Surga
Bab 12—Beberapa Orang Tidak Akan Berada Di Sana
Kain —Walaupun Kain oleh kejahatannya patut untuk menerima hukuman mati, Khalik yang rahmani tetap membiarkan ia hidup, dan mem-berikan kesempatan untuk bertobat. Tetapi Kain hidup hanya untuk mengeraskan hatinya, mem-bangkitkan pemberontakan terhadap kekuasaan Ilahi dan menjadi pemimpin dari kelompok orang yang berdosa yang berani dan sekarang terbuang. Kemurtadan yang satu ini, yang dipimpin oleh Setan, menjadi satu penggoda bagi yang lainnya; dan contoh serta pengaruhnya telah menimbulkan kuasa yang merusakkan moral, sehingga dunia menjadi begitu jahat dan dipenuhi kekejaman sehingga perlu untuk dibinasakan.— Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 79. Sg 121.1
Istri Lot —Jikalau Lot sendiri tidak menunjukkan sikap berlambatan untuk menurut amaran malaikat, tetapi dengan sungguh-sungguh telah lari ke gunung-gunung, tanpa sepatah kata pun yang menawar-nawar dan yang menyatakan penyesalan, maka istrinya juga akan berlari melepaskan diri. Pengaruh teladan hidupnya akan menyelamatkan istrinya dari dosa yang telah memeteraikan kebinasaannya. Tetapi rasa segan serta sikap yang berlambatan telah menyebabkan istrinya meremehkan amaran Ilahi. Sekalipun tubuhnya berada di atas padang itu tetapi hatinya terpaut erat ke Sodom, dan ia pun binasa besertanya. Ia memberontak terhadap Allah oleh sebab Penghukuman-Nya mencakup kebinasaan harta dan tiang-tiang gantungan untuk mengendalikan hati nurani umat Tuhan. Di sana ada para uskup yang angkuh yang meninggikan diri melebihi Allah, dan memberanikan diri mengubah hukum Yang Mahatinggi. Para frater gereja yang berpura-pura mempunyai perhitungan dengan Allah di mana mereka tidak bisa dimaafkan. Terlambat mereka menyadari bahwa Yang Mahatahu merasa cemburu karena hukum-Nya dan bahwa Ia tidak akan membiarkan mereka yang bersalah. Sekarang mereka tahu bahwa Kristus menyamakan perhatian-Nya dengan umat-Nya yang menderita; dan mereka merasakan kuasa kata-kataNya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” Matius 25: 40.— Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 705, 706. Sg 121.2
Orang-orang Jahat dari Semua Generasi —Dalam keagungan yang menakutkan Dia [Yesus] memanggil orang-orang jahat yang sudah mati. Mereka terbangun dari tidur panjang mereka. Benar-benar kebangkitan yang mengerikan! Mereka melihat Anak Allah dalam keagunganNya yang kuat dan kemuliaan yang gemilang. Semuanya, begitu melihat Dia, mengetahui bahwa Dialah orang yang disalibkan yang mati untuk menyelamatkan mereka, yang telah mereka benci dan tolak. Mereka, dalam jumlah, seperti pasir di pantai. Pada saat kebangkitan pertama, semua bangkit dengan tubuh yang baka; tetapi pada kebangkitan yang kedua, tanda-tanda kutukan itu tampak pada semua orang. Semua muncul sama seperti saat mereka masuk ke kuburan mereka. Sg 126.1
Mereka yang hidup sebelum air bah, muncul dengan tubuh raksasa mereka, dua kali lebih tinggi daripada pria yang hidup di bumi sekarang, dan proporsional. Generasi setelah air bah merosot dalam perawakannya. Terjadi penurunan terus menerus sampai generasi-generasi berikutnya, hingga yang terakhir hidup di bumi. Perbedaan antara orang-orang jahat pertama yang hidup di bumi sekarang dengan orangorang dari generasi terakhir, sangat besar. Yang pertama tinggi megah dan proporsional bagus— yang terakhir muncul ketika mereka turun, orang yang kerdil, lemah, dan cacat .— Spiritual Gifts, jld. 3, hlm. 84. Sg 126.2
