Pendidikan

3/55

Pengetahuan Baik dan Jahat

“Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuanNya,“
“Hati yang tegar itu digelapkan.”

Walau diciptakan tanpa kesalahan dan suci, nenek moyang kita yang pertama tidak ditempatkan di luar kemungkinan berbuat kesalahan. Allah dapat menciptakan mereka tanpa daya untuk melanggar tuntutanNya, tetapi dalam keadaan yang demikian tidak akan ada perkembangan tabiat; pelayanan mereka tidak bersifat sukarela, tetapi terpaksa. Oleh sebab itu Ia memberikan kepada mereka kuasa untuk memilih—kuasa untuk taat atau tidak taat. Dan sebelum mereka dapat menerima sepenuhnya berkatberkat yang ingin diberikanNya, kasih dan kesetiaan mereka harus diuji. Pd 17.1

Dalam Taman Eden terdapat “ pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. . . . Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘ Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya.’ ” Kej 2:9-17. Allah ingin agar Adam dan Hawa tidak mengenal kejahatan. Pengetahuan yang jahat-dosa dan akibatakibatnya, pekerjaan yang melelahkan, perawatan yang menggelisahkan, kekecewaan dan duka, sakit dan kematian-karena kasih itu ditahan. Pd 17.2

Sementara Allah berusaha untuk kebaikan manusia, setan berusaha membinasakannya. Tatkala Hawa, tidak mengindahkan nasihat Tuhan mengenai pohon yang terlarang itu, mendekati pohon itu, ia berhubungan dengan musuhnya. Perhatian serta rasa ingin tahunya telah dibangkitkan, setan menyanggah perkataan Allah dan untuk mengobarkan rasa tidak percaya terhadap hikmat dan kebaikanNya. Kepada ucapan perempuan itu, mengenai pohon pengetahuan katanya, “Allah berfirman jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati,” si penggoda menjawab, “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”. Kej 3:3-5. Pd 18.1

Setan ingin membuat sedemikian rupa supaya pengetahuan yang baik dicampur dengan yang jahat akan menjadi berkat, dan dalam larangannya itu untuk mengambil buah pohon tersebut, Allah menahan suatu kebaikan yang besar. Ia mengatakan bahwa karena isinya yang ajaib serta memberi hikmat dan kuasa sehingga Allah melarang mereka untuk mencicipinya, jadi Ia berusaha untuk mencegah mereka jangan sampai mencapai perkembangan yang lebih tinggi, dan mendapat kebahagiaan yang lebih besar. Ia mengatakan bahwa ia sendiri telah memakan buah larangan itu, dan jika mereka juga makan, mereka akan mencapai suatu tingkatan yang lebih tinggi dan masuk ke dalam lapangan pengetahuan yang lebih luas. Pd 18.2

Sementara setan mengaku telah menerima kebaikan yang besar itu dengan memakan buah pohon larangan itu, ia tidak menunjukkan bahwa dengan pelanggarannya ia telah dibuang dari sorga. Di sini terdapat kepalsuan, yang diselimuti di bawah apa yang tampak sebagai kebenaran sehingga Hawa tergiur, termakan puji, tertipu, tidak melihat muslihat. Ia menginginkan apa yang telah dilarang Allah; ia tidak mempercayai hikmatNya. Ia membuang iman, kunci kepada pengetahuan. Pd 18.3

Tatkala Hawa melihat “bahwa pohon itu baik untuk makanan dan elok dipandang mata dan pohon yang dikehendakinya untuk menjadikan orang pandai, ia memetik buahnya dan makan.” Rasanya lezat, dan sementara ia makan, ia merasakan ada kuasa hidup yang menyegarkan dan ia membayangkan dirinya memasuki suatu tingkat keadaan yang lebih tinggi. Setelah ia berbuat pelanggaran, ia menjadi penggoda kepada suaminya, “dan suaminya pun memakannya.” Kej 3:6. Pd 18.4

“Matamu akan terbuka,” kata musuh itu, “kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Kej 3:5. Mata mereka benar-benar terbuka; tetapi betapa menyedihkan! Pengetahuan tentang yang jahat, kutukan dosa, adalah segala yang diperoleh pelanggar-pelanggar itu. Tidak ada sesuatu racun dalam buah itu sendiri, dan dosa bukan terletak dalam menyerah kepada selera. Akan tetapi tidak percaya kepada kebaikan Allah, tidak percaya kepada sabdaNya, dan penolakan terhadap kekuasaanNya, yang menjadikan nenek moyang kita yang pertama itu pelanggar-pelanggar, dan itulah yang membawa kepada dunia pengetahuan tentang kejahatan. Inilah yang membuka pintu kepada setiap unsur kepalsuan dan kesalahan. Pd 18.5

