Pendidikan
Hubungan Pakaian dengan Pendidikan
“ Di dalam pakaian yang sopan.” “Putri Raja akan dipermuliakan. ”
Pendidikan tidak akan lengkap jika tidak mengajarkan prinsip-prinsip yang benar yang berhubungan dengan pakaian. Tanpa pengajaran tersebut, pekerjaan pendidikan mundur dan terkebelakang. Cinta akan pakaian, keranjingan terhadap mode, telah menjadi persaingan yang sangat sengit di antara para guru dan menjadi rintangan yang sangat berhasil. Pd 189.1
Mode merupakan seorang nyonya yang memerintah dengan tangan besi. Di banyak rumah tangga, kekuatan, waktu dan perhatian para orang tua dan anak-anak dihabiskan untuk memenuhi tuntutan mode itu. Orang kaya berambisi saling berlomba satu dengan yang lain untuk menyesuaikan diri dengan mode-modenya yang selalu berubah-ubah; yang dari kalangan menengah dan yang lebih kurang mampu berusaha mati-matian untuk men-dekati patokan yang ditentukan oleh golongan orang yang di atas mereka. Di mana sarana dan kekuatan terbatas, dan ambisi bersopan santun yang besar, beban menjadi hampir tak dapat dipikul. Pd 189.2
Bagi banyak orang, tidak peduli apakah bentuk pakaian itu bagus atau indah, asalkan modenya berubah, harus dibetulkan kembali atau dibuang saja. Seluruh anggota keluarga di rumah menjadi buntu oleh pekerjaan yang tidak berkesudahan. Tidak ada waktu mendidik anak-anak, tidak ada waktu untuk berdoa atau belajar Alkitab, tidak ada waktu menolong anak-anak kecil supaya mengenal Allah melalui hasil karyaNya. Pd 189.3
Tidak ada waktu dan uang untuk bermurah hati. Dan sering meja makan isinya terbatas. Makanan tidak dipilih dengan baik dan disediakan dengan terburu-buru, dan tuntutan-tuntutan alamiah hanya separuh dipenuhi. Akibatnya ialah kebiasaan makan yang salah, yang mendatangkan penyakit dan menyebabkan tidak bertarak. Pd 190.1
Kegemaran memamerkan diri menyebabkan pemborosan, dan bagi banyak orang muda mereka membunuh cita-cita untuk hidup lebih mulia. Gantinya meneruskan pendidikan, mereka segera mencari pekerjaan untuk memanjakan nafsu berpakaian. Dan melalui nafsu begini banyak anak gadis tertipu sampai hancur. Pd 190.2
Dalam banyak rumah pendapatan keluarga terkena pajak yang berat. Sang ayah, tidak mampu memenuhi kebutuhan siibu dan anak-anak, sehingga tergoda berlaku curang, dan sekali lagi akibatnya ialah kehinaan dan kehancuran. Pd 190.3
Sampai kepada hari kebaktianpun tidak lepas dari pengaruh mode. Bahkan mereka mencari kesempatan untuk mengadakan pameran yang lebih besar dari kuasa mode itu. Gereja telah dijadikan lapangan parade, dan mode lebih banyak dipelajari daripada khotbah. Orang-orang miskin yang tidak mampu memenuhi tuntutan mode, beramai-ramai menjauhkan diri dari gereja. Hari perhentian dipergunakan dengan bermalas-malas, dan bagi orang muda sering kali dalam pergaulan terjadi kemerosotan akhlak. Pd 190.4
Di sekolah, anak-anak gadis dengan berpakaian tidak pantas dan tidak melegakan menyulitkan mereka untuk belajar atau untuk berekreasi. Pikiran mereka asyik termenung, sehingga guru menemui kesulitan untuk membangkitkan perhatian mereka. Pd 190.5
Untuk mematahkan daya pikat mode, sering kali guru tidak mempunyai sarana yang lebih berhasil dari pada mengadakan kontak dengan alam. Biarlah murid-murid mencicipi kenikmatan yang terdapat di sungai atau danau maupun laut; biarlah mereka mendaki gunung-gunung memandangi kemuliaan matahari terbenam, menjelajahi hutan dan ladang, biarlah mereka mempelajari kesenangan menanam tanam-tanaman dan kembang; dan kepentingan untuk menambah pita hiasan atau membetulkan kerut muka akan tenggelam menjadi hal yang remeh. Pd 190.6
