dahulu, wewenang orangtua dihargai, pada zaman itu anak-anak tunduk kepada orangtua dan merasa takut serta menghormati mereka; tetapi pada zaman akhir ini keadaan menjadi sebaliknya. Beberapa orangtua tunduk kepada anak-anak mereka. Mereka takut melawan kemauan anak-anak mereka, dan oleh sebab itu menyerah kepada mereka. Tetapi selama anak-anak itu masih tinggal di bawah atap rumah orangtua, dan bergantung kepada mereka, maka anak-anak harus tunduk kepada pengendalian mereka. Orangtua harus bergerak dengan penuh kepastian, sambil menuntut agar supaya pandangan-pandangan mereka tentang hal yang benar harus ditaati. 25 MABJ 254.2
Ambil Langkah-langkah yang Ekstrim Bilamana Pelanggaran yang Sengaja Tidak Terkendalikan. Beberapa orangtua yang suka memanjakan, dan ingin yang senang saja, takut melaksanakan wewenang yang sepatutnya terhadap anak-anak mereka yang tidak taat itu, karena takut jangan-jangan anak-anak itu akan lari dari rumah. Bagi beberapa orang adalah lebih baik berbuat hal ini daripada tinggal di dalam rumah dan hidup dari kelimpahan yang disediakan oleh orangtua mereka, dan pada saat yang sama menginjak-injak segala wewenang yang ada, baik manusia dan ilahi. Boleh jadi hal itu akan merupakan suatu pengalaman yang paling berharga bagi anak-anak seperti itu untuk memiliki dengan sepenuhnya kebebasan yang mereka pikir amat menyenangkan itu, untuk mempelajari bahwa diperlukan usaha agar supaya bisa hidup. Biarlah orangtua berkata kepada anak yang mengancam akan lari dari rumah itu, “Anakku, bilamana engkau sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah ini daripada mentaati peraturan-peraturan yang adil dan patut, kami tidak akan menghalangi kamu. Jikalau engkau rasa bahwa dunia ini lebih baik daripada orangtua yang telah mengurus kamu dari sejak bayi, maka engkau harus belajar sendiri akan segala kesalahanmu itu. Bilamana engkau mau kembali ke rumah bapamu, untuk menaati wewenangnya, maka engkau boleh kembali. Kewajiban bersifat timbal balik. Sementara engkau memperoleh makanan dan pakaian dan asuhan orangtua, maka sebaliknya engkau berada di bawah tanggung jawab untuk tunduk kepada peraturan-peraturan rumah tangga dan disiplin yang baik. Rumahku tidak bisa dikotori oleh baunya tembakau, dengan kenajisan atan mabuk-mabuk. Saya menghendaki agar malaikat-malaikat datang ke dalam rumahku. Jikalau engkau telah bertekad untuk melayani Setan, lebih baik engkau tinggal bersama dengan mereka yang persahabatannya akan membuat engkau merasa seperti berada di dalam rumah sendiri.” MABJ 255.1
Tindakan seperti itu akan mencegah karir yang merosot dari ribuan orang. Tetapi terlalu sering anak-anak mengetahui bahwa mereka dapat berbuat yang paling jahat, akan tetapi seorang ibu yang tidak bijaksana akan membujuk mereka dan menutupi pelanggaran mereka. Banyak anak yang durhaka menjadi sombong oleh karena orangtuanya tidak mempunyai keberanian untuk mengekang mereka.... Mereka tidak menuntut penurutan. Orangtua seperti itu sedang memberikan dorongan kepada anak-anak mereka dalam keadaan yang sia-sia dan tidak menghormati Allah oleh sikap memanjakan yang tidak bijaksana itu. Anak-anak muda yang memberontak dan rusak ini yang merupakan unsur yang paling sulit untuk dikendalikan di dalam sekolah dan perguruan-perguruan tinggi. 26 MABJ 256.1
Jangan Jemu Berbuat Baik. Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan yang terus-menerus. Hal itu janganlah dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dalam satu hari dan diabaikan pada hari yang berikutnya. Banyak orang yang siap memulai pekerjaan itu, tetapi tidak mau untuk meneruskannya. Mereka rindu untuk berbuat sesuatu yang besar, untuk mengadakan pengorbanan; tetapi mereka menarik diri dari usaha dan pengawasan yang tekun dalam perkara-perkara kecil yang sehari-hari, undur dari pekerjaan untuk membuangkan dan melatih ke-cenderungan-kecenderungan yang menyimpang dari waktu ke waktu, undur dari pekerjaan untuk memberikan petunjuk, teguran dan dorongan, sedikit demi sedikit, sebagaimana yang dibutuhkan. Mereka ingin untuk melihat anak-anak memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka dan membentuk tabiat mereka sekaligus, mencapai puncak gu-nung dengan sekali lompat, dan bukan dengan langkah demi langkah yang terus-menerus; dan oleh karena pengharapan mereka tidak dengan segera menjadi kenyataan, maka mereka pun menjadi kecewa. Biarlah orang-orang seperti itu memperoleh semangat apabila mereka mengingat kata-kata rasul, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” 27 MABJ 256.2
Anak-anak yang memelihara hari Sabat bisa saja menjadi tidak sabar terhadap pengendalian orangtua dan berpikir bahwa mereka itu terlalu keras; perasaan-perasaan yang tidak enak bisa timbul di dalam hati mereka dan pemikiran yang tidak puas dan tidak menyenangkan diperkembangkan oleh mereka terhadap orang-orang yang sedang berusaha bagi kebaikan mereka sekarang ini, untuk masa yang akan datang bahkan untuk selama-lamanya. Tetapi jikalau hidup ini bisa berlangsung beberapa tahun saja, maka mereka akan merasa bersyukur kepada orangtua mereka atas segala pengawasan yang ketat dan penjagaan yang saksama terhadap diri mereka itu selama tahun-tahun di mana mereka belum mempunyai pengalaman. 28 MABJ 256.3
Bacalah Nasihat-nasihat dari Firman Allah. Bilamana anak-anak berbuat kesalahan, orangtua harus mengambil waktu untuk membacakan kepada mereka dengan lemah lembut dari Firman Allah tentang nasihat-nasihat yang sesuai dengan keadaan pada saat itu. Bilamana mereka diuji, digoda atau menjadi kecewa, bacakan kepada mereka kata-kata yang berharga yang penuh penghiburan, dan dengan lemah lembut tuntun mereka supaya berharap kepada Tuhan. Dengan demikian pikiran yang masih muda itu akan dapat diarahkan kepada apa yang suci dan agung. Dan apabila persoalan-persoalan hidup yang besar itu, dan perlakuan Allah terhadap umat manusia itu, dipaparkan kepada pengertian mereka, maka daya pikir mereka akan digunakan, pertimbangan digunakan, sementara pelajaran-pelajaran tentang kebenaran Ilahi ditanamkan di dalam hati mereka. Dengan cara demikian orangtua setiap hari dapat membentuk tabiat anak-anak mereka, agar mereka dijadikan layak untuk hidup bagi masa yang akan datang. 29 MABJ 257.1