Pendidikan

12/55

Paulus, Gembira dalam Pelayanan

Dengan iman dan pengalaman, murid-murid Galilea yang telah menyertai Yesus dan bersatu dalam perkataan injil, terdapat seorang rabi dari Yerusalem yang penuh semangat dan sangat cerdas. Sebagai seorang warga Roma, lahir di sebuah kota bangsa lain; seorang Yahudi, bukan hanya karena keturunan Yahudi tetapi karena pendidikan selama hidup, penuh pengabdian yang patriotis dan beragama; dididik di Yerusalem oleh para rabi yang paling kenamaan dan seluruh pelajaran undang-undang diajarkan, serta tradisi para bapa, Saul dari Tarsus ikut menikmati sepenuhnya kebanggaan dan prasangka bangsanya. Ketika masih seorang muda, ia menjadi anggota kehormatan Sanhedrin. Ia dipandang sebagai seorang yang mempunyai masa depan yang cerah, seorang pembela yang giat dari keper-cayaan masa purba. Pd 48.2

Dalam sekolah teologia Yudea, firman Allah telah disingkirkan demi spekulasi manusia; firman itu dirampas kuasanya melalui penafsiran dan tradisi para rabi. Sifat meninggikan diri, suka menguasai, dengki pada kalangan tertentu, syak wasangka dan suka memandang rendah, merupakan azas-azas yang memerintah dan motif para guru itu. Pd 48.3

Para rabi bermegah-megah dalam keunggulannya, bukan hanya kepada bangsa-bangsa lain, tetapi juga kepada bangsanya sendiri. Dengan kebenciannya yang berkobar-kobar terhadap penindasnya, orang Roma, mereka mendambakan ketentuan untuk merebut kembali keunggulan bangsanya dengan kekuatan senjata. Pengikut-pengikut Yesus, yang membawa pekabaran damai bertentangan sekali dengan rencana serta ambisi mereka, itu sebabnya mereka dibenci dan dihukum mati. Dalam penganiayaan ini, Saul adalah salah seorang pelaku yang paling ganas dan tidak menaruh belas kasihan. Pd 48.4

Dalam sekolah militer di Mesir, Musa diberi pelajaran hukum kekerasan dan begitu kuat ajaran ini melekat pada tabiatnya sehingga ia memerlukan empat puluh tahun mengadakan hubungan yang tenang dengan Allah serta alam, untuk melayakkan dia memegang kepemimpinan Israel dengan hukum kasih. Pelajaran yang serupa harus dipelajari Paulus. Pd 48.5

Di gerbang Damaskus khayal mengenai yang Disalibkan itu mengubah seluruh jalan kehidupannya. Si penganiaya menjadi seorang murid, sang guru menjadi pelajar. Hari-hari yang gelap selama terasing di Damaskus serupa dengan bertahun-tahun dalam pengalamannya. Perjanjian Lama yang ditanamkan dalam ingatannya adalah pelajarannya, dan Kristus adalah gurunya. Bagi dia kesunyian alam juga menjadi sekolahnya. Ia pergi ke padang belantara Arabia, untuk mempelajari Kitab Suci dan belajar tentang Allah. Ia mengosongkan jiwanya dari prasangka dan tradisi yang telah membentuk hidupnya, dan menerima pengajaran dari Sumber kebenaran. Pd 48.6

Kehidupannya setelah itu diilhami oleh satu azas, yakni mengorbankan diri, pekerjaan kasih. “ Aku berhutang,” katanya, “baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar maupun kepada orang tidak terpelajar.” “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami.” Roma 1:14; II Kor 5:14. Pd 49.1

Sebagai guru umat manusia yang terbesar, Paulus menerima baik tugas yang paling hina maupun yang paling tinggi. Ia menghargai pekerjaan tangan sebagaimana dengan pekerjaan otak, dan ia bertukang untuk menunjang dirinya sendiri. Usahanya membuat kemah diteruskannya sementara ia berkhotbah setiap hari mengenai injil di pusat-pusat kebudayaan yang besar. “ Dengan tanganku,” katanya dalam perpisahan dengan tua-tua Efesus, “aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku.” Kis 20:34. Pd 49.2

