Nasihat Bagi Sidang

211/279

Pengendalian Selera dan Nafsu

Salah satu daripada penggodaan-penggodaan yang terkuat yang dihadapi manusia ialah masalah selera. Antara tubuh dan pikiran terdapat jalinan yang ajaib dan luar biasa. Satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Memelihara tubuh dalam keadaan tetap sehat untuk mengembangkan kekuatannya, supaya setiap mesin yang hidup di dalamnya berjalan dengan selaras, patutlah menjadi pelajaran utama bagi kita. Melalaikan tubuh berarti melalaikan pikiran. Umat yang sakit dan mempunyai pikiran yang buntu tidak akan menjadi kemuliaan bagi Allah. Memanjakan selera dengan mengorbankan kesehatan adalah merusak akal sehat. Yang terlibat dalam suatu jenis tidak bertarak baik dalam hal makanan atau pun minuman berarti memboroskan tenaga jasmaninya dan melemahkan moralnya. Mereka akan menderita akibat pelanggaran hukum alam.27 NBS 240.10

Oleh makan terlalu banyak dan memuaskan nafsu, banyak orang yang tidak sanggup berpikir dan bekerja. Karena, moral dan rohani dilemahkan maka sifat hewani pada manusia semakin meningkat. Alangkah buruknya catatan kehidupan kebanyakan orang apabila menghadapi takhta putih yang besar. Barulah pada waktu itu mereka akan menyadari apa yang seharusnya mereka dapat lakukan sekiranya tenaga yang dikaruniakan oleh Allah itu tidak disia- siakan. Barulah akan disadari betapa tingginya kecerdasan yang seharusnya diperoleh jika tubuh dan pikiran yang dikaruniakan Allah itu diabdikan kepada-Nya. Dalam rasa sesal yang memilukan mereka ingin kalau-kalau dapat mengulangi hidupnya kembali.28 NBS 241.1

Setiap orang Kristen yang sejati akan menguasai selera dan nafsunya. Kecuali membebaskan diri dari perhambaan dan perbudakan selera, dia tidak akan dapat menjadi hamba Kristus yang sejati dan yang menurut. Pemanjaan selera dan nafsulah yang membuat kebenaran tidak berguna bagi jiwa. Mustahillah roh dan kuasa kebenaran menyucikan jiwa, tubuh, dan roh orang yang dikuasai oleh selera dan nafsunya.29 NBS 241.2

Hasil besar yang dicapai oleh Kristus dengan puasa yang lama di padang belantara haruslah mengajarkan kepada kita perlunya penyangkalan diri dan pertarakan. Hal ini kita mulai dari meja makan kita dan diteruskan dalam yang berhubungan dengan hidup. Penebus dunia turun dari surga menolong manusia dalam kelemahannya, agar dengan kekuatan yang diberikan Yesus padanya, dia beroleh kekuatan mengatasi selera dan nafsu sehingga menang di dalam segala hal.30 NBS 241.3

* (Lemak yang dimaksud ialah “lemak binatang, teristimewa yang lembut; semua yang berminyak, bergemuk,” Pujian tulisan E. G. White yang penting terhadap minyak pohon zaitun sebagai makanan yang berfaedah dan pengganti mentega dan lemak binatang lainnya, menyatakan pengenalan beliau terhadap lemak sebagai sebagian daripada makanan yang pantas dan persetujuannya dari hasil tumbuh-tumbuhan bila digunakan sebaiknya dapat digunakan dalam hal ini). NBS 241.4