Membina Pendidikan Sejati
Suatu Pelajaran dalam Kasih
Yesus menegur murid-murid-Nya, Ia memberi amaran dan mem-peringatkan mereka; tetapi Yohanes dan Petrus serta saudara-saudaranya tidak meninggalkan Dia. Walaupun diberi teguran-teguran keras, mereka memilih untuk bersama Yesus. Dan Juruselamat oleh sebab kesalahan mereka, tidak mengundurkan diri dari mereka. Ia mengambil manusia sebagaimana adanya, dengan semua kesalahan dan keku- rangan mereka, lalu mendidik mereka untuk pekerjaan-Nya, jika mereka mau didisiplin dan diajar oleh-Nya. MPS 81.5
Tetapi ada seorang di antara yang dua belas itu kepada siapa, sampai saat-saat terakhir penutupan pekerjaan-Nya, Kristus tidak mengucapkan perkataan teguran langsung. MPS 82.1
Dengan Yudas suatu unsur pertentangan diperkenalkan di antara murid-murid itu. Ketika menggabungkan dirinya dengan Yesus, ia menyambut penarikan tabiat dan kehidupan-Nya. Ia benar-benar merindukan suatu perubahan dalam dirinya, dan berharap untuk mengalami hal ini melalui persatuan dengan Yesus. Tetapi kerinduan ini tidak lebih menguasai. Apa yang menguasainya ialah harapan memperoleh keuntungan diri sendiri dalam kerajaan dunia yang diha-rapkannya Kristus akan dirikan. Walaupun mengakui kuasa ilahi kasih Kristus, Yudas, tidak pasrah pada keunggulan kuasa itu. Ia terus saja memelihara pertimbangan dan pendapat-pendapatnya sendiri, wataknya untuk mengeritik dan mempersalahkan. Motif dan gerak-gerik Kristus, yang sering begitu jauh di atas pengertiannya, menimbulkan kebimbangan dan rasa tidak setuju, dan persoalan-persoalan serta ambisinya sendiri ditanamkan pada murid-murid itu. Banyak dari persaingan mereka demi keunggulan, banyak dari rasa tidak puas mereka terhadap metode-metode Kristus, berasal dari Yudas. MPS 82.2
Yesus, melihat bahwa memusuhi hanya akan memperkeras hati, menahan diri dari pertikaian langsung. Sifat mementingkan diri kehidupan Yudas yang sempit, Kristus berusaha sembuhkan melalui hubungan kasih pengorbanan diri-Nya sendiri. Dalam pengajaranNya, Ia mengungkapkan prinsip-prinsip yang kena pada akar ambisi murid-murid yang berpusat pada diri sendiri. Pelajaran demi pelajaran diberikan sedemikian rupa, dan banyak kali Yudas menyadari bahwa tabiatnya yang digambarkan, dan dosanya yang ditunjukkan; tetapi ia tidak mau menyerahkan diri. MPS 82.3
Permohonan rahmat ditolak, dorongan jahat membawa goyangan terakhir. Yudas, marah karena teguran halus dan menjadi putus asa oleh kekecewaan terhadap impiannya yang ambisius, menyerahkan jiwanya kepada Iblis keserakahan lalu mengambil keputusan untuk mengkhianati Tuhannya. Dari ruang Perjamuan, sukacita kehadiran Kristus, dan terang pengharapan abadi, ia pergi untuk melakukan pekerjaannya yang jahat—ke dalam kegelapan di luar, di mana tidak ada pengharapan. MPS 82.4
“...Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia” (Yohanes 6:64). Namun, walau pun mengetahui semuanya, tidak pernah Ia menahan permohonan meminta rakhmat atau pemberian kasih. MPS 83.1
Melihat bahaya Yudas, Ia membawanya dekat pada diri-Nya sendiri, di tengah-tengah lingkaran murid-murid yang dipilih dan dipercayai-Nya itu. Hari demi hari, ketika beban paling berat berada di atas hati-Nya sendiri, Ia menanggung rasa sakit karena terus menerus berhubungan dengan roh yang keras kepala, penuh syakwasangka yang menyedihkan; Ia menyaksikan dan bekerja untuk melenyapkan permusuhan sembunyi-sembunyi dan tidak kentara yang terus menerus berlangsung di antara murid-murid-Nya. Dan ini semua dilakukan supaya tidak mungkin ada pengaruh yang kurang untuk kese-lamatan, bagi jiwa yang ditimpa bahaya itu! MPS 83.2
“Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya,...”
“...Karena cinta kuat seperti maut...” (Kidung Agung 8:7,6).