Sementara ia memiliki kecerdasan yang tinggi, kehidupan Paulus menunjukkan kuasa dari hikmat yang jarang terlihat. Azas-azas yang teramat Penting, azas-azas yang tidak terjangkau oleh pemikir-pemikir terbesar dewasa ini, dibentangkan dalam pengajarannya, dan diteladani dalam hidupnya. Ia memiliki hikmat yang terbesar, yang memberikan ketajaman wawasan dan sanubari penuh simpati yang membawa manusia terjamah dengan manusia, dan menyanggupkan dia untuk membangkitkan sifatnya yang lebih baik serta mengilhami mereka kepada derajat kehidupan yang lebih tinggi. Pd 49.3

Dengarkanlah perkataan kepada orang kafir yang di Lysteria, tatkala ia menunjukkan kepada mereka Allah, Allah yang dinyatakan dalam alam, Sumber segala kebajikan, yang “ menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” Kis 14:17. Pd 49.4

Tengoklah dia dalam kamar tahanan di bawah tanah di Filipi, kenpun tubuh merasakan nyeri, lagu pujiannya memecah kesunyian tengah malam. Setelah gempa bumi membuka gerbang penjara, suaranya terdengar lagi, kata-kata gembira kepada penjaga penjara orang kafir, “ Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini,” (Kis 16:28)—setiap orang di tempatnya masing-masing, menahan diri dengan kehadiran seorang sesama tahanan. Dan kepala penjara, yakin melalui kenyataan iman yang memelihara Paulus, menanyakan jalan keselamatan dan bersama seluruh isi keluarganya bergabung dengan rombongan murid Kristus yang teraniaya. Pd 49.5

Tengoklah Paulus di Athena di depan Areopagus, tatkala ia menghadapkan ilmu dengan ilmu, logika dengan logika dan filsafat dengan filsafat. Perhatikanlah bagaimana, dengan akal yang lahir dari kasih ilahi, ia menunjuk kepada Yehova sebagai “ Allah yang tidak dikenal,” yang telah disembah para pendengarnya tanpa diketahuinya; dan dengan kata-kata yang dikutip dari sajaknya sendiri ia menggambarkan Dia sebagai Bapa, sedang mereka adalah anak-anaknya. Dengarkan dia, masa ketika kasta dijunjung, ketika hak manusia sebagai manusia sama sekali tidak diakui, manakala ia menampilkan kebenaran besar mengenai persaudaraan umat manusia, mengatakan bahwa Allah “telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi.” Lalu ia menunjukkan bagaimana, dengan segala perlakuan Allah terhadap manusia, tujuan karunia dan pengasihanNya berjalan seperti benang emas. Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka, dan batasbatas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” Kis 17:23, 26, 27. Pd 50.1

Dengarkanlah dia dalam istana Festus, ketika raja Agripa, merasa yakin akan kebenaran injil, mengatakan, “hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen.” Dengan lemah lembut dan sopan Paulus, sambil menunjuk kepada belenggunya sendiri, menyahut, “Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.” Kis 26:28, 29. Pd 50.2

Demikianlah kehidupannya berlalu, sebagaimana diterangkan dalam kata-katanya sendiri, ‘’Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.” II Kor 11:26, 27. Pd 50.3

“Kalau kami dimaki,” katanya, “kami memberkati; kalau kami dianiaya kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah,” “sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.” I Kor 4:12, 13; II Kor 6:10. Pd 50.4

Dalam pekerjaan ia mendapatkan kesenangan; dan pada akhir pekerjaan hidupnya, seraya memandang kepada pergumulan dan kemenangannya ia dapat mengatakan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik.” II Tim 4:7. Pd 51.1

