Pendidikan
Sajak dan Lagu
“ TauratMu telah menjadi nyanyianku dalam perhambaanku. ”
Sajak yang paling mula-mula dan yang paling halus yang pernah dituturkan manusia terdapat dalam Kitab Suci. Sebelum penyair dunia yang tertua mengumandangkan sajaknya, gembala dari Midian mencatat perkataan Allah kepada Yakub-dalam keanggunannya yang tiada tara, tak terjamah oleh pemikiran manusia yang paling genius: Pd 120.1
“Di manakah engkau ketika Aku meletakkan dasar bumi? . . .
“Siapa telah membendung laut dengan pintu,
Ketika membual ke luar dari dalam rahim; . . .
Ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya
Dan kekelaman menjadi kain bedungnya;
Ketika Aku menetapkan batasnya,
Dan memasang palang dan pintu;
Ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang; jangan lewat,
Di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!
Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari
Atau fajar kau tunjukkan tempatnya...
“Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut?
Atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya?
Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, Atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat?
Apakah engkau mengerti luasnya bumi?
Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.
“Di manakah jalan ke tempat kediaman terang,
Dan di manakah tempat tinggal kegelapan? ...
Apakah engkau telah masuk sampai ke perbendaharaan salju,
Atau melihat perbendaharaan hujan batu, . . .
Di manakah jalan ke tempat terang berpencar,
Ke tempat angin timur bertebar ke atas bumi?
Siapakah yang menggali saluran bagi hujan deras Dan jalan bagi kilat guruh,
Untuk memberi hujan ke atas tanah dimana tidak ada orang
Ke atas padang tandus yang tidak didiami manusia;
Untuk mengenyangkan gurun dan belantara,
Dan menumbuhkan pucuk-pucuk rumput muda?”
“Dapatkah engkau memberikan ikatan bintang Kartika,
Dan membuka belenggu bintang Belantik?
Dapatkah engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya.
Dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring-pengiringnya?”
Pd 120.2
Ayub 38:4-27; 38:31, 32.
Sajak yang mengungkapkan keindahan, bacalah juga keterangan mengenai musim semi, dari Nyanyian di atas segala nyanyian: Pd 121.1
Karena lihatlah, musim dingin telah lewat,
Hujan telah berhenti dan sudah lalu.
Di ladang telah nampak bunga-bunga,
Tibalah musim memangkas;
Bunyi tekukur terdengar di tanah kita.
Pohon ara mulai berbuah.
Dan bunga pohon anggur semerbak baunya.
Bangunlah manisku,
Jelitaku marilah.”
Pd 121.2
Kid 2:11-13
Dan tidak kalah indahnya adalah sajak nubuatan Bileam yang tidak dikehendakinya untuk memberkati Israel; Pd 121.3
“Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak raja Moab,
Dari gunung-gunung sebelah timur;
Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub,
Dan datanglah, kutuklah Israel. Bagaimanakah akan menyerapah yang tidak diserapah Allah?
Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk Tuhan?
Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka,
Dari bukit-bukit aku memandang mereka.
Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri,
Dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. . . .
“Ketahuilah aku mendapat perintah untuk memberkati,
Dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya.
Tidak ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub,
Dan tidak ada dilihat kesukaran di antara orang Israel.
Tuhan, Allah mereka, menyertai mereka,
Dan sorak-sorak karena Raja ada di antara mereka. . . .
Sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub,
Ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel.
Pada waktunya akan dikatakan kepada Yakub,
Begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat Allah.”
“Tutur kata orang yang mendengar firman Allah,
Yang melihat penglihatan dari yang Mahakuasa. . . .
“Sambil rebah, namun dengan mata tersingkap,
Aku melihat dia, tetapi bukan dari dekat:
Bintang terbit dari Yakub,
Tongkat kerajaan timbul dari Israel. . . .
Dari Yakub akan timbul seorang penguasa.”
Pd 121.4
Bil 23:7-23; 24:4-6; 24:16-19.
Nada pujian adalah suasana sorga dan tatkala sorga bersentuhan dengan bumi, ada musik dan lagu-“nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.” Yes 51:3. Pd 122.1
Di atas bumi yang baru dijadikan, bersih tanpa noda, di bawah senyum Allah “bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak sorai.” Ayub 38:7. Demikianlah hati manusia, dalam simpati dengan sorga, telah menyambut kebaikan Allah dalam ucapan syukur. Banyak dari peristiwa sejarah manusia berkaitan dengan lagu. Pd 122.2
Lagu yang paling mula-mula dicatat dalam Alkitab yang keluar dari bibir manusia, adalah pengucapan syukur kemenangan oleh bangsa Israel di laut Kolzum: Pd 122.3
“Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur,
Kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam laut.
Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku. Ia telah menjadi keselamtanku,
Ia Allahku, kupuji Dia,
Ia Allah Bapaku, kuluhurkan Dia.”
“Tangan kananMu Tuhan, mulia karena kekuasaanMu,
Tangan kananMu Tuhan, menghancurkan musuh. . . .
Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya Tuhan;
Siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusanMu,
Menakutkan karena perbuatanMu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?”
“Tuhan memerintah kekal selama-lamanya. . . .
Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur.”
Pd 122.4
Kel 15:1, 2, 6-11, 18-21.
Besarlah berkat yang diterima orang dalam sambutan lagu pujian. Beberapa kata menghitung kembali suatu pengalaman dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun mengandung pelajaran yang pantas direnungkan: “Dari sana mereka ke Beer. Inilah sumur dimana Tuhan berfirman kepada Musa: Kumpulkanlah bangsa itu maka Aku akan memberikan air kepada mereka.” Bil 21:16. Pd 123.1
“Pada waktu itu orang Israel menyanyikan nyanyian ini:
Berbual-buallah, hai sumur! Mari kita bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan
Karena sumur yang digali oleh raja-raja,
Yang dikorek oleh kaum bangsawan di antara bangsa itu
Dengan tongkat-tongkat kerajaan, dengan tongkat-tongkat mereka.”
Pd 123.2
Bil 21;17, 18.
Betapa sering dalam pengalaman rohani sejarah ini diulangi! Betapa sering melalui kata-kata dalam lagu kudus, tersingkaplah dalam jiwa benih pertobatan dan iman, pengharapan dan kasih serta sukacita! Pd 123.3
Dengan nyanyian pujianlah balatentara Israel maju dalam kelepasan besar di bawah Yosafat. Kepada Yosafat telah datang berita mengenai ancaman perang. “Suatu laskar yang besar datang dari seberang Laut Asin, dari Edom menyerang tuan,” adalah beritanya, “bani Moab dan bani Amon datang berperang: “bersama-sama sepasukan orang Meunim.” “Yosafat Pd 123.4
menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada Tuhan. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari Tuhan.” Dan Yosafat, berdiri di halaman bait Allah di hadapan bangsanya, mencurahkan jiwanya dalam doa, memohon janji Allah, dengan mengakui betapa tak berdayanya Israel. “ Kami tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi laskar yang besar ini, yang datang menyerang kami. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepadaMu.” II Taw 20:2, 1, 3, 4, 12. Pd 123.5
Lalu kepada Yahaziel, seorang Lewi, hinggaplah “Roh Tuhan di tengahtengah jemaah dan berseru: Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman Tuhan kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.... Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggalah berdiri di tempatmu dan lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka. Tuhan akan menyertai kamu.” II Taw 20:14-17. Pd 124.1
“Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa.” II Taw 20:20. Di depan balatentara adalah para penyanyi, mengangkat suara mereka memuji Tuhan—memujikan Dia atas kemenangan yang dijanjikan. Pd 124.2
Pada hari yang keempat setelah itu, balatentara kembali ke Yerusalem, penuh dengan barang jarahan dari musuh mereka, menyanyikan pujian atas kemenangan. Pd 124.3
Melalui nyanyian, Daud, di tengah perubahan hidupnya, mengadakan hubungan dengan sorga. Betapa manisnya pengalamannya sebagai seorang anak gembala terpantul dalam perkataan: Pd 124.4
“ Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
Aku tidak takut bahaya;
GadaMu dan tongkatMu, itulah menghibur aku.”
Pd 124.5
Mzm 23:1-4.
Pada masa dewasa sebagai seorang pelarian yang diburu, mendapatkan perlindungan dalam batu dan gua padang gurun, ia menulis : Pd 124.6
“Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau,
Jiwaku haus kepadaMu,
Tubuhku rindu kepadaMu
Seperti tanah yang kering dan tandus tiada berair. ...
Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku,
Dan dalam naungan sayapMu aku bersorak-sorai.”
Pd 124.7
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
Dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya,
Penolongku dan Aliahku”
“Tuhan adalah terangku dan keselamatanku,
Kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku,
Terhadap siapakah aku harus gemetar?”
Pd 125.1
Mzm 63:2-8; 42:12; 27:1.
