Membina Pendidikan Sejati
Pasal 34—Disiplin
Mendidik, menegur, mendorong, jadi panjang sabar.
Salah satu dari pelajaran pertama yang perlu dipelajari oleh seorang anak ialah pelajaran mengenai penurutan. Sebelum ia cukup dewasa untuk berpikir, ia perlu diajar untuk menurut. Kebiasaan itu harus dibangun dengan usaha yang lembut dan tekun. Dengan demikian, dapat mencegah pertentangan-pertentangan yang mungkin terjadi di kemudian hari antara kemauan dan kekuasaan yang banyak sekali me-nyebabkan terciptanya kerenggangan hu-bungan dan kepahitan terhadap para orangtua dan guru, dan terlalu sering me-nolak semua kekuasaan, manusia mau pun ilahi. MPS 269.1
Tujuan disiplin ialah mendidik anak untuk dapat mengatur diri sendiri. Ia harus diajar percaya diri sendiri dan pengendalian diri. Itulah sebabnya segera setelah ia sanggup mengerti, pertimbangan sehat harus dijajarkan di samping penurutan. Biarlah segala sesuatu yang berkaitan dengan dia dilakukan sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa penurutan adalah adil dan masuk akal. Tolonglah ia untuk mengerti bahwa segala sesuatu berada di bawah hukum, dan bahwa ketidakmenurutan menuntun, pada akhirnya, kepada malapetaka dan penderitaan. Bilamana Allah berfirman “Jangan kamu,” di dalam kasih Ia mengamarkan kepada kita tentang akibat-akibat ketidakmenurutan, agar kita terhindar dari bahaya dan kerugian. MPS 269.2
Tolonglah anak untuk melihat bahwa para orangtua dan guru adalah wakil-wakil Allah, dan bahwa sementara mereka bertindak selaras dengan Dia, maka peraturan-peraturan mereka di rumah dan di sekolah juga adalah peraturan-Nya. Sebagaimana anak itu harus menunjukkan penurutan kepada para orangtua dan guru, begitu juga mereka seharusnya menunjukkan penurutan kepada Allah. MPS 270.1
Untuk mengarahkan perkembangan anak tanpa menghalanginya dengan pengawasan yang tidak pada tempatnya haruslah menjadi pelajaran bagi orangtua maupun guru. Terlalu banyak mengatur sama buruknya dengan terlalu sedikit. Usaha untuk “menghancurkan kemauan” seorang anak merupakan suatu kesalahan yang mengerikan. Pikiran tersusun secara berbeda-beda; sedangkan kekerasan akan mengakibatkan sikap merasa takut secara luar, akibatnya terhadap banyak anak-anak ialah lebih tertanam tekad pemberontakan dalam hati. Walaupun orangtua atau guru berhasil menjalankan pengawasan yang dikehendakinya, hasilnya tidak kurang berbahaya bagi sang anak. Disiplin terhadap manusia yang telah mencapai usia kecerdasan harus berbeda dengan mendidik seekor hewan yang dungu. Hewan diajar hanyalah untuk tunduk kepada tuannya. Bagi hewan, tuannya adalah pikirannya, pertimbangannya dan kemauannya. Metode ini, kadangkadang diterapkan dalam mendidik anak-anak, sehingga membuat mereka sedikit lebih dari mesin otomatis. Pikiran, kemauan, dan hati nurani berada di bawah pengendalian orang lain. Bukanlah rencana Allah untuk menguasai pikiran seperti itu. Mereka yang melemahkan atau me-rusak kepribadian memikul tanggung jawab yang hanya mengakibatkan kejahatan. Sementara berada di bawah kekuasaan, anak-anak boleh jadi kelihatan seperti serdadu-serdadu yang terlatih baik; tetapi bilamana pengendalian dihentikan, maka tabiat akan didapati kurang kekuatan dan ketabahan. Karena tidak pernah belajar mengatur diri sendiri, maka orang-orang muda tidak mengetahui pembatasan kecuali tuntutan para orangtua dan guru. Dalam keadaan ini, ia tidak mengetahui bagaimana menggunakan kebebasannya, dan sering membawanya kepada penyalahgunaan, yang menyebabkan kehancurannya. MPS 270.2
