Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah
Bukti Alkitabiah Lainnya
Jelas di seluruh Alkitab bahwa Allah telah berbicara kepada manusia melalui manusia lain. Para nabi berbicara atas nama Allah, dan Dia mengidentifikasi katakata mereka dengan: “Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertang-gungjawaban” (Ul. 18: 19) . Allah menggunakan bahasa manusia sebagai sarana komunikasi. Para nabi adalah utusan-utusan-Nya dan berbicara untuk-Nya, sebagaimana ditunjukkan oleh penggunaan frasa “Demikianlah firman Tuhan.” Mereka sepenuhnya menyadari fakta bahwa pekabaran yang mereka nyatakan berasal dari Allah: “Aku, bahkan, akan menyertai lidahmu dan mengajari engkau, apa yang harus kau katakan” (Kel. 4:12) . Perhatikan bahwa kepribadian nabi tidak dihilangkan. Apa yang kita lihat adalah penyatuan manusia dan Ilahi: “Aku akan menyertai lidahmu.” Allah tidak menguasai para nabi sepenuhnya sampai-sampai mereka tidak terlibat dalam apa yang sedang terjadi. Dia mengajar mereka apa yang harus mereka katakan; Dia menginstruksikan mereka. Dan mereka diperintahkan untuk “Sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka [kepada orang-orang]” (Yeh. 2: 7, NASB) . Selama panggilan Yeremia kepada pelayanan kenabian, Tuhan berkata kepadanya, “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu” (Yer. 1: 9) . Dia telah menjadi alat Allah untuk penerimaan dan pemberitaan pekabaran-Nya. KN 105.2
Setelah pekabaran itu diterima, para nabi diperintahkan oleh Tuhan untuk menyampaikannya kepada orang-orang. Sangat sering mereka diminta untuk memproklamasikannya dalam bentuk khotbah atau pidato: “Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: ‘Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem (Yer: 2: 1) . Pekabaran Allah harus disebarluaskan, dan para nabi harus menyampaikannya kepada orang banyak (Yer. 22:1; 26:2) . Kadang-kadang Allah memerintahkan para nabi untuk menuliskan wahyu, untuk menyampaikannya dalam bentuk tertulis. Dia berkata kepada Musa, “Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan” (Kel. 17: 14) . Pekabaran harus dipertahankan untuk penggunaan di masa mendatang. Dia memerintahkan Yeremia berkata, “Ambillah kitab gulungan dan tulislah di dalamnya segala perkataan yang telah Kufirmankan kepadamu mengenai Israel, Yehuda dan segala bangsa, dari sejak Aku berbicara kepadamu, yakni dari sejak zaman Yosia, sampai waktu ini” (Yer. 36:2) . Keterlibatan Allah dengan para nabi tidak berakhir dengan wahyu dari pekabaran-Nya kepada mereka. Dia bersama mereka selama proses komunikasi, memastikan bahwa pekabaran itu diungkapkan dan disampaikan dengan benar. Ini diilustrasikan dalam pengalaman Yeremia. Tuhan memberinya penglihatan dan kemudian mengadakan pembicaraan dengan nabi: KN 105.3
“Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?” Jawabku: “Aku melihat sebatang dahan pohon badam.” Lalu firman Tuhan kepadaku: “Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku.” Firman Tuhan datang kepadaku untuk kedua kalinya, bunyinya: “Apakah yang kaulihat?” Jawabku: “Aku melihat sebuah periuk yang mendidih; datangnya dari sebelah utara.” Lalu firman Tuhan kepadaku: “Dari utara akan mengamuk malapetaka menimpa segala penduduk negeri ini” (Yer. 1: 11—14). KN 106.1
Dialog semacam itu menunjukkan bahwa, di antara hal-hal lain, bahkan setelah memberikan visi itu, Tuhan tertarik untuk memastikan bahwa nabi itu mampu menyampaikan pekabaran. Deskripsi lisan dari wahyu yang diberikan oleh para nabi harus sesuai dengan gambar atau pesan yang mereka terima dari Tuhan. Kata dan pikiran tidak dapat dipisahkan. Tuhan terlibat dalam proses pewahyuan/inspirasi dari awal hingga akhir. KN 106.2