Pustaka Roh Nubuat Djilid 1

14/158

Isteri Sebagai Teman Sekerdja

Isteri-isteri adalah berhubungan rapat dengan pekerdjaan Allah kalau kiranja Tuhan telah memanggil suami mereka untuk mengabarkan kebenaran buat zaman ini. Hamba-hamba ini, kalau memang betul dlpanggil oleh Allah, akan merasa pentingnja kebenaran itu. Mereka sedang berdiri diantara orang-orang jang hidup dan jang mati, dan mesti mengamat-amati djiwa seperti orang jang mesti memberikan perhitungan. Sutjilah panggilan mereka itu, dan isterinja pun dapat mendjadi berkat jang besar atau kutuk baginja. Isteri-isteri dapat menggembirakan hatinja apabila tawar hati, menghiburkan mereka apabila dalam bimbang, dan mengandjurkan mereka supaja memandang keatas dan berharap dengan sungguh pada Tuhan apabila pertjajanja tergontjang. Atau mereka boleh mengambil djurusan jang sebaliknja, memandang selamanja kepada jang gelap, memikirkan bahwa mereka sedang dalam susah, tidak mempertjajai Allah, berbitjara tentang kesukaran dan kurang pertjajanja kepada suaminja, serta selalu mengeluh dan bersungut-sungut, dan mendjadi satu beban jang berat, bahkan kutuk kepada mereka itu. PN 37.1

Saja melihat bahwa isteri pendeta-pendeta harus membantu suaminja dalam pekerdjaan mereka serta tjermat dan hati-hati pengaruh jang mana mereka keluarkan, karena mereka itu selalu diamat-amati, dan daripadanja diharap lebih daripada orang-orang lain. Pakaian mereka haruslah mendjadi teladan. Kehidupan serta perkataan mereka harus mendjadi tjontoh, jang berbau hidup ganti kematian. Saja melihat bahwa mereka harus mengambil pendirian jang rendah hati, lemah lembut, tetapi tinggi, dengan tidak memperbintjangkan segala perkara jang tidak menudjukan pikiran kearah sorga. Pertanjaan besar dalam hatinja haruslah selalu: “Bagaimanakah saja dapat menjelamatkan djiwaku sendiri, dan mendjadi djalan buat menjelamatkan orang-orang lain?” Saja melihat bahwa pekerdjaan setengah-setengah dalam hal ini tidaklah berkenan kepada Allah. Tuhan ingin mendapat hati dan perhatian jang penuh, atau tidak sama sekali. Pengaruh mereka itu berguna dengan tentu dan njata bagi kebenaran, atau berlawanan dengan kebenaran. Mereka mengumpulkan dengan Isa, atau mentjerai-beraikan. Seorang isteri jang tidak disutjikan adalah satu kutuk jang terbesar jang boleh ada pada seorang pendeta. Hamba-hamba Allah jang telah dan masih tetap tidak beruntung oleh karena beroleh pengaruh jang melajukan ini dalam rumahnja, haruslah melipat gandakan usahanja dalam doa dan berdjaga-djaga, mengambil pendirian jang teguh dan tentu, dan djangan biarkan kegelapan ini memberatkan mereka. Mereka harus berpaut lebih rapat kepada Allah, berpendirian jang kokoh dan tetap, memerintahkan rumah-tangganja sendiri dengan baik, dan hidup begitu rupa sehingga mereka boleh berkenan kepada Allah dan didjagai oleh malaikat-malaikat. Tetapi kalau me-reka menjerah kepada segala kehendak isterinja jang tidak berserah diri itu, maka murka Allah pun turunlah atas rumah tangga itu. Tabut Allah tidak akan bisa berdiam dalam rumah itu, karena mereka memperkenankan dan membantu isterinja dalam kesalahannja. PN 37.2

Tuhan kita Allah jang tjemburuan adanja. Memandang ringan kepadaNja adalah suatu perkara jang hebat sekali. Pada zaman dahulukala, Achan telah menginginkan sebuah kerungsang emas dan sehelai kain Babiloni, serta menjembunjikan dia, maka seluruh bangsa Israil mendapat susah; mereka dikalahkan oleh musuhnja. Maka ketika Jusak bertanja kepada Tuhan tentang sebab kekalahan itu, Tuhan bersabda: “Bangkitlah berdiri engkau; sutjikanlah bangsa ini; hendaklah katamu: Sutjikanlah dirimu bagai esok hari, karena demikianlah sabda Tuhan, Allah Israil; Adalah diantara kamu suatu haram, hai Israil, makanja tak dapat kamu tahan berdiri dihadapan musuhmu, sampai sudah kamu membuang jang haram itu dari tengahmu.” Jusak 7 : 13. Achan telah berdosa, dan Allah membinasakan dia serta dengan segala isi rumahnja dengan segala kepunjaannja, dan menghapuskan kutuk itu dari bangsa Israil. PN 38.1

Saja melihat bahwa Israil Allah mesti bangkit dan membaharui kekuatan mereka dalam Tuhan oleh membaharui dan memeliharakan perdjandjian mereka dengan Dia. Tamaha kekikiran, loba akan wang, dan tjinta kepada dunia ini, terdapat dalam segala golongan orang-orang jang memeliharakan hari Sabat. Kedjahatan ini sedang membinasakan roh berkorban diantara umat Tuhan. Segala orang jang mempunjai kekikiran ini dalam hatinja tidaklah merasa jang demikian. Hal itu telah beroleh kemenangan atas mereka itu dengan tiada kelihatan, maka ketjuali ditjabut dengan akar-akarnja, kebinasaan mereka itupun akan samalah pastinja seperti Achan. Banjak orang telah mengambil korban itu dari mezbah Tuhan. Mereka tjinta kepada dunia, tjinta kepada segala keuntungan dan kekajaannja, maka ketjuali tidak ada perobahan jang sempurna pada mereka itu, akan binasalah mereka itu dengan dunia ini. Tuhan Allah telah memindjamkan kekajaan kepada mereka itu; kekajaan itu bukanlah kepunjaan mereka, melainkan Allah telah mendjadikan mereka itu sebagai djuru-kuntji. Maka oleh karena pengangkatan itu mereka mengaku bahwa merekalah jang empunja hak dan menimbun semuanja. Tetapi, aduh, betapa lekas segala perkara itu dirampas daripadanja dalam sekedjap mata, apabila tangan Allah jang memberkati itu didjauhkan dari mereka!! Seharusnjalah diadakan pengorbanan bagi Allah, satu penjangkalan diri oleh karena kebenaran. Aduh, alangkah lemah dan tak berdaja manusia itu! Betapa tangannja terbentjat! Saja melihat bahwa ketinggian manusia itu akan segera direndahkan, dan kesombongan manusia dihinakan. Radja-radja dan segala orang bangsawan, jang kaja dan jang miskin, semuanja akan tunduk, serta bentjana Allah jang mengeringkan itu akan djatuh atas mereka itu. PN 38.2

* * * * *