Surga

23/24

Bab 19— Musik Surgawi

Lagu Baru yang akan Dinyanyikan— Ada satu hari yang segera menimpa kita, ketika rahasia Allah akan kelihatan, dan semua jalan-Nya dibersihkan; ketika keadilan, rahmat, dan kasih akan melengkapi takhta-Nya. Ketika peperangan selesai, dan orang-orang kudus semuanya dikumpulkan ke rumah, tema pertama kita adalah nyanyian Anak Domba, yaitu nyanyian kasih karunia dan penebusan. Nyanyian ini akan lebih nyaring, lebih tinggi, dan dengan nada yang lebih merdu, menggema dan menggema kembali di seluruh istana surga. Demikianlah nyanyian pemeliharaan Allah yang dinyanyikan, yang menghubungkan dispensasi yang berbeda-beda; karena kini semuanya kelihatan tanpa tudung antara hukum, nubuatan, dan Injil. Sg 203.1

Sejarah gereja di bumi, dan gereja yang di surga, semuanya berpusat pada salib Golgota. Inilah tema itu, inilah nyanyian itu—Kristus adalah segala-galanya—dalam Kidungkidung pujian di seluruh surga dari beriburibu dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu dan rombongan umat tebusan yang tak terhitung banyaknya. Semua bersatu dalam lagu Musa dan Anak Domba ini. Itu adalah suatu nyanyian baru, karena nyanyian ini belum pernah di-nyanyikan di surga.— Testimonies to Ministers and Gospel Workers, hlm. 433. Sg 203.2

Para Malaikat Menyambut Raja dan Umat Tebusan-Nya dengan Lagu Kemenangan—Pada hari itu, orang-orang yang ditebus akan bersinar dalam kemuliaan Bapa dan Anak Para malaikat, memegang kecapi emas mereka, akan menyambut Raja dan piala kemenangan-Nya—mereka yang telah mencuci jubahnya dan menjadikan putih dalam darah Anak Domba. Sebuah lagu kemenangan akan berkumandangkan, mengisi seluruh surga. Kristus telah menang. Dia memasuki istana surga, disertai oleh orang-orang tebusan-Nya, para saksi bahwa misi penderitaan dan pengorbanan-Nya tidaklah sia-sia.— Testimonies for the Church, jld. 9, hlm. 285, 286. Sg 203.3

Musik Surgawi—Nabi itu menangkap bunyi musik di sana, dan nyanyian, jenis musik dan nyanyian yang hanya terdengar dalam penglihatan dari Allah, tidak ada telinga fana yang pernah mendengarnya atau pikiran fana membayangkannya. “Dan orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang, dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.” “Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.” “Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai.” “Dengan suara nyaring mereka bersorak-sorai, demi kemegahan TUHAN, mereka memekik” Yesaya 35:10; 51: 3; Mazmur 87: 7; Yesaya 24:14.— Prophets and Kings, hlm. 730. Sg 204.1

Betapa hebat nyanyian yang dinyanyikan ketika orang-orang tebusan Allah bertemu di gerbang Kota Suci, yang engsel-engselnya terpasang berkilau-kilauan yang terdorong ke belakang dan menyuruh bangsa-bangsa yang telah memelihara Firman - Nya— perintah - perintah - Nya—masuk ke dalam kota, lalu mahkota pemenang diletakkan di atas kepala mereka, dan kecapi emas ditempatkan di tangan mereka! Seluruh surga dipenuhi dengan musik yang bernilai tinggi, serta lagu-lagu pujian bagi Anak Domba. Diselamatkan, diselamatkan selamanya, di dalam kerajaan kemuliaan! Untuk memiliki kehidupan yang sesuai dengan kehidupan Allah—itulah upahnya.— Ms, hlm. 92, 1908 dikutip dalam The SDA Bible Commentary, jld. 7, hlm. 982. Sg 204.2

Para 144.000 Menyanyikan Lagu Pengalaman Mereka—Di atas laut kristal yang di depan takhta itu, laut kaca yang bening itu seakan-akan bercampur dengan api—begitu berkilau-kilau dengan kemuliaan Allah—berhimpunlah rombongan yang “telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya.” Mereka berdiri bersama Anak Domba di Bukit Sion memegang “kecapi Allah” bersama 144.000 orang yang ditebus dari antara manusia. Dan kemudian terdengarlah, bagaikan desau air bah, dan bagaikan deru guruh yang dahsyat, “bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.” Dan mereka menyanyikan “nyanyian yang baru” di hadapan takhta itu, suatu nyanyian yang tak seorang pun dapat mempelajarinya selain dari yang 144.000 orang itu. Nyanyian itu ialah nyanyian Musa dan Anak Domba,—suatu nyanyian kelepasan. Tak seorang pun, kecuali yang 144.000 orang itu, dapat mempelajari nyanyian itu, karena nyanyian itu adalah nyanyian pengalaman mereka—suatu pengalaman yang tidak pernah dialami oleh rombongan lain. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. “Mereka ini, setelah diubahkan dari dunia ini, dari antara yang hidup, dianggap sebagai “korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu” Wahyu 15: 2, 3; 14: 1-5—Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 684. Sg 205.1

