Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

131/291

Bisakah Kita Semua Bernubuat?

Karunia nubuat spiritual merembes selama masa Perjanjian Baru. 1 Banyak referensi alkitabiah tentang para nabi dan nubuat sehubungan dengan penyebutan khusus dari karunia-karunia lain yang berhubungan dengan ucapan mengungkapkan fenomena kenabian yang hidup dalam usaha misionaris dan usaha pengasuhan. 2 Itu adalah hanya dalam daftar karismata Paulus3 dan selalu dalam konteks eklesiologi. KN 205.1

Kegiatan kenabian ini tampaknya memasukkan beberapa rekan kerja dari para rasul yang terlibat dalam pemberitaan, pengajaran, dan organisasi gereja. 4 Karena nubuat itu termasuk dalam karunia kepemimpinan, rekan kerja ini memberikan kepemimpinan dasar yang signifikan dan otoritas pendampingan melalui eksposisi dan penerapan Alkitab mereka. 5 Mereka muncul sebagai pekerja keliling dan pekerja di kumpulan-kumpulan setempat. 6 Karunia kenabian mereka digunakan dengan cara yang menonjol pada waktu-waktu pelayanan kebaktian. 7 Mereka terlibat tetapi tidak identik dengan para rasul. 8Kebutuhan mereka untuk diuji sama sekali tidak menunjukkan status sekunder dari pelayanan kenabian mereka. 9 KN 205.2

Akan tetapi, dalam 1 Korintus 14, Rasul Paulus “muncul” untuk memperluas karunia nubuat di luar karunia kepemimpinan untuk secara potensial mencakup semua orang percaya di gereja-gereja lokal: “kejarlah dengan sungguh-sungguh karunia rohani, terutama karunia untuk bernubuat” (1 Kor. 14: 1); 10 “aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menaf-sirkannya, sehingga jemaat dapat dibangun” (ayat 5) ; “baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan” (ayat29); “Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang” (ayat 31); “usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat” (ayat 39). KN 206.1

Pada bacaan pertama, ayat-ayat ini “muncul” untuk memberikan semacam “nubuat jemaat biasa” 11 yang dapat terjadi di kumpulan-kumpulan orang Kristen setempat dalam konteks ibadah. Jika benar, para nabi yang dikenal secara informal 12 akan lebih langsung relevan dengan gereja lokal daripada para nabi kepemimpinan, yang hampir tidak pernah dilihat oleh kebanyakan jemaat lokal. 13 Ini ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai sesuai dengan implikasi Pentakosta yang dirasakan dari Yoel 2: 28-30 dan bahwa karunia nubuat “tersedia—setidaknya berpotensi—bagi semua orang.” 14 KN 206.2

Tetapi, bisakah kita semua bernubuat? Apakah ada banyak jenis nubuat dalam Perjanjian Baru (apostolik, rekan kerja apostolik, biasa/jemaat)? Apakah ada tingkat pengalaman kenabian, isi, ruang lingkup, kebenaran, dan otoritas? Apakah karunia nubuat rohani? Apakah benar untuk mencarinya? Dapatkah orang Kristen menggunakannya di gereja-gereja mereka masa kini tanpa mengompromikan supremasi Alkitab? Apakah fenomena kenabian di Korintus asli atau distorsi yang menyebabkan perselisihan? KN 206.3

Ini adalah pertanyaan yang menantang yang dihadapi pembaca modern ketika membaca 1 Korintus 14. Gerakan Pentakosta dan karismatik beralih ke perikop Alkitab ini untuk mendukung khotbah ekstatis spontan orang percaya yang meng angkat dan mendorong orang lain dalam kepatuhan dan pelayanan yang setia, nabi yang memproklamasikan diri sendiri menubuatkan peristiwa masa depan, wahyu pribadi, serta nubuat dan penglihatan— “kata Tuhan” dan “Tuhan menunjukkan kepada saya.” Bahkan beberapa orang Advent Hari Ketujuh zaman ini mengatakan, “Tuhan menunjukkan kepada saya” dan “Tuhan mengatakannya kepada saya.” Apa yang sebenarnya diajarkan bagian ini kepada kita? Apa arti dari “bernubuat” dalam 1 Korintus 14? Pembaca Advent selanjutnya akan bertanya-tanya bagaimana interpretasi dari bagian ini berdampak pada pemahaman umat Advent tentang karunia nubuat sebagai fenomena eskatologis di gereja yang sisa. 15 KN 206.4

Penelitian ini dimulai dengan tinjauan umum dari konteks yang lebih luas di mana nubuat dalam 1 Korintus 14 terjadi. Latar belakang teks 1 Korintus yang lebih besar ini memberikan wawasan yang bermakna tentang beragam nuansa yang tercermin dalam istilah-istilah khusus yang digunakan dalam pasal 14—nabi, nubuat, dan bernubuat. Dan sangat membantu untuk merumuskan pemahaman yang luas tentang fenomena kenabian sebagai karunia, kegiatan, dan peran. Keterbatasan nubuat kemudian dieksplorasi sehingga lebih jauh menguraikan kontur dan implikasi nubuat. Akhirnya, kami membandingkan beberapa pernyataan utama Pauline tentang nubuat dalam 1 Korintus 14 dengan pemahaman umat Advent tentang karunia nubuat sebagai fenomena eskatologis di gereja umat yang sisa. Fenomena bahasa lidah disebut hanya secara tangensial. KN 207.1