Sejarah ini sangatlah menarik perhatian. Tidak ada yang lebih besar kepentingannya dari pada terhadap orang muda. Musa menolak kerajaan, Paulus menolak segala keuntungan dari kekayaan dan kehormatan di tengah bangsanya, untuk suatu kehidupan penuh beban dalam pelayanan kepada Allah. Kepada banyak orang kehidupan orang-orang ini tampak sebagai Penyangkalan dan pengorbanan diri. Benarkah demikian? Musa menghitung nasihat Kristus lebih berharga dari harta kekayaan Mesir. Ia menghitung demikian karena memang demikianlah keadaannya. Paulus mengatakan: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Flp 3:7, 8. Ia merasa puas dengan Pilihannya. Pd 51.2

Musa ditawarkan istana Firaun dan takhta kerajaan; tetapi kepelesiran dosa yang membuat orang lupa akan Allah terdapat dalam istana-istana bangsawan dan ia malahan memilih “harta yang tetap dan keadilan.” Ams 8:18. Gantinya menghubungkan dirinya dengan kebesaran Mesir, ia memilih untuk mengikat hidupnya dengan maksud Allah. Gantinya memberikan undang-undang kepada Mesir, oleh tuntunan ilahi, ia menetapkan hukum bagi dunia. Ia menjadi perkakas Allah dalam memberikan kepada manusia azas-azas kepada manusia yang merupakan pelindung bagi rumah tangga dan masyarakat, yang menjadi batu penjuru kemakmuran bangsa—azas-azas yang sekarang diakui oleh tokoh-tokoh terbesar dunia sebagai landasan dari segala yang terbaik dalam pemerintahan umat manusia. Pd 51.3

Kebesaran Mesir adalah dalam debu. Kekuasaan dan peradabannya telah lewat. Tetapi pekerjaan Musa tidak pernah dapat binasa. Azas-azas luhur mengenai kebenaran, yang hidupnya adalah demi azas-azas itu, kekal. Pd 51.4

Kehidupan jerih payah Musa dan perhatian yang membebani hati dipancarkan dengan hadiratNya yang “menyolok mata di antara selaksa orang,” dan “segala sesuatu padanya menarik.” Kid 5:10, 16. Dengan Kristus mengembara di padang belantara, dengan Kristus di atas bukit kemuliaan, bersama Kristus dalam istana sorga-kehidupannya di bumi adalah suatu berkat dan dipermuliakan di sorga. Pd 51.5

Paulus juga dalam banyak pekerjaannya ditunjang oleh kuasa hadiratNya. “Aku dapat melakukan segala sesuatu,” katanya “perantaraan Kristus yang menguatkan aku.” “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya, atau pedang? .... Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang oleh Dia yang telah me-ngasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Flp 4:13; Roma 8:35-39. Pd 52.1

Namun demikian ada kegembiraan yang Paulus nantikan sebagai upah pekerjaannya-kegembiraan yang serupa ketika Kristus menderita di salib dan tidak mengindahkan rasa malu-kegembiraan melihat buah-buah pekerjaannya. Pd 52.2

“Sebab siapakah pengharapan kami, atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami,” tulisnya kepada orang-orang Tesalonika yang bertobat, “Di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.” I Tes 2: 19,20. Pd 52.3

Siapakah dapat mengukur hasil-hasil kepada dunia mengenai pekerjaan hidup Paulus? Dari seluruh pengaruh yang baik yang meringankan penderitaan, yang menghiburkan orang yang susah, yang mengekang kejahatan, yang mengangkat martabat hidup dari sifat mementingkan diri dan percabulan, dan mempermuliakannya dengan pengharapan kebakaan, berapakah harus dibayar atas pekerjaan Paulus dan teman-teman sekerjanya, dengan injil Putera Allah mereka mengadakan perjalanan yang tidak diketahui dari Asia sampai ke pantai Eropa? Pd 52.4

Apakah nilainya kepada sesuatu kehidupan yang menjadi perkakas Allah dalam menggerakkan pengaruh-pengaruh demikian yang membawa berkat? Berapakah nilainya dalam kekekalan untuk menyaksikan hasil-hasil dari pekerjaan hidup yang demikian? Pd 52.5