“Di dalam bait-Nya setiap orang berseru: ‘Hormat’” Mazmur 29: 9, dan lagu yang dinyanyikan oleh orang-orang yang ditebus: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus” Wahyu 15: 3, 4.— Membina Pendidikan Sejati, hlm. 286. Sg 206.1

Hari-hari yang menyakitkan dan tangisan sudah berakhir untuk selama-lamanya. Raja kemuliaan telah menyapu air mata dari semua wajah, dan setiap penyebab dukacita telah dibuangkan. Di tengah-tengah lambaian daun-daun palem mereka mengumandangkan nyanyian pujian yang jelas, merdu dan harmonis; setiap suara menyanyikan lagu, hingga lagu itu memenuhi seluruh kubah surga.— Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 686. Sg 206.2

Sementara bangsa-bangsa yang diselamatkan memandang Penebus mereka, dan memandang kemuliaan Bapa yang bersinar di wajah - Nya, sementara mereka memandang takhta-Nya yang dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan mengetahui bahwa kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir, mereka mengangkat suaranya dalam nyanyian kegembiraan, “Layaklah, layaklah Anak Domba yang tersembelih itu, yang telah menebus kita kepada Allah oleh darah-Nya sendiri yang paling mulia!”— Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 687. Sg 206.3

Orang-orang yang Ditebus akan Menyanyikan Nyanyian Paling Merdu di Surga—Kemudian saya melihat malaikat-malaikat yang tidak terhitung banyaknya membawa mahkota kemuliaan dari kota itu—sebuah mahkota untuk setiap orang kudus, dengan namanya yang tertulis di atasnya. Ketika Yesus meminta mahkotamahkota itu, malaikat-malaikat mempersem-bahkannya kepada-Nya, dan dengan tangan kanan-Nya sendiri, Yesus yang indah itu memakaikan mahkota-mahkota itu ke atas kepala orangorang kudus. Dengan cara yang sama malaikatmalaikat membawa kecapi, dan Yesus menyerahkan kecapi-kecapi itu juga kepada orang-orang kudus. Malaikat-malaikat pemimpin mula-mula membunyikan nadanya, kemudian setiap suara mengangkat pujian dan syukur yang berbahagia, dan setiap tangan dengan cekatan memetik tali-tali kecapi, yang mengeluarkan bunyi musik yang paling merdu tiada taranya. Kemudian saya melihat Yesus memimpin rombongan yang ditebus itu ke pintu gerbang kota itu. Ia memegang gerbang itu dan mendorongnya di atas engselnya yang berkilau-kilauan lalu menyuruh bangsabangsa yang telah memelihara kebenaran supaya masuk ke dalam. Kemuliaan luar biasa yang mereka lihat di mana-mana. Kemudian Yesus memandang kepada orang-orang kudus yang ditebus-Nya; wajah mereka berseri dengan kemu-liaan; dan ketika Ia mengarahkan mata-Nya yang berkasihan kepada mereka, Ia berkata, dengan suara-Nya sangat merdu, “Aku memandang kesusahan jiwa-Ku, dan merasa puas. Kemuliaan yang limpah ini adalah milikmu untuk dinikmati selama-lamanya. Kesusahanmu sudah berakhir. Tidak akan ada lagi kematian, atau pun kesusahan maupun tangisan, dan tidak akan ada lagi penyakit.” Saya melihat orang-orang yang ditebus itu menyembah dan meletakkan mahkota mereka yang berkilau-kilauan itu di kaki Yesus, kemudian ketika tangan-Nya yang indah mengangkat mereka supaya berdiri, maka mereka memetik kecapi emas mereka dan memenuhi segenap surga dengan musik dan nyanyian mereka yang paling merdu kepada Anak Domba.— Tulisan-Tulisan Permulaan, hlm. 411, 412. Sg 206.4

