Nasihat Bagi Sidang
PASAL 2. - JANGAN KAWIN DENGAN SEORANG YANG TIDAK SEIMAN
Dalam dunia Kristen ada suatu sikap acuh tak acuh yang mengherankan dan mengejutkan terhadap ajaran Sabda Allah mengenai perkawinan orang Kristen dengan orang yang tidak seiman. Banyak orang yang mengaku kasih dan takut akan Allah lebih suka mengikuti kecenderungan pikiran mereka sendiri gantinya menerima nasihat dari Yang Mahabijaksana. Dalam hal yang sangat erat sangkut-pautnya dengan kebahagiaan dan kesejahteraan kedua belah pihak untuk kehidupan di dunia ini dan kehidupan yang akan datang, akal sehat, pertimbangan, dan takut akan Allah dikesampingkan saja; dan dorongan yang buta, ketetapan hati yang degil diberi peluang untuk mengendalikan. NBS 150.1
Pria dan wanita yang dalam hal lain bijaksana dan teliti, sekarang memekakkan telinga terhadap nasihat; mereka tidak mau mendengar seruan dan bujukan sahabat-sahabat dan sanak- saudara dan hamba-hamba Allah. Pengungkapan peringatan atau amaran dianggap sebagai campur tangan yang tidak pada tempatnya, dan sahabat yang memberikan teguran dengan setia diperlakukan sebagai seorang musuh. Segala perkara inilah yang justru dikehendaki oleh Setan. Ia mempesonakan jiwa itu sampai terpikat benar-benar olehnya. Akal sehat membiarkan kekang pengendalian diri jatuh pada tengkuk hawa nafsu; hawa nafsu mempengaruhi, sampai akhirnya sang mangsa menyadari adanya suatu kehidupan yang seng-sara dan terbelenggu tetapi sudah terlambat sekali. Ini bukannya suatu gambaran yang dibuat berdasarkan khayalan, melainkan pengungkapan fakta-fakta. Persetujuan Allah bukannya diberikan kepada perkawinan yang dilarang-Nya dengan tegas. NBS 150.2
Tuhan memerintahkan kepada bangsa Israel pada zaman dulu agar mereka jangan campur kawin dengan bangsa-bangsa penyembah berhala di sekeliling mereka: “Janganlah juga engkau kawin-mengawini dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, atau pun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki.” Sebabnya diberikan juga. Yang Mahabijaksana, yang mengetahui lebih dulu akibat perkawinan itu, menegaskan: “Sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya.” NBS 150.3
Dalam Perjanjian Baru terdapat larangan yang sama tentang perkawinan orang Kristen dengan orang yang tidak takut akan Allah. Rasul Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada orang Korintus, menegaskan: “Maka seorang perempuan yang bersuami terikat selagi suaminya itu hidup; tetapi jika suami itu mati, maka bebaslah ia kawin dengan barang siapa yang diperkenankannya, asal di dalam Tuhan saja.” Sekali lagi dalam suratnya yang kedua ia menulis: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa. NBS 150.4
Umat Allah sekali-kali jangan mencoba berpijak di tempat yang terlarang. Perkawinan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya dilarang oleh Allah. Tetapi terlalu sering hati yang belum bertobat mengikuti kerinduannya sendiri, dan terjadilah perkawinan yang tidak diperkenankan Allah. Itulah sebabnya banyak pria dan wanita hidup tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Cita-cita mereka yang mulia sudah mati! Oleh rantai keadaan mereka tertangkap dalam jaring Setan. Mereka yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan dorongan hati akan menyabit panen yang pahit dalam kehidupan ini, dan jalan yang mereka tempuh mungkin mengakibatkan hilangnya jiwa mereka sendiri. NBS 151.1
Mereka yang mengaku mempunyai kebenaran memijak-mijak kehendak Allah dalam hal kawin dengan orang yang tidak seiman; mereka tidak lagi berkenan kepada-Nya dan dengan pedihnya mereka berusaha hendak bertobat. Orang yang tidak seiman itu mungkin memiliki sifat akhlak yang luar biasa, tetapi fakta bahwa ia tidak memenuhi tuntutan Allah dan telah melalaikan keselamatan sebesar itu sudah merupakan alasan yang cukup mengapa penyatuan dalam pernikahan tidak boleh dilaksanakan. Tabiat orang yang tidak seiman itu mungkin sama dengan tabiat orang muda yang kepadanya Yesus menyapa dengan perkataan, “Hanya satu perkara lagi yang kurang padamu”; dan itulah satu perkara yang diperlukan sekali. NBS 151.2
