Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah
Prinsip Kedua
Setiap kali respons manusia terhadap nubuatan atau pekabaran nubuatan adalah diantisipasi, nubuatan ini bersyarat! Allah mengirim suatu pekabaran dengan tujuan tertentu dalam pikiran, yaitu, untuk memanggil orang kembali kepada diri-Nya (Yoel 2: 12-15) . Allah tidak ingin orang mati sebagai orang berdosa yang sudah diperingatkan. KN 36.4
A. Ini dibuktikan dengan kalimat Yunus “tanpa syarat”: “Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan”‘ KN 36.5
(Yunus 3:4). Nubuatan ini bersyarat meskipun tidak ada formula“jika” atau “kapan”, dan kalimat itu terdengar sangat jelas. Tetapi itu bersyarat karena respons manusia sudah diantisipasi, dan orang-orang Niniwe menanggapi panggilan Allah secara positif, sehingga mereka tidak dibinasakan. Fakta bahwa Yunus dikirim kepada mereka oleh Allah sudah merupakan tindakan anugerah-Nya. KN 36.6
Ini sangat selaras dengan penjelasan Tuhan: KN 37.1
“Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka” (Yer. 18: 7—10, ESV). KN 37.2
Firman Allah disampaikan untuk menyelesaikan misinya: “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes. 55: 11). “Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman Tuhan dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?” (Yer. 23:29). KN 37.3
B. Penyakit Hizkia: Tidak ada kondisi yang dinyatakan, namun itu bersyarat, seperti yang kita pelajari dari konteksnya. “Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman Tuhan: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi’” (2 Raj. 20:1) . Ini adalah pernyataan langsung tanpa kompromi, dan Hizkia dengan tulus berdoa: “Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat” (ayat 2, 3). Tuhan bereaksi dengan murah hati: KN 37.4
Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman Tuhan kepadanya: “Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: ‘Beginilah firman Tuhan, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah Tuhan. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku (ayat 4—6). KN 37.5