Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

81/291

Kesatuan Alkitab

Pertama dan terutama, selaras dengan kutipan Perjanjian Baru dari Perjanjian Lama, 5 kita harus mengakui kesatuan mendasar dan kesinambungan di seluruh Alkitab. Kesinambungan ini diilustrasikan dalam rujukan pada “perjanjian yang kekal” (mis. Kej. 17:7, 13, 19; Mzm. 89:3, 4; 105:8-11; Yer. 32:36-41;Ibr. 13:20) dan “Injil yang kekal” (Why. 14:6, 7; lih. Ibr. 4:2) . Kita juga harus mengakui bahwa para penulis Perjanjian Baru secara signifikan mengklarifikasi harapan mengenai Israel, perjanjian, dan rencana Allah bagi umat manusia. Selain itu, kita tidak perlu terkejut menemukan beberapa modifikasi terhadap harapan kenabian sebelumnya berdasarkan pada perspektif “kekal” atau universal ini dalam pandangan tanggap-an Israel terhadap Yesus (mis, Mat. 28: 18—20; Yoh. 10: 14—16; Kis. 2:27—36; Rm. 9—11; Gal. 3:16; 6:15, 16; 1 Tes. 2:14— 16; Why. 21; 22) . Akibatnya, banyak nubuat yang mungkin telah digenapi dalam kerajaan Israel di bumi (mis., Yes. 65: 17—25) akan menemukan penggenapan hanya di dunia baru setelah milenium (Why. 20: 7- 21: 5). Dengan mengingat prinsip-prinsip dasar ini, kita sekarang akan mempertimbangkan bagaimana prinsip-prinsip itu dijalankan dalam praktik oleh para penulis Alkitab. Sebelum tiba pada tugas utama kita untuk menganalisis bagaimana berbagai penulis Alkitab menafsirkan Kitab Suci, kita perlu mempertimbangkan bagaimana kaitannya dengan klaim historisnya yang tersirat. KN 125.1