Bolehkah Dua Orang Berjalan Bersama-sama,
Jika Tiada Seorang Serta Dengan Seorang
NBS 151.3
Alasan sering diberikan bahwa orang yang tidak seiman itu suka akan agama dan memiliki segala sesuatu yang diingini dalam seorang teman hidup kecuali dalam satu perkara-ia bukannya orang Kristen. Meskipun pertimbangan lebih yang baik di pihak orang yang beriman itu mengingatkan bahwa tidaklah pantas mengadakan suatu ikatan seumur hidup dengan seorang yang tidak seiman, namun sangatlah besar kecenderungan untuk mengingkari bisikan kalbu yang benar itu. Kemunduran rohani mulai pada saat akad nikah dibuat di mezbah; semangat rohani menjadi dingin, dan pertahanan-pertahanan dirubuhkan, sampai keduanya berdiri berdampingan di bawah panji Setan yang hitam itu. Sedangkan di dalam pesta pernikahan itu roh dunia memperoleh kemenangan atas angan-angan hati, iman, dan kebenaran. Dalam rumah tangga yang baru itu jam permintaan doa tidak dihargai. Pengantin perempuan dan pengantin laki-laki telah memilih satu dengan yang lain dan melupakan Yesus. NBS 151.4
Mula-mula pasangan yang tidak seiman itu tidak menunjukkan pertentangan dalam hubungan yang baru itu; tetapi bila pokok pelajaran tentang kebenaran Kitab Suci dikemukakan untuk mendapat perhatian dan pertimbangan, perasaan timbul dengan segera: ” Engkau kawin dengan saya, dengan mengetahui bahwa keadaan saya adalah sama seperti yang sekarang ini; saya tidak mau diganggu. Mulai sekarang biarlah engkau ketahui bahwa percakapan tentang pandanganmu yang aneh harus dilarang.” Kalau pasangan yang beriman itu menunjukkan ke- sungguh-sungguhan mengenai imannya, ada kemungkinan sikap itu tampaknya merupakan kurang keramah-tamahan terhadap teman hidup yang tidak mempunyai minat dalam pengalaman Kristen. NBS 151.5
Pihak yang beriman memberikan alasan bahwa dalam hubungannya yang baru ini ia harus menyerah sedikit kepada teman hidup yang menjadi pilihannya. Kepelesiran duniawi disokong dan dibenarkannya. Pada mulanya ia merasa enggan sekali melakukan hal ini, tetapi minat pada kebenaran kian berkurang dan iman diganti dengan kebimbangan dan kurang percaya. Tidak seorang pun menyangka bahwa orang yang tadinya teguh imannya dan sangat cermat serta menjadi-pengikut Kristus yang setia dapat menjadi seorang yang ragu-ragu, dan berpendirian yang tidak tetap seperti keadaannya sekarang. Alangkah hebatnya perubahan yang disebabkan oleh perkawinan yang tidak bijaksana itu! NBS 151.6
Membentuk suatu persekutuan duniawi adalah suatu perkara yang berbahaya. Setan mengetahui benar bahwa saat yang menyaksikan perkawinan banyak pemuda dan pemudi mengakhiri sejarah pengalaman rohani dan kegunaan mereka. Mereka sudah kehilangan Kristus. Mungkin untuk sementara mereka berusaha hidup sebagai orang Kristen, tetapi segala usaha mereka diadakan terhadap pengaruh yang tetap pada jurusan yang bertentangan. Sekali ada kesempatan dan kesukaan bagi mereka berbicara tentang iman dan pengharapan mereka; tetapi mereka tidak mau menyebut pokok pembicaraan itu, karena mengetahui bahwa teman hidup yang sudah dihubungkan dengan nasib mereka tidak menaruh minat di dalamnya. Sebagai akibatnya iman pada kebenaran yang berharga itu hilanglah dari hati, dan Setan dengan tipu muslihatnya menjalin di sekeliling mereka suatu jaring sikap tidak percaya. “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga.” Tetapi alangkah anehnya pemandangan itu! Sementara salah seorang dari mereka yang sudah disatukan dalam pernikahan sedang asyik berbakti, yang lain hanya bersikap acuh tak acuh dan kurang peduli; sementara seorang sedang mencari jalan kehidupan kekal, yang lainnya berada di jalan lebar yang menuju kepada maut. NBS 151.7
Beratus-ratus orang sudah mengorbankan Kristus dan surga sebagai akibat menikah dengan orang-orang yang belum bertobat. Mungkinkah kasih dan persekutuan Kristus sangat kecil nilainya bagi mereka sehingga mereka lebih menyukai persahabatan dengan makhluk-makhluk fana yang malang? Apakah surga itu kurang dihargai sehingga mereka mau kehilangan kenikmatannya dan menggantikannya dengan seorang yang tidak mengasihi Juruselamat yang indah itu? NBS 152.1