MPS 83.3
Sejauh yang menyangkut diri Yudas sendiri pekerjaan kasih Kristus bukan tanpa faedah. Tetapi tidak demikian dengan anggapan sesamanya murid. Bagi mereka itu merupakan suatu pelajaran tentang pengaruh seumur hidup. Contoh kelemahlembutan dan panjang sabar senantiasa akan membentuk pergaulan mereka dengan orang yang ditimpa pencobaan dan bersalah. Dan hal itu mengandung pelajaranpelajaran lain. Pada pengurapan yang dua belas murid-murid itu sangat menginginkan supaya Yudas menjadi salah satu dari antara mereka, dan mereka memperhitungkan penggabungannya merupakan suatu hal yang banyak menjanjikan pada rombongan kerasulan. Ia lebih banyak berhubungan dengan dunia daripada dengan mereka, ia adalah seorang yang terpandang, memiliki pandangan dan kemampuan memimpin dan mempunyai penilaian tinggi terhadap kecakapannya sendiri, ia telah memimpin murid-murid itu untuk memegangnya dengan penghormatan yang sama. Tetapi metode-metode yang ingin diterapkan dalam pekerjaan Kristus didasarkan atas prinsip-prinsip duniawi, dan dikendalikan oleh kebijakan duniawi. Mereka mengharapkan untuk memperoleh pengakuan dan kehormatan duniawi— sampai memperoleh kerajaan dunia ini. Penerapan daripada ke- inginan-keinginan itu dalam kehidupan Yudas, menolong murid-murid itu untuk memahami pertentangan antara prinsip membesarkan diri, dan prinsip kerendahan hati dan pengorbanan diri Kristus—prinsip kerajaan rohani. Pada nasib Yudas mereka melihat akhir dari kecenderungan melayani diri sendiri. MPS 83.4
Untuk murid-murid ini tugas Kristus akhirnya mencapai maksudnya. Sedikit demi sedikit teladan dan pelajaran-pelajaran-Nya mengenai pengorbanan diri membentuk tabiat mereka. Kematian-Nya menghancurkan pengharapan mereka akan kebesaran dunia. Kejatuhan Petrus, kemurtadan Yudas, kegagalan mereka sendiri ketika meninggalkan Kristus dalam penderitaan dan kesengsaraan-Nya, melenyapkan sifat mereka yang mementingkan diri. Mereka melihat kele-mahan mereka sendiri; mereka melihat sesuatu tentang kebesaran pekerjaan yang diserahkan pada mereka; mereka merasakan keperluan bimbingan Tuhan mereka pada setiap langkah. MPS 84.1
Mereka tahu bahwa kehadiran pribadi-Nya tidak lagi akan menyertai mereka, dan mereka mengetahui, seperti yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya, nilai kesempatan-kesempatan menjadi milik mereka dapat berjalan dan berbicara dengan utusan Allah. Banyak pelajaran-Nya, ketika diucapkan, tidak mereka hargai atau pahami; sekarang mereka rindu mengingat kembali pelajaran-pelajaran ini, mendengarkan kembali kata-kata-Nya. Sekarang betapa menyenangkan jaminan-Nya datang kembali pada mereka: MPS 84.2
“...Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” “...Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku,” dan “...Penghibur ...yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 16:7; 15:15; 14:26). MPS 84.3
“Segala sesuatu yang Bapa punya adalah Aku punya,...” “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.... Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya daripada-Ku” (Yohanes 16:15; 13; 14). MPS 84.4
Murid-murid itu telah melihat Kristus naik dari tengah mereka di Bukit Zaitun. Dan ketika surga menerima Dia, datang kembali pada mereka janji perpisahan-Nya, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 18:20). MPS 84.5
Mereka tahu bahwa simpati-Nya tetap menyertai mereka. Mereka tahu bahwa mereka mempunyai seorang wakil, seorang pembela, di takhta Allah. Dalam nama Yesus mereka mempersembahkan permohonan mereka, mengulangi janji-Nya, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.” (Yohanes 16:23). MPS 85.1
Semakin lama semakin tinggi mereka mengedangkan tangan iman, dengan alasan yang dahsyat, “Kristus Yesus yang telah mati, bahkan lebih lagi yang telah bangkit yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita” (Roma 8:34). MPS 85.2
Setia dengan janji-Nya, Oknum ilahi itu, yang ditinggikan di istana surga, mengenakan kesempurnaan-Nya kepada para pengikut-Nya di bumi. Kedudukan-Nya di sebelah kanan Allah ditandai dengan pencurahan Roh ke atas murid-murid-Nya. MPS 85.3
Dengan pekerjaan Kristus, murid-murid ini telah dipimpin untuk merasakan keperluan mereka akan Roh itu; di bawah pengajaran Roh itu mereka menerima persiapan mereka yang terakhir lalu mereka pergi melaksanakan pekerjaan seumur hidup mereka. MPS 85.4
Mereka bukan lagi orang bodoh, dan tak berbudaya. Mereka tidak lagi merupakan suatu kumpulan yang berdiri sendiri-sendiri, atau terdiri atas unsur-unsur yang penuh pertikaian dan pertentangan. Pengharapan mereka tidak lagi tertuju pada kebesaran duniawi. Mereka sudah “sehati,” satu pikiran dan satu jiwa. Kristus memenuhi pikiran mereka. Kemajuan kerajaan-Nya adalah tujuan mereka. Dalam pikiran dan tabiat, mereka telah menjadi serupa dengan Tuhan mereka dan orang “mengenal mereka... sebagai pengikut Yesus” (Kisah 4:13). MPS 85.5
Kemudian terjadilah penyataan kemuliaan Kristus yang belum pemah disaksikan oleh manusia fana. Orang banyak yang pernah mengejek nama-Nya dan meremehkan kuasa-Nya mengakui mereka sendiri sebagai murid-murid Orang yang di salibkan itu. Melalui kerja sama Roh ilahi para pekerja yang terdiri atas orang-orang sederhana yang dipilih Kristus itu menggoncangkan dunia. Kepada setiap bangsa di bawah kolong langit injil itu dibawa dalam satu generasi. MPS 85.6
Roh yang sama sebagai pengganti-Nya dikirimkan untuk menjadi pengajar teman-teman sekerja-Nya yang pertama, Kristus tugaskan untuk menjadi pengajar teman-teman sekerja-Nya sekarang. “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20), adalah janji-Nya. MPS 85.7
Adanya bimbingan yang sama dalam pekerjaan pendidikan sekarang akan memberikan hasil-hasil yang sama seperti dulu kala. Inilah tujuan pendidikan yang benar; inilah pekerjaan yang direncanakan Allah untuk dilaksanakan. MPS 86.1