Pustaka Roh Nubuat Djilid 1
Fasal 32—Permintaan Doa Daud.
Kepada saja ditundjukkan radja Daud berseru kepada Tuhan supaja djangan meninggaikan dia apabila sudah tua, dan apakah jang mendjadi sebab ia berseru dengan demikian tekun. Dia melihat bahwa semua orang-orang tua jang sekelilingnja tidak senang dan perangai-perangai jang tidak senang itu makin bertambah terutama dengan pertambahan umurnja. Kalau kiranja orang-orang sudah biasa pelit dan loba, makinlah tabiat ini bertambah menjusahkan pada hari tuanja. Kalau kiranja mereka iri-hati, tjerewet, dan kurang sabar, adalah mereka terlebih-lebih lagi kalau mereka sudah tua. PN 160.1
Radja Daud terutama merasa susah hati ketika ia melihat bahwa radja-radja dan orang-orang bangsawan jang rupanja berbakti kepada Allah ketika mereka masih kuat, mendjadi iri-hati akan sahabat-sahabatnja jang paling baik serta keluarganja apabila mereka sudah tua. Mereka selalu takut bahwa maksud-maksud jang mementingkan diri sendirilah jang mengadjak mereka itu datang untuk menjatakan perhatian terhadap dirinja. Mereka suka sekali mendengar bisik-bisikan dan nasihat-nasihat penipu dari orang-orang lain berhubung dengan orang-orang kepada siapa mereka seharusnja mentjurahkan kepertjajaannja. Iri hatinja jang tak dapat direm itu kadang-kadang bernjala-njala oleh karena segala perkara tidak bersetudju dengan pertimbangannja jang makin lama makin kurang tepat. Kelobaan mereka itu sungguh hebat sekali. Mereka seringkali berpikir bahwa anak-anaknja sendiri dan keluarganja selalu berharap supaja mereka lekas mati agar supaja mengambil kedudukannja dan memiliki segala kekajaannja, serta menerima perbaktian jang telah diberikan kepada mereka itu. Maka sebahagian ada dipengaruhi oleh perasaan irihati dan loba itu begitu rupa sehingga mereka mau membinasakan anak-anaknja sendiri. PN 160.2
Radja Daud perhatikan betul bahwa meskipun kehidupan beberapa orang jang masih dalam kekuatan tenaganja telah hidup benar, ketika mereka sudah mulai tua mereka seolah-olah kehilangan kendali atas dirinja sendiri. Setan lantas datang dan memimpin pikiran mereka itu mendjadikan mereka gelisah dan kurang puas. Dia melihat bahwa banjak orang-orang tua seolah olah ditinggalkan Allah dan mendedahkan dirinja kepada olok-olok dan tjelaan musuhnja. Daud terharu betul; ia merasa susah ketika ia memandang kepada waktu apabila dia mendjadi tua kelak. Ia merasa takut bahwa Allah akan meninggaikan dia dan ia pun akan sama susahnja seperti orang-orang tua lain jang hidupnja ia telah perhatikan, dan akan dibiarkan kepada hinaan musuh musuh Tuhan. Dengan pikiran jang demikian maka ia pun minta. doalah dengan PN 160.3
1863, djilid 1, muka 422—424. tekun : “Djangan kiranja engkau membuang aku pada masa tuaku; djangan tinggalkan daku apabila hilanglah kuatku.” “Ja Allah, daripada ketjilku telah Kau adjar aku, maka sampai kepada hari ini bolehlah aku memberitahu segala perbuatanMu jang adjaib itu. Maka sebab itu sedang sudah sampai masa tuaku dan putih ubanku, djangan apalah engkau meninggalkan daku, ja Allan, supaja aku memberitahu kodratMu kepada bangsa ini dan kuasaMu kepada anak tjutjunja.” Mazmur 71:9, 17, 18. Daud merasa perlunja mendjaga diri daripada segala kedjahatan jang mengikuti masa tua. PN 160.4
Memang seringkali terdjadi orang-orang tua tidak mau insjaf dan mengaku bahwa kekuatan pikirannja sudah makin berkurangkurang. Mereka memendekkan umur hari hidupnja oleh mendjaga sesuatu jang harus mendjadi tanggungan anak-anaknja. Setan seringkali mempermainkan pikiran mereka itu serta mengadjak mereka supaja merasa kekuatiran selalu tentang wang mereka. Wang itu telah didjadikan berhalanja, dan mereka menjimpan wang itu dengan pelitnja. Kadang kadang mereka suka menjangkal diri akan banjak kesenangan hidup, dan berusaha diluar kekuatannja, ganti membelandjakan wang jang ada padanja. Dengan djalan demikian mereka selalu dalam keadaan berkekurangan, karena ketakutan satu kali mereka akan kekurangan kelak. Segala ketakutan ini berasal dari Setan. Ia menghasut alat-alat jang membawa kepada segala ketakutan dan iri-hati jang hina jang membikin kemuliaan djiwa djadi korrup dan membinasakan segala pikiran dan perasaan jang mulia. Orang-orang jang demikian adalah gila tentang soal wang. Kalau kiranja mereka mau mengambil sikap jang Tuhan ingin mereka ambil, maka hari tuanja boleh djadi akan mendjadi hari jang paling baik dan paling gembira. Orang-orang jang mempunjai anak-anak, jang ketulusan dan ketjakapannja mereka mempunjai alasan untuk dipertjaja, haruslah membiarkan anak-anaknja itu membikin mereka senang. Ketjuali mereka berbuat demikian, Setan akan mentjahari keuntungan dari kelemahan pikirannja dan akan mengurus sesuatu bagi mereka itu. Mereka haruslah menjebelahkan kekuatiran dan keluh kesah, dan mengisi waktunja dengan seberapa senang dapat dibuatnja, serta berusaha membikin dirinja pantas buat sorga. PN 161.1
* * * * *