Pimpinlah orang-orang muda supaya melihat bahwa dalam pakaian, seperti pada makanan kehidupan yang baik tidak terlepas dari pemikiran yang tinggi. Pimpinlah mereka supaya mengerti berapa banyak yang harus dipelajari dan dikerjakan; betapa mahalnya masa kemudaan sebagai persiapan untuk pekerjaan seumur hidup. Bantulah mereka untuk melihat betapa indah harta yang ada di dalam firman Allah, di dalam buku alam, dan di dalam catatan kehidupan yang mulia. Pd 190.7
Biarlah pikiran mereka diarahkan kepada penderitaan yang mungkin mereka akan hadapi. Tolonglah mereka supaya mengerti bahwa dengan setiap rupiah yang diboroskan dalam memamerkan, sipemakai uang itu kehilangan kesempatan untuk memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, dan menghibur yang berduka. Pd 191.1
Mereka tidak akan kehilangan kesempatan hidup yang gemerlapan, tidak akan mengerdilkan pikiran mereka, tidak akan merusak kesehatan mereka, dan menghancurkan kebahagiaan mereka, demi penurutan yang membolehkan sehingga tidak ada dasar dalam pertimbangan, dalam kesenangan, atau dalam kejelitaan. Pd 191.2
Pada saat yang bersamaan orang muda harus diajar untuk mengetahui pelajaran dalam alam, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.” Pengkhotbah 3:11. Di dalam pakaian, sama seperti di dalam segala perkara yang lain, kita mempunyai kesempatan untuk menghormati Khalik kita. Ia merindukan supaya pakaian kita bukan saja rapi dan menyehatkan, tetapi harus pantas dan melegakan. Pd 191.3
Tabiat seseorang dinilai oleh caranya berpakaian. Selera yang bersih, pikiran yang dikembangkan, akan dinyatakan dalam pemilihan pakaian yang sederhana dan pantas. Sopan dan sederhana dalam berpakaian, bila digabung dengan kelakuan yang rendah hati, akan mencapai jauh ke arah lingkungan seseorang wanita muda dengan suasana kudus yang tersedia itu yang baginya merupakan tameng dari seribu kebinasaan. Pd 191.4
Biarlah anak-anak gadis diajar bahwa seni berpakaian yang baik mencakup kesanggupan membuat pakaian mereka sendiri. Inilah ambisi yang harus didambakan oleh setiap gadis. Ini akan menjadi suatu sarana manfaat dan kemderdekaan yang tidak akan hilang daripadanya. Pd 191.5
Tidak salah mencintai dan menginginkan keindahan, tetapi Allah menghendaki kita pertama-tama mencintai dan mencari keindahan yang tertinggi, yang tidak akan binasa. Hasil-hasil kepintaran manusia yang sangat terpilih tidak ada artinya keindahannya bila dibandingkan dengan keindahan tabiat yang dalam pemandangannya merupakan “harga yang besar.” Pd 191.6
Biarlah orang-orang muda dan anak-anak kecil diajar untuk memilih bagi diri mereka sendiri jubah kerajaan yang ditenun di sorga—yaitu “kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih” (Wahyu 19:8), yang akan dipakai oleh semua orang suci di bumi. Jubah ini, yaitu tabiat Kristus sendiri yang tidak bercacat-cela, ditawarkan dengan tidak ada bayaran kepada setiap makhluk manusia. Tetapi semua orang yang menerimanya akan menerima di sini. Pd 191.7
Biarlah anak-anak diajar bahwa bila mereka membuka pikiran mereka terhadap pikiran-pikiran suci dan mengasihi dan melakukan perbuatan- perbuatan mengasihi dan menolong orang, mereka memaki sendiri jubah tabiatNya yang indah itu. Pakaian ini akan menjadikan mereka cantik dan disayangi di sini, dan kemudian akan menjadi surat izin mereka untuk masuk dalam istana Raja. JanjiNya ialah: Pd 191.8
“Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Wahyu 3:4. Pd 192.1