Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah
Gambaran Singa
Juga dikategorikan sebagai propaganda kerajaan, gambaran singa menerima bagian terpisah dalam makalah ini, diberikan uraian terperinci tentang literature kenabian. Beberapa teks kenabian menunjukkan kesamaan yang luar biasa dengan dokumen-dokumen Asyur dan Mesir (lih. Yes. 15:9; Yer. 2:15; 4:7; 50:17) di mana singa muncul sebagai citra stereotip (berbentuk klise). Raja-raja Mesir, Babel, dan Asyur18 sering menggambarkan diri mereka sebagai singa dan sering membual tentang keterlibatan dalam olahraga kerajaan berburu singa, seperti yang ditunjukkan terutama dalam dekorasi istana19 dan dokumen-dokumen kerajaan. 20 Nebmaatre, raja Mesir Hulu dan Hilir, mengklaim sebagai “singa perkasa, kekasih Amun.” 21 Esarhadom (680-669 SM), raja Asyur, menyombong: “Aku menjadi marah seperti singa, emosiku bergejolak. Aku membenturkan kedua tangan demi melatih kerajaan keluarga ayahku.” 22 Dan Ashurbanipal kemudian dianggap sebagai manusia penolong, mengingat kemampuannya untuk membunuh singa. 23 KN 146.2
Beberapa nabi dengan terampil menggunakan gambaran singa untuk menekankan kekuatan retoris pekabaran mereka. Dalam beberapa kasus, ini mungkin hanya mencerminkan citra stereotip singa yang umum di Timur Dekat kuno. Namun, kejadian-kejadian lain dari gambaran ini tampaknya menyinggung deskripsi khusus raja-raja Timur Dekat kuno sebagai singa yang perkasa. 24 KN 147.1
Hosea, misalnya, menunjukkan keakraban yang menarik dengan gambaran raja singa seperti yang digunakan oleh raja-raja Neo-Asyur. Dalam perkataannya yang pedas terhadap Israel, nabi menggambarkan Tuhan sebagai singa yang siap merobek mangsanya: “Sebab Aku ini seperti singa bagi Efraim, dan seperti singa muda bagi kaum Yehuda. Aku, Aku ini akan menerkam, lalu pergi, Aku akan membawa lari dan tidak ada yang melepaskan. Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku bersalah dan mencari wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan Aku” (Hos. 5: 14, 15). Pada pandangan pertama tampak bahwa Hosea hanyalah menggunakan bahasa klise untuk meng-gambarkan penghakiman Allah yang segera terhadap Israel. Namun faktanya bahwa Allah akan menggunakan bangsa Asyur sebagai alat untuk melaksanakan penghakiman-Nya (lihat Hos. 5: 13; 7: 11; 8: 9; 9: 13; 10: 6; 11:5, 11; 12: 1; 14: 3) menunjukkan bahwa Hosea kemungkinan besar menggunakan kiasan ironis terhadap fakta yang terkenal bahwa bangsa Asyur sering menggambarkan prestasi militer mereka sebagai singa yang menyerang mangsanya. Yang menarik, raja-raja Asyur yang terkait dengan nubuatan Nabi Hosea (Tiglath-Pileser III, Shalmaneser V, dan Sargon II) menggambarkan diri mereka sebagai singa dalam riwayat kera-jaan mereka. 25 Dalam suatu liku-liku ironis, nabi mengumumkan bahwa pengha-kiman pada akhirnya akan dilakukan oleh Allah, singa yang tertinggi, yang “akan menggunakan ‘singa-singa Asyur ini’ untuk melaksanakan penghakiman-Nya.” 26 Penggunaan gambaran singa yang terus-menerus, muncul dalam kitab Nahum ketika nabi mengumumkan kematian kekaisaran Asyur: KN 147.2
Di mana gerangan persembunyian singa dan gua singa-singa muda, tempat singa pulang pergi, tempat anak singa, di mana tidak ada yang mengganggunya? Biasanya singa itu menerkam supaya cukup makan anakanaknya, mencekik mangsa bagi betina-betinanya, dan memenuhi liangnya dengan mangsa dan persembunyiannya dengan terkaman. Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan semesta alam, Aku akan membakar keretamu menjadi asap, dan pedang akan memakan habis singa mudamu; Aku akan melenyapkan mangsamu dari atas bumi, dan suara utusan-utusanmu tidak akan terdengar lagi” (Nahum 2: 11—13). KN 148.1
Dalam perikop ini, nabi menggambarkan Tuhan sebagai pemburu singa. Ironisnya, Tuhan Sendiri, pemburu singa pamungkas, akan memburu bangsa Asyur dan raja-raja mereka yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai raja-raja singa. Konteks historis dan tujuan buku Nahum menunjukkan bahwa nabi mungkin telah membuat singgungan yang disengaja dengan prasasti Asyur. Kita harus mencatat bahwa kemungkinan besar Nahum adalah sezaman dengan Ashurbanipal (668-627), 27 seorang raja yang sering menggambarkan dirinya sebagai pemburu singa. 28 Selain itu, Tuhan meminta Nahum untuk mengumumkan kejatuhan Kekaisaran Asyur. Maka, tidak mengherankan bahwa, untuk menyampaikan pesannya dengan cara yang lebih efektif, Nahum menggunakan retorika kerajaan Asyur secara retoris 29 untuk mengumumkan perburuan mereka yang menganggap diri mereka sebagai pemburu terhebat. KN 148.2
Dalam sebuah nubuatan menentang Mesir (Yeh. 32: 1—15), Yehezkiel mengutuk Firaun dengan mengatakan, “Engkau menyamakan dirimu dengan singa muda di antara bangsa-bangsa” (ayat 2). Bahasa seperti itu menunjukkan keakraban dengan penggunaan gambar singa di Mesir sebagai propaganda untuk mempromosikan kekuatan dan keagungan Firaun. Tetapi Yehezkiel menggunakan citra singa untuk menggambarkan kelemahan dan bukan kekuatan Firaun. KN 149.1
Ketimbang sebagai seekor singa agung yang siap untuk melahap mangsanya, raja Mesir muncul sebagai buaya yang menjijikkan yang segera ditangkap dan di-bunuh: “Engkau menyamakan dirimu dengan singa muda di antara bangsa-bangsa, tetapi engkau seperti buaya di laut; sungai-sungaimu kaubuat berbuih, engkau mengeruhkan airnya dengan kaki dan menggelompar dalam lumpur sungainya. Beginilah firman Tuhan Allah: Aku memasang jaringku menangkap engkau dengan sekumpulan bangsa-bangsa yang banyak, dan mengangkat engkau di dalam pukat-Ku” (ayat 2, 3). Oleh karena itu, harapan Yehuda bahwa Mesir dapat mendukung mereka melawan orang Babel tidak memiliki dasar yang kuat. Terlepas dari klaimnya sebagai singa, Firaun akan diburu seperti buaya. KN 149.2