Dengan kegembiraan yang bercampur dengan kekejaman dan kebengisan, ia [Setan] menunjuk kepada jutaan manusia yang tak terhitung banyaknya itu, yang telah bangkit dari kematian, dan menyatakan bahwa sebagai pemimpin mereka ia sanggup mengalahkan kota itu dan merebut kembali takhtanya dan kerajaannya. Sg 127.1
Di antara massa yang sangat banyak itu terdapatlah orang-orang yang hidup lama yang berada sebelum air bah; orang-orang yang berperawakan raksasa dan kecerdasan yang tinggi, yang tunduk kepada pengendalian malaikat-malaikat yang telah jatuh, yang mengabdikan seluruh keterampilan dan pengetahuan mereka untuk meninggikan diri mereka sendiri; manusia yang karya seninya yang mengagumkan telah menuntun dunia ini mendewa-dewakan kepintarannya, tetapi yang penemuan-penemuan jahat dan pencemaran telah mencemari dunia ini dan merusak peta atau citra Allah, sehingga menyebabkanNya menghapuskan mereka dari antara makhluk ciptaan-Nya. Di sana terdapat juga raja-raja dan jenderal-jenderal yang menaklukkan bangsabangsa, orang-orang pemberani yang tidak pernah kalah dalam peperangan, para prajurit yang bangga dan ambisius yang kehadirannya membuat kerajaan-kerajaan gemetar. Di dalam kematian mereka ini tidak mengalami perubahan. Pada waktu mereka bangkit dari kubur, mereka kembali kepada pemikiran-pemikiran mereka yang terhenti pada waktu mereka mati. Mereka digerakkan oleh keinginan yang sama yang menguasai mereka pada waktu mereka jatuh. — Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 701. Sg 127.2
Mereka yang Menghidupi Kehidupan Keegoisan — Janganlah ada orang menduga bahwa mereka dapat menghidupkan suatu kehidupan yang mementingkan diri dan kemudian, setelah melayani kepentingan-kepentingannya sendiri, masuk ke dalam kesukaan Tuhannya. Dalam kesukaan dari kasih yang tidak mementingkan diri mereka tidak dapat ikut merasakannya. Mereka tidak akan dilayakkan masuk istana surga. Mereka tidak dapat menghargai suasana murni dari kasih yang terdapat dalam surga. Suara-suara malaikat serta musik dari kecapinya tidak akan memuaskan mereka. Bagi pikiran mereka ilmu tentang surga adalah seperti suatu teka-teki. — Membina Kehidupan Kekal, hlm. 281. Sg 128.1
Kerohanian yang Kebas — Betapa sedikit orang muda menderita, atau menyangkal diri, untuk agama mereka! Untuk berkorban hampir tidak terpikirkan bagi mereka. Mereka sepenuhnya gagal meniru Pola dalam rasa hormat. Saya melihat bahwa bahasa kehidupan mereka adalah: Diri harus dipenuhi, harga diri harus dimanjakan. Mereka lupa Anak Manusia yang Menderita, yang akrab dengan duka cita. Penderitaan Yesus di Getsemani, Dia yang berkeringat seperti cucuran darah di taman, mahkota duri yang ditindik dan ditautkan ke atas alis-Nya yang suci, tidak menggerakkan hati mereka. Mereka telah kebas. Kepekaan mereka tumpul, dan mereka telah kehilangan semua rasa atas pengorbanan besar yang dibuat untuk mereka. Mereka boleh duduk dan mendengarkan cerita tentang salib, mendengar bagaimana paku-paku yang kejam itu menembus tangan dan kaki Anak Allah, dan itu tidak menggerakkan kedalaman jiwa mereka. Sg 128.2
Kata malaikat itu: “Jika orang seperti itu akan dibawa ke kota Allah, dan diberitahu bahwa semua keindahan dan kemegahannya yang kaya adalah milik mereka untuk dinikmati selamanya, mereka tidak akan memiliki rasa betapa warisan itu telah dibeli untuk mereka. Mereka tidak akan pernah menyadari kedalaman kasih Penebus yang tiada bandingannya. Mereka belum minum dari cawan, atau dibaptis dengan baptisan kudus. Surga akan rusak jika mereka harus tinggal di sana. Hanya mereka yang telah mengambil bagian dalam penderitaan Anak Allah, dan telah datang dari kesukaran besar, dan telah membasuh jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba, dapat menikmati kemuliaan tak terlukiskan dan keindahan surga yang tak ter-tandingi.” — Testimonies f or the Church, jld. 1, hlm. 155. Sg 129.1