Kepercayaan yang serupa dihembuskan dalam kata-kata yang tertulis ketika, raja yang diturunkan dan tidak bermahkota, Daud melarikan diri dari Yerusalem tatkala Absalom memberontak. Dengan sedih dan lelah dalam pelarian itu, bersama rombongannya ia beristirahat beberapa jam di tepi Yordan. Ia dibangunkan panggilan untuk segera melarikan diri. Dalam kegelapan, terusan yang dalam dan deras harus dilewati seluruh rombongan pria, wanita dan anak-anak kecil; karena di belakang mereka Putranya yang pengkhianat sedang mengejar. Pd 125.2
Pada percobaan yang kelam itu, Daud menyanyi: Pd 125.3
Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan,
Dan Ia menjawab aku dari gunungNya yang kudus.
Aku membaringkan diri, lalu tidur;
Aku bangun, sebab Tuhan menopang aku;
Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang
Yang siap mengepung aku.”
Pd 125.4
Mzm 3:5-7.
“Setelah dosanya yang besar itu, dalam penderitaan rasa sesal dan membenci diri ia tetap berpaling kepada Allah sebagai sahabatnya yang terindah: Pd 125.5
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setiaMu,
Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar! ...
Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop,
Maka aku menjadi tahir;
Basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!”
Pd 125.6
Mzm 51:3-9.
Dalam usianya yang lanjut, Daud tidak mendapatkan tempat perhentian di bumi. “Sebab kami adalah orang asing di hadapanMu dan orang pendatang,” katanya, “sama seperti semua nenek moyang kami, sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan.” I Taw 29: 15. Pd 125.7
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan,
Sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah,
Sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.”
“Kota Allah, kediaman yang Mahatinggi,
Disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai,
Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang;
Allah akan menolongnya menjelang pagi. . . .
Tuhan semesta alam menyertai kita,
Kota benteng kita ialah Allah Yakub.”
“ Sesungguhnyalah inilah Allah,
Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya!
Dialah yang memimpin kita.”
Pd 126.1
Mzm46:l, 2; 46:3-8; 48:14.
Dengan sebuah nyanyian, Yesus dalam kehidupanNya di dunia, Ia menghadapi pencobaan. Terkadang bila kata-kata yang tajam, menusuk dituturkan, kerap kali bila suasana sekelilingNya sangat padat dengan kemuraman, ketidakpuasan, tidak percaya, atau perasaan takut tertindas, terdengar nyanyian imanNya dan kegembiraan yang kudus. Pd 126.2
Pada malam terakhir yang menyedihkan dari perjamuan Paskah, manakala Ia akan dikhianati dan akan mati, suaraNya terangkat dalam mazmur: Pd 126.3
“Kiranya nama Tuhan dimasyhurkan sekarang ini dan selama-lamanya.
Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari
Terpujilah nama Tuhan.”
“Aku mengasihi Tuhan, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.
Sebab Ia menyendengkan telingaNya kepadaku,
Maka seumur hidupku aku akan berseru kepadaNya.
Tali-tali maut telah meliliti aku,
Dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku,
Aku mengalami kesesakan dan kedukaan.
Tetapi aku menyerukan nama Tuhan:
Ya Tuhan luputkanlah kiranya aku! Tuhan adalah pengasih dan adil,
Allah kita penyayang.”
“Tuhan memelihara orang-orang sederhana;
Aku sudah lemah, tetapi diselamatkanNya aku.
Kembalilah tenang, hai jiwaku,
Sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu.
Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut,
Dan mataku dari pada air mata
Dan kakiku dari pada tersandung.”
Pd 126.4
Mzm 113:2, 3; 116:1-8.
Di tengah bayangan yang semakin kelam dari krisis dunia yang terakhir, terang Allah akan bersinar sangat cerah dan nyanyian pengharapan dan kepercayaan akan terdengar paling nyaring dan paling merdu. Pd 127.1
“Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yudea: Pd 127.2
Pada kita ada kota yang kuat,
Untuk keselamatan kita
Tuhan telah memasang tembok dan benteng.
Bukalah pintu-pintu gerbang,
Supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia!
Yang hatinya teguh
Kaujagai dengan damai sejahtera
Sebab kepadaMulah ia percaya.
Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya,
Sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal.”
Pd 127.3
Yes 26:14.
“Dan orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak serai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh-kesah akan menjauh.” Yes 35:10. Pd 127.4
“Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan. . . . hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.” Yer 31:12. Pd 127.5