Nasihat Penatalayanan
Waktu dan Harta yang Diasingkan bagi Allah
Bahasa yang digunakan menerangkan Sabat itu juga digunakan menerangkan perpuluhan. “Hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Aliahmu.” Manusia tidak mempunyai hak atau kuasa untuk mengganti hari yang pertama menjadi hari yang ketujuh. Mungkin dia bisa berpura-pura melakukan hal ini; namun azas Allah itu kekal. Adat istiadat dan ajaranajaran manusia tak boleh mengurangi tuntutan hukum ilahi. Allah telah menyucikan hari ketujuh. Bagian waktu yang tertentu itu diasingkan oleh Allah sendiri untuk hari perbaktian, tetap suci hingga sekarang ini sebagaimana yang mula-mula disucikan oleh Khalik kita. NP 44.4
Dalam cara yang sama perpuluhan dari penghasilan kita adalah “suci bagi Tuhan”. Perjanjian Baru tidak menegaskan kembali hukum perpuluhan seperti juga halnya hukum hari Sabat, karena syahnya kedua hal itu telah diketahui dan manfaat rohaninya yang dalam telah dijelaskan. ... Di saat kita sebagai suatu umat berusaha dengan setia memberikan kepada Allah waktu yang khusus bagiNya, tidakkah pula akan kita berikan kepadaNya bagian harta kita yang Ia tuntut? R & H, 16 Mei 1882 NP 44.5