Saya telah melihat seorang malaikat sedang berdiri dengan neraca di tangannya menimbang pikiran dan minat umat Allah, terutama kaum muda. Di neraca pertama berisi pikiran dan minat yang mengarah ke surga; di sisi lain berisi pikiran dan minat yang cenderung ke bumi. Dan di neraca ini terlihatlah semua bacaan buku-buku cerita, pikiran tentang pakaian dan pertunjukan, kesiasiaan, kesombongan, dll. Oh, betapa suatu waktu yang khidmat! Pada saat para malaikat Allah berdiri dengan neraca, menimbang pikiran anakanak-Nya yang mengaku beragama—mereka yang mengaku mati bagi dunia dan hidup bagi Allah. Neraca yang diisi dengan pikiran duniawi, kesia-siaan, dan kesombongan turun dengan cepat, meskipun berat demi berat digulirkan dari neraca. Neraca orang dengan pikiran dan minat yang cenderung ke surga naik dengan cepat saat yang lain turun, dan oh, betapa ringannya itu! Saya bisa menceritakan ini sebagaimana saya melihatnya; tetapi tidak pernah saya dapat mem-berikan kesan yang serius dan jelas yang tertera di benak saya, sebagaimana saya lihat malaikat dengan neraca yang menimbang pikiran dan minat umat Allah. Kata malaikat: “Dapakah orang seperti itu masuk surga? Tidak, tidak, tidak pernah. Katakan kepada mereka harapan yang mereka miliki sekarang adalah sia-sia, kecuali mereka dengan cepat bertobat, dan memiliki keselamatan, mereka akan binasa.”— Testimonies for the Church, jld. 1, hlm. 124, 125. Sg 129.2
Mereka yang Memanjakan Diri dan Memupuk Dosa - Karena dosa, Setan diusir dari surga; dan tidak ada orang yang memanjakan dan memupuk dosa dapat pergi ke surga, karena dengan demikian Setan akan kembali memiliki pijakan di sana. - Testimonies for the Church, jld. 4, hlm. 346. Sg 130.1
Surga akan Menjadi Penyiksaan bagi Para Pemberontak - Dapatkah mereka yang hidupnya telah dihabiskan dalam pemberontakan melawan Allah tiba-tiba diangkat ke surga, dan menyaksikan keadaan kesempurnaan yang tinggi dan suci yang selamanya ada di sana - setiap jiwa dipenuhi dengan kasih, setiap wajah bersinar dengan su-kacita, musik yang merdu menggugah hati dalam nada-nada musik yang berkumandang memuliakan Allah dan Anak Domba, dan cahaya terang yang tak berkesudahan bersinar ke atas umatumat tebusan dari wajah Dia yang duduk di atas takhta itu - dapatkah mereka yang hatinya dipenuhi kebencian kepada Allah, kepada kebenaran dan kepada kesucian, berbaur dengan warga surgawi dan menyanyikan lagu-lagu pujian bersama mereka? Dapatkah mereka menahan kemuliaan Allah dan kemuliaan Anak Domba itu? Tidak, sama sekali tidak Bertahun-tahun kesempatan masa percobaan telah diberikan kepada mereka, agar mereka bisa membentuk tabiat untuk surga. Tetapi mereka tidak pernah melatih pikiran untuk mengasihi kemurnian, mereka tidak pernah mempelajari bahasa surga, dan sekarang sudah terlambat. Suatu kehidupan pemberontakan melawan Allah telah membuat mereka tidak layak masuk ke dalam surga. Kemurniannya, kekudusannya dan kedamaiannya menjadi siksaan bagi mereka, dan kemuliaan Allah menjadi api yang menghanguskan. Mereka akan lebih suka meninggalkan tempat kudus itu. Mereka menyambut kebinasaan agar mereka bisa disembunyikan dari wajah Dia yang mati untuk menebus mereka. Nasib orang fasik itu ditentukan oleh pilihan mereka sendiri. Tidak masuknya mereka ke surga adalah atas kemauan mereka sendiri, dan keadilan dan kemurahan di pihak Allah. — Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 570. Sg 130.2