Hidup yang Terbaik

149/187

Menelusuri Rahasia Ilahi

“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi halhal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” 2 Penyataan akan diri-Nya yang Allah telah berikan di dalam firman-Nya adalah untuk kita pelajari. Inilah yang kita boleh berusaha untuk mengerti. Tetapi selebihnya kita tidak boleh melewatinya, Kecerdasan yang paling tinggi boleh digunakan sampai pikiran itu sendiri lelah dalam mereka-reka keadaan Allah itu, akan tetapi usaha itu tidak akan berhasil. Masalah ini belum diberikan kepada kita untuk dipecahkan. Tidak ada pikiran manusia yang dapat memahami Allah. Janganlah ada orang yang mencoba mengadakan spekulasi tentang keadaan-Nya. Di sini berdiam itu lebih baik. Yang Mahakuasa itu berada di luar jangkauan perbincangan. HT 409.3

Bahkan para malaikat pun tidak diizinkan untuk mengikuti musyawarah antara Bapa dan Anak itu ketika rencana keselamatan diadakan. Manusia tidak boleh ikut campur dalam kerahasiaan Yang Mahatinggi. Kita tidak tahu apa-apa tentang Allah sebagaimana anak-anak kecil tetapi, sebagai anak kecil, kita bisa mengasihi dan menuruti Dia. Gantinya berspekulasi tentang keadaan-Nya atau hak istimewa-Nya, biarlah kita memperhatikan kata-kata yang telah diucapkan-Nya: HT 410.1

“Tetapi di mana hikmat dapat diperoleh,
di mana tempat akal budi?
Jalan ke sana tidak diketahui manusia,
dan tidak didapati di negeri orang hidup.
Kata samudera raya: Ia tidak terdapat di dalamku,
dan kata laut: Ia tidak ada padaku.
Untuk gantinya tidak dapat diberikan emas murni,
dan harganya tidak dapat ditimbang dengan perak.
Ia tidak dapat dinilai dengan emas Ofir,
ataupun dengan permata krisopras yang mahal
atau dengan permata lazurit;
tidak dapat diimbangi oleh emas, atau kaca,
ataupun ditukar dengan permata dan emas tua.
Baik gentang, baik hablur tidak terhitung lagi;
memiliki hikmat adalah lebih baik dari pada mutiara.
Permata krisolit Etiopia tidak dapat mengimbanginya,
ia tidak dapat dinilai dengan emas murni.
Hikmat itu, dari manakah datangnya,
atau akal budi, dari manakah tempatnya?...
Kebinasaan dan maut berkata:
Hanya desas-desusnya yang sampai ke telinga kami.
Allah mengetahui jalan ke sana, Ia juga mengenal tempat kediamannya.
Karena Ia memandang sampai ke ujung-ujung bumi,
dan melihat segala sesuatu yang ada di kolong langit....
Ketika ia membuat ketetapan bagi hujan,
dan jalan bagi kilat guruh, ketika itulah Ia melihat hikmat,
lalu memberitakannya, menetapkannya, bahkan menyelidikinya;
tetapi kepada manusia Ia berfirman:
Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat,
dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” 3
HT 410.2

Bukan dengan menyelidiki lubuk-lubuk bumi, atau dengan usaha yang sia-sia menembus rahasia Oknum Allah maka akal budi dapat diperoleh. Sebaliknya, akal budi dapat diperoleh dengan menerima secara rendah hati penyataan yang diberikan-Nya dengan senang hati, dan dalam menyesuaikan kehidupan dengan kehendak-Nya. HT 411.1

Manusia yang paling cerdas pun tidak dapat memahami rahasia Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam alam. Ilham Ilahi mengemukakan banyak pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh sarjana yang paling pintar pun. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak ditanyakan supaya kita menjawabnya, melainkan untuk menarik perhatian kita kepada rahasia-rahasia Allah yang paling dalam dan mengajar kita bahwa hikmat kita itu terbatas; bahwa di lingkungan hidup kita sehari-hari ada banyak hal yang berada di luar jangkauan pengertian makhluk yang fana. HT 411.2

Orang-orang yang ragu tidak mau percaya kepada Allah karena mereka tidak dapat memahami kuasa yang tak terbatas dengan mana Ia menyatakan diri-Nya. Tetapi Allah harus dikenal dari apa yang Ia tidak nayatakan tentang diri-Nya, maupun melalui yang terbuka kepada pengertian kita “yang terbatas.” Baik dalam penyataan Ilahi maupun di dalam alam, Allah telah memberikan rahasia-rahasia untuk mengatur iman kita. Memang inilah yang seharusnya. Kita boleh terus mencari, terus menyelidik, terus belajar, namun ada sesuatu yang tidak terjangkau. HT 411.3

“Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya
dan mengukur langit dengan jengkal,
menyukat debu tanah dengan takaran,
menimbang gunung-gunung dengan dacing,
atau bukit-bukit dengan neraca?
Siapa yang dapat mengatur Roh Tuhan
atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?...
Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air
dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca.
Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya.
Libanon tidak mencukupi bagi kayu api
dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran.
Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya
mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.
Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah,
dan apa yang kamu anggap serupa dengan Dia?...
Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu dengar?
Tidakkah diberitahukan kepadamu dari mulanya?
Tidakkah kamu mengerti dari sejak dasar bumi diletakkan?
Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi
yang penduduknya seperti belalang;
Dia yang membentangkan langit seperti kain
Dan memasangnya seperti kemah kediaman!...
Dengan siapakah hendak kamu samakan Aku?...
firman Yang Mahakudus.
Arahkanlah matamu ke langit, dan lihatlah:
siapa yang menciptakan semua binatang itu,
dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil
nama mereka sekaliannya?
Satu pun tiada yang tak hadir,
oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.
Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub,
dan berkata begini: hai Israel:
‘Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Aliahku?
Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar?
Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi
dari ujung ke ujung;
Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu,
tidak terduga pengertian-Nya.” 4
HT 412.1

Dari gambaran yang diberikan Roh Kudus kepada para nabi-Nya marilah kita mempelajari keagungan Allah kita. Nabi Yesaya menulis: HT 413.1

“Dalam tahun mati-Nya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka, dan dua sayap dipakai untuk melayang layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “‘Kudus kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan Nya!’ Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuh dengan asap. HT 413.2

“Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.’ Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dari sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus, dan dosamu telah diampuni.” 5 HT 413.3

“Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya Tuhan!
Engkau besar dan nama-Mu besar oleh keperkasaan.
Siapakah yang tidak takut kepada-Mu, ya Raja bangsa-bangsa?
Sungguh, kepada-Mulah seharusnya sikap yang demikian;
sebab di antara semua orang bijaksana
dari bangsa-bangsa dan di antara raja-raja mereka
tidak ada yang sama seperti Engkau!”
HT 413.4

“Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri,
Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,
sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.
Dari belakang dan dari depan, Engkau mengurung aku,
dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi,
tidak sanggup aku mencapainya.” 6
HT 414.1

“Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.” 7 HT 414.2

“Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasi-Nya.” 8 HT 414.3

“Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.” 9 HT 414.4

“Yang telah diketahui dari sejak semula.” “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” 10 HT 414.5

“Bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa, Amin” “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tidak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal. Amin” 11 HT 414.6

“Apakah kebesaran-Nya tidak akan mengejutkan kamu
dan ketakutan kepada-Nya menimpa kamu?”
“Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya!

“ Dapatkah dihitung pasukannya?
Dan siapakah yang tidak disinari terang-Nya?”

“Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar
yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita;
karena kepada salju la berfirman: Jatuh ke bumi,
dan kepada hujan lebat dan hujan deras: Jadilah deras!
Tangan setiap orang diikat-Nya dengan dibubuhi meterai,
agar semua orang mengetahui perbuatan-Nya....
Lalu kilat-Nya menyambar-nyambar
ke seluruh penjuru menurut pimpinan-Nya
untuk melakukan dipermukaan bumi
segala yang diperintahkan-Nya.
Ia membuatnya mencapai tujuannya,
baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya
maupun untuk menyatakan kasih setia.

Berilah telinga kepada semuanya itu, hai Ayub, diamlah,
dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah.
Tahukah engkau, bagaimana Allah memberikan tugas kepadanya,
dan menyinarkan cahaya dari awan-Nya?
Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan,
tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu,
hai engkau, yang pakaiannya menjadi panas,
jika bumi terdiam karena panasnya angin selatan?
Dapatkah engkau seperti Dia menyusun awan
menjadi cakrawala, keras seperti cermin tuangan?
Beritahukanlah kepada kami
apa yang harus kami katakan kepada-Nya:
tak ada yang dapat kami paparkan oleh karena kegelapan....
Seketika terang tidak terlihat, karena digelapkan mendung; lalu angin berhembus, maka bersihlah cuaca.
Dari sebelah utara muncul sinar keemasan;
Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat.
Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami,
besar kekuasaan dan keadilan-Nya;
walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya
Itulah sebabnya Ia ditakuti orang.” 12

“ Siapakah seperti Tuhan, Allah kita,
yang diam di tempat yang tinggi,
yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?”

“Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa,
tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman
orang-orang yang bersalah.
berjalan dalam puting beliung dan badai,
dan awan adalah debu kaki-Nya.”

