Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

85/291

Teologis

Penggunaan Alkitab secara teologis oleh para penulis Alkitab dapat dikenali ketika tema-tema alkitabiah yang penting disinggung tanpa kutipan eksplisit. Kita telah mengamati sejauh mana catatan sejarah penciptaan ditegaskan oleh para penulis Alkitab. Jadi tidak mengherankan bahwa refleksi teologis mereka sering menggunakan motif ini. Misalnya, asal mula Israel dijelaskan dalam istilah yang mengingatkan pada penciptaan Adam (Yes. 43:1; bdk. Kej. 2: 7). Injil didasarkan pada kuasa Allah untuk menciptakan kembali (atau memulihkan) manusia menjadi gambar Pencipta mereka (2 Kor. 4: 6; 5: 17; Ef. 2: 10; Kol. 3: 10) dan, pada akhirnya, untuk menciptakan kembali langit dan bumi untuk mengembalikannya ke keadaan sempurna yang semula (2 Ptr. 3: 11—13; Why. 21: 1—5) . KN 131.1

Konsep teologis penting lainnya yang ada di Kitab Suci adalah Keluaran. Itu dibayangkan dalam panggilan Abraham keluar dari Ur (Kej. 11: 31-12: 1; N eh. 9:7— 12; bdk. Yes 51:2) 22 dan bahkan dinubuatkan kepadanya dalam mimpi (Kej. 15: 12—16). Di seluruh Perjanjian Lama, peristiwa Keluaran sebagai tindakan Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir (Kel. 15:22) menjadi paradigmatik untuk menggambarkan tindakan keselamatan dari Allah di masa depan-khususnya sehubungan dengan eksodus Israel dari pembuangan di Babel dan kembali ke tanah perjanjian (Yeh. 20: 33; Yes. 43: 16—19; 52: 12). 23 “Jika pada Keluaran, Yahwe menyelamatkan umat-Nya dengan membuat ‘jalan di laut, jalan di air yang dahsyat,’ maka Ia berjanji kepada anak-anak di pengasingan bahwa ketika mereka melewati air Ia akan menyertai mereka: Dia akan membuat jalan di padang belantara dan sungai-sungai di padanggurun.” 24 KN 131.2

Para penulis Injil, dalam menggambarkan kehidupan dan pelayanan Yesus dalam istilah-istilah ini, menunjukkan kesadaran mereka tentang tema kenabian ini. Markus 1: 3 mengutip Yesaya 40, yang menghubungkan pekerjaan persiapan Yohanes Pembaptis dengan eksodus baru Yesaya. 25 Matius melihat eksodus Israel “direkapitulasi dalam pengalaman pribadi Kristus.” 26 Kutipannya tentang Hosea 11: 1, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku” (Mat. 2:15) menunjukkan kepekaan ter-hadap konteks yang lebih luas dari buku itu dan nabi-nabi abad kedelapan lainnya yang menggambarkan kembalinya Israel dari pengasingan dalam istilah mesianik sebagai suatu eksodus baru. 27 Gagasan ini berasal dari Perjanjian Lama; itu tidak sedang dibaca. Jadi Lukas juga, dalam merujuk pada mendekati kematian Yesus, membangkitkan harapan ini melalui penggunaan istilah (Yunani) exodos (Lukas 9: 31) . Pernyataan tentang kematian Kristus telah terjadi pada saat Paskah (Yoh. 19: 14; bdk. 1 Kor. 5: 7) dan peringatan peristiwa itu dalam Perjamuan Tuhan (1 Kor.11:23-26) menekankan pemahaman Kristen mula-mula tentang makna perayaan kenabian Yahudi dan mungkin mencerminkan ajaran Yesus tentang hal itu. 28 KN 131.3

Berhubungan erat dengan konsep eksodus baru, di mana Israel akan kembali dari pengasingan dan dibangun kembali di negeri itu, adalah harapan kenabian pemerintahan Allah dalam sosok Raja ideal yang akan datang (mis. Yes. 32: 1, 17), 29 yang dihadirkan oleh Injil sebagai ciri utama proklamasi Yesus tentang kerajaan Allah (Mat. 4: 17;Mrk. 1: 15;Luk. 4:43, 17—21; Yoh. 3: 3, 5; 18:36). KN 132.1

Tema lain yang dijalin sepanjang narasi Alkitab adalah tentang kontroversi besar atau perang kejahatan melawan Allah dan tujuan-tujuan-Nya, mencapai ekspresi puncaknya dalam kitab Wahyu, khususnya pasal 12. Perang dimulai di surga (ayat 7), menyebar ke bumi (ayat 9, menyinggung Kej. 3), dan termasuk serangan terakhir pada sisa-sisa eskatologis Allah (ayat 17). Deskripsi konflik ini antara Allah (atau Kristus) dan Iblis menunjukkan sifatnya yang mudah menyebar di seluruh bagian Kitab Suci dan kepentingan teologisnya. 30 Yang terkait erat dengan tema ini adalah pengadilan yang, sebagaimana dibuktikan oleh Mazmur dan para nabi, berfungsi sebagai sarana pembebasan dan pembenaran sepanjang sejarah Israel dan pada akhirnya mengakhiri dosa dan kematian (Dan. 7:26, 27; 8:14; Why. 20). Penghakiman juga merupakan sarana yang olehnya Allah dan tujuan-Nya diakui sebagai adil dan benar dalam segala hal (Rm. 3:4; Why. 15:2-4). KN 132.2