Sebelum memasuki Kota Allah, Juruselamat menganugerahkan kepada para pengikut-Nya lambang kemenangan dan menyelamatkan kepada mereka lencana kerajaan. Barisan arakarakan yang berkilauan itu ditarik ke atas dalam bentuk lekuk segi empat mengelilingi Raja mereka, yang bentuk perawakan-Nya lebih tinggi mengatasi orang-orang kudus dan malaikat, yang wajah-Nya bercahaya kepada mereka penuh dengan kasih yang besar. Rombongan besar umat tebusan yang tak terhitung banyaknya itu menujukan pandangan mereka kepada-Nya, setiap mata memandang kemuliaan Dia yang “rupa-Nya telah dirusakkan lebih dari manusia mana pun dan bentuk-Nya melebihi anak-anak manusia.” Di atas kepala orang-orang yang menang, Yesus dengan tangan kanan-Nya sendiri meletakkan mahkota kemuliaan. Ada mahkota bagi setiap orang yang bertuliskan “nama baru” (Wahyu 2: 17), dan tulisan yang berbunyi “Kekudusan bagi Tuhan.” Kepada setiap tangan diberikan daun palem kemenangan dan kecapi yang bercahaya. Kemudian, pada waktu pemimpin malaikat memainkan lagu, setiap tangan memetik tali kecapi dengan mahirnya, menghasilkan musik yang bersuara lembut merdu. Kegembiraan yang tidak terkatakan menggetarkan setiap hati, dan setiap suara diangkat dalam pujian syukur, “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya,—bagi Dialah kemuliaan dan kuasa selama-lamanya. Amin” Wahyu 1: 5, 6. — Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 681. Sg 208.1

Musik Surga yang Sempurna — Sudah diperlihatkan kepada saya tatanan, tatanan surga yang sempurna, dan telah dikumandangkan ketika saya mendengarkan musik yang sempurna di sana. Setelah keluar dari penglihatan, nyanyian di sini terdengar sangat keras dan sumbang. Saya telah melihat sekelompok malaikat, yang berdiri di la-pangan kosong, mereka semua memiliki kecapi emas. Di ujung kecapi ada alat untuk memutar dan mengatur kecapi untuk mengubah nada. Jari-jari mereka tidak memetik senarnya secara sembarangan, tetapi mereka menyentuh senar yang ber-beda untuk menghasilkan suara yang berbeda. Ada satu malaikat yang selalu memimpin, yang pertama-tama menyentuh kecapi dan membunyikan nada, lalu semua bergabung dalam musik surga yang megah dan sempurna. Itu tidak bisa dijelaskan. Itu adalah melodi, surgawi, Ilahi, sementara dari setiap raut muka melambangkan citra Yesus, bersinar dengan kemuliaan yang tak terkatakan.— Testimonies for the Church, jld. 1, hlm. 146. Sg 208.2

Sebuah Lagu yang Dinyanyikan Pertama Kali di Bumi — Orang-orang yang ditebus menempatkan mahkota berkilau mereka di kaki Yesus; dan kemudian paduan suara malaikat membunyikan nada kemenangan, dan para malaikat di dua sisi memilih lagu, dan rombongan yang ditebus ber-gabung seolah-olah mereka telah menyanyikan lagu di bumi, dan memang mereka pernah. Sg 209.1

Betapa indahnya musik itu! Tidak ada nada yang tidak harmonis. Setiap suara menyatakan, “Layaklah Anak Domba yang disembelih.” Yesus memandang kesusahan jiwa-Nya, dan menjadi puas. Apakah Anda pikir ada orang di sana akan mengambil waktu untuk menceritakan godaan dan kesulitannya yang mengerikan? “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” “Tuhan akan menghapus semua air mata dari mata mereka.” Ms, hlm. 18, 1894 dikutip dalam The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 1093. Sg 209.2

Menyanyikan Lagu Surgawi di Sini — Yesus akan segera datang, dan posisi kita haruslah me-nunggu dan berjaga-jaga bagi kedatangan-Nya. Janganlah kita membiarkan sesuatu mengantarai kita dengan Yesus. Kita harus belajar di sini untuk menyanyikan lagu-lagu surga, agar apabila peperangan berakhir kita dapat bersuka-suka untuk memuji Dia bersama para malaikat di dalam Kota Allah. Nyanyian apakah itu? Itulah pujipujian dan hormat dan kemuliaan bagi Dia yang duduk di atas takhta, dan Anak Domba untuk selama-lamanya. — Historical Sketches, p. 145 dikutip dalam Muliakanlah Dia, hlm. 372. Sg 210.1

Setiap tindakan, setiap perbuatan keadilan dan belas kasihan dan kebajikan, menjadikan musik di surga. — The Review and Herald, 16 Agustus 1881 dikutip dalam Christian Service, hlm. 100, 101. Sg 210.2

Bila engkau membuka pintumu terhadap orang-orang yang berkekurangan dan menderita, engkau sedang menyambut malaikat-malaikat yang tidak kelihatan. Engkau mengundang persahabatan dengan makhluk-makhluk surga. Mereka membawa suatu suasana kegembiraan dan damai yang suci. Mereka datang dengan puji-pujian pada bibir mereka, dan suatu lagu sambutan terdengar di surga. Setiap perbuatan kemurahan menjelma menjadi musik di sana. Bapa dari takhta-Nya menghitung para pekerja yang tidak mementingkan diri di antara hartaNya yang paling berharga. — Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 277. Sg 210.3