Manusia kehilangan segala-galanya karena ia memilih untuk mendengar kepada si penipu gantinya kepada Dia, yang adalah Kebenaran, yang satu-satunya mempunyai pengetahuan. Dengan mencampur-adukkan kejahatan dengan kebaikan, pikirannya telah menjadi bingung, kuasa mental dan rohaninya menjadi kebal. Ia tidak dapat lagi menghargai kebaikan yang telah dianugerahkan Allah secara cuma-cuma. Pd 19.1

Adam dan Hawa telah memilih pengetahuan yang jahat, dan jika mereka akan memulihkan kedudukannya yang telah hilang itu, mereka haruslah memperolehnya kembali di bawah keadaan yang tidak menyenangkan, yang telah mereka timpakan kepada dirinya sendiri. Mereka tidak akan tinggal di Eden lagi, karena dalam keadaannya yang sempurna itu tidak dapat mengajarkan kepada mereka pelajaran yang sekarang perlu dipelajarinya. Dalam kesedihan yang tak terucapkan mereka menyampaikan selamat tinggal kepada lingkungannya yang indah lalu pergi berdiam di bagian bumi dimana terdapat kutukan dosa. Pd 19.2

Kepada Adam Allah berkata, “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan daripadanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu; semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” Kej 3:17-19. Pd 19.3

Meski bumi ini dirusakkan oleh kutuk dosa, alam tetap menjadi buku pelajaran bagi manusia. Sekarang ia tidak dapat menggambarkan sebagai kebaikan saja; karena kejahatan terdapat di mana-mana, merusakkan bumi dan laut dan udara dengan jamahan najisnya. Dimana pernah tertulis tabiat Allah saja, pengetahuan yang baik, sekarang juga mengandung tulisan mengenai tabiat setan, pengetahuan yang jahat. Dari alam, yang sekarang menyatakan pengetahuan baik dan jahat, manusia terus-menerus menerima amaran sebagai akibat dosa. Pd 19.4

Pada bunga yang layu serta daun yang berguguran, Adam dan sahabatnya menyaksikan tanda kerusakan yang pertama. Dengan jelas terbentang kepada pikirannya fakta yang gamblang bahwa setiap kehidupan harus mati. Udara pun, kepada siapa kehidupannya bergantung, mengandung benihbenih kematian. Pd 19.5

Mereka terus-menerus diingatkan pula mengenai pemerintahannya yang hilang. Di tengah ciptaan yang lebih rendah Adam telah berdiri seperti raja dan selama ia tinggal tetap setia kepada Allah, seluruh alam mengakui pemerintahannya; tetapi tatkala ia melanggar, pemerintahan ini ditinggalkan. Roh pemberontakan kepada siapa ia sendiri membuka jalan, membentang ke seluruh ciptaan hewan. Jadi bukan kehidupan manusia saja, tetapi sifat binatang, pohon di hutan, rumput di ladang, udara yang kita hirup semuanya menceritakan pelajaran yang menyedihkan tentang pengetahuan yang jahat. Pd 20.1

Tetapi manusia tidak ditinggalkan kepada akibat-akibat kejahatan yang telah dipilihnya. Dalam hukuman yang dijatuhkan ke atas setan telah diberikan suatu isyarat mengenai penebusan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kej 3:15. Kalimat ini, yang dituturkan kepada nenek moyang kita, merupakan suatu janji kepada mereka. Sebelum mereka mendengar mengenai duri dan onak, mengenai kerja dan kesusahan yang akan menjadi bagian mereka, atau mengenai debu ke mana mereka harus kembali, mereka mendengar perkataan yang tidak keliru untuk memberikan pengharapan kepada mereka. Segala sesuatu yang telah hilang dengan takluk kepada setan bisa diperoleh kembali melalui Kristus. Pd 20.2

Isyarat ini juga diulang oleh alam kepada kita. Meski dirusakkan oleh dosa, alam tidak hanya berbicara mengenai penciptaan tetapi juga mengenai penebusan. Walaupun bumi membawa kesaksian kepada kutukan dengan tanda kerusakan, ia tetap kaya dan elok sebagai tanda dari kuasa pemberi kehidupan. Pohon menggugurkan dedaunan, hanya untuk dipakaikan dengan dedaunan yang lebih segar; bunga layu, untuk mekar kembali dalam kekeelokan; dan di dalam setiap bukti kuasa penciptaan terdapatlah jaminan bahwa kita dapat diciptakan baru kembali dalam “kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Ef 4:24. Dengan demikian benda serta cara kerja alam yang tampak begitu terang kepada pikiran kita maka kerugian kita yang besar itu menjadi jurukabar pengharapan kepada kita. Pd 20.3

Sejauh-jauhnya kejahatan itu menyebar, suara Bapa kita terdengar, memohon kepada anak-anakNya untuk melihat akibat dosa di tengah alam ini, memberi amaran kepada mereka untuk meninggalkan kejahatan dan mengundang mereka untuk menerima yang baik. Pd 20.4