“Besarlah Tuhan dan sangat terpuji,
dan kebesaran-Nya tidak terduga.
Angkatan demi angkatan
akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu
dan akan memberikan keperkasaan-Mu.
Semarak kemuliaan-Mu yang agung
dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib
akan kunyanyikan.
Kekuatan perbuatan-perbuatan-Mu yang dahsyat
akan diumumkan mereka,
dan kebesaran-Mu hendak kuceritakan.
Peringatan kepada besarnya kebajikan-Mu
akan dimasyhurkan mereka, dan tentang keadilan-Mu
mereka akan bersorak-sorai....
Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur pada-Mu, ya Tuhan, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau.
Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu,
dan akan membicarakan keperkasaan-Mu,
untuk memberitahukan keperkasaan-Mu
kepada anak-anak manusia,
dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu.
Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad,....
Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan
dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus
untuk seterusnya dan selamanya.” 13
HT 414.7

Sementara kita mempelajari lebih banyak tentang apakah Allah itu dan apakah diri kita ini pada pemandangan-Nya, kita akan merasa takut dan gemetar di hadapan-Nya. Hendaklah manusia pada zaman ini mendapat amaran dari nasib yang menimpa orang-orang yang pada zaman purba menganggap bebas terhadap apa yang telah dinyatakan Allah sebagai kudus. Ketika bangsa Israel memaksakan diri membuka perjanjian sekembali dari negeri Filistin, keberanian sikap mereka yang tidak hormat itu langsung mendapat hukuman. HT 417.1

Sekali lagi, perhatikanlah hukuman yang jatuh pada Uza. Ketika pada zaman pemerintahan Daud peti itu dibawa ke Yerusalem, Uza memegang untuk menahannya. Karena menjamah lambang hadirat Allah itu maka dia dipukul dengan kematian seketika. HT 417.2

Di belukar yang menyala, ketika Musa yang tidak menyadari hadirat Allah berbelok untuk menyaksikan pemandangan yang ajaib itu, perintah diberikan: HT 417.3

“’Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkan kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.’ Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.” 14 HT 417.4

“Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu,.... Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaknya malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman: ‘Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu.... Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.’ HT 417.5

“Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: ‘Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini dan aku tidak mengetahuinya.’ Ia takut dan berkata: ‘Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini Tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga.’” 15 HT 418.1

Dalam kaabah kemah di padang belantara dan di kaabah yang menjadi lambang kediaman Allah di bumi, satu bilik dikuduskan bagi hadiratNya. Tirai yang menutupi kerubium pada pintu masuk tidak bisa disingkapkan olah siapa pun kecuali satu orang. Menyingkap tirai itu, yang berarti mengganggu rahasia kekudusan bilik yang mahakudus, adalah kematian. Karena di atas takhta kemurahan bersemayam kemuliaan dari yang mahakudus—kemuliaan mana tak seorang pun bisa melihatnya dan tetap hidup. Pada satu hari yang yang ditentukan dalam setahun untuk pelayanan di bilik yang mahasuci itu, imam besar dengan gemetar memasuki hadirat Allah, sementara asap dupa menudungi kemuliaan itu dari pandangannya. Di luar halaman Bait Suci tak ada suara yang terdengar. Tidak ada imam yang melayani di mezbah. Seluruh bangsa itu tunduk dan berdiam diri dalam khidmat, menaikkan permohonan mereka demi kemurahan Allah. HT 418.2

“Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.” 16 HT 418.3

“Tetapi Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus.
Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!”
“Tuhan itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-kerub, maka bumi goyang.
Tuhan itu maha besar di Sion,
dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa.
Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu
yang besar dan dahsyat: Kuduslah Ia.”

“Tuhan takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati,
sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.”
“Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus,
Tuhan memandang dari sorga ke bumi.”
“Dari tempat kedamaian-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.
Dia yang membentuk hati mereka sekalian,
yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.”
“Biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan,
biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia.” 17
HT 418.4

Dengan cara menyelidiki manusia tidak dapat menemukan Allah. Janganlah seorang pun dengan tangan lancang menyingkap tirai yang menudungi kemuliaan-Nya. “Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya, dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya.” 18 Inilah bukti kemurahan-Nya bahwa ada tempat persembunyian kuasa-Nya; karena menyingkap tirai yang menyembunyikan hadirat Ilahi-Nya berarti kematian. Tak ada pikiran yang fana dapat menrobos rahasia di mana Yang Mahakuasa tinggal dan bekerja. Hanyalah yang Ia anggap pantas untuk dinyatakan itulah yang dapat kita pahami tentang Dia. Penalaran harus mengakui suatu wewenang tertinggi itu sendiri. Hati dan kecerdasan harus tunduk kepada Yang Mahabesar AKU ADA. HT 419.1