Oleh sebab menyerahkan kemauan jauh lebih sulit bagi beberapa murid daripada yang lain-lain, maka guru harus membuat penurutan kepada tuntutan-tuntutannya agar dibuat semudah mungkin. Kemauan harus dibimbing atau dibentuk, tetapi bukan dihilangkan atau dihancurkan. Simpanlah kekuatan kemauan itu; ia akan dibutuhkan dalam peperangan hidup. MPS 271.1
Setiap anak harus mengerti akan kekuatan yang sebenarnya dari kemauan. Ia harus dituntun untuk mengerti betapa besarnya tanggung jawab yang terkandung dalam karunia ini. Kemauan adalah kuasa yang memerintah dalam sifat alamiah manusia, kuasa untuk mengambil keputuskan, atau memilih. Setiap manusia yang memiliki pertimbangan mempunyai kuasa untuk memilih yang benar. Dalam setiap pengalaman hidup, firman Allah bagi kita ialah, “...Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah...” (Yosua 24:15). Setiap orang yang menempatkan kemauannya di samping kemauan Allah, dapat memilih untuk mengikut Dia, dan dengan demikian menghubungkan dirinya dengan agen-agen ilahi, dan ia dapat berdiri di mana tidak ada sesuatu yang dapat memaksanya untuk berbuat kejahatan. Pada setiap orang muda, setiap anak, terletak kuasa yang dengan pertolongan Allah, dapat membentuk tabiat yang jujur dan menghidupkan suatu kehidupan yang berguna. MPS 271.2
Orangtua atau guru yang oleh petunjuk ini mendidik anak untuk mengendalikan diri akan sangat berguna dan berhasil secara tetap. Bagi pengamat yang tidak mendalam pekerjaannya mungkin tidak tampak memberikan keuntungan yang terbesar; mungkin tidak begitu tinggi dihargai seperti orang yang mengendalikan pikiran dan kemauan anak di bawah kekuasaan mutlak; tetapi setelah bertahun-tahun akan menunjukkan hasil metode pendidikan yang lebih baik. MPS 271.3
Pendidik yang bijaksana, dalam menangani murid-muridnya, akan berusaha membangkitkan keyakinan dan memperkuat rasa kehormatan. Anak-anak dan orang muda akan beruntung oleh karena dipercayai. Banyak orang, bahkan anak-anak kecil, mempunyai rasa kehormatan; segala keinginan akan diperlakukan dengan keyakinan dan hormat, dan ini adalah hak mereka. Mereka tidak boleh dituntun sampai merasa bahwa mereka tidak boleh pergi ke luar atau masuk tanpa diperhatikan. Kesangsian menghilangkan semangat, yang mengakibatkan kejahatan yang seharusnya dicegah. Gantinya memperhatikan terus menerus, seolah-olah mencurigai yang jahat, para guru yang berhubungan dengan murid-murid mereka akan mengerti pekerjaan pikiran anak-anak yang tidak bisa diam, dan akan menetapkan pengaruh yang akan melawan kejahatan. Tuntunlah orang-orang muda untuk merasa bahwa mereka dipercaya, dan hanya sedikit yang tidak akan berusaha membuktikan diri mereka layak untuk dipercayai. MPS 271.4
Dengan prinsip yang sama adalah lebih baik memohon daripada memerintahkan; orang yang diperlakukan demikian mendapat kesempatan untuk membuktikan dirinya sendiri setia kepada prinsip-prinsip yang benar. Penurutannya adalah hasil pilihan, bukan keharusan. MPS 272.1
Peraturan yang mengatur sekolah harus, sejauh mungkin, mewakili suara sekolah. Setiap prinsip yang tercakup di dalamnya harus disampaikan kepada murid supaya ia yakin akan keadilannya. Dengan demikian ia akan merasa bertanggung jawab untuk melihat bahwa peraturan yang ia sendiri ikut membuatnya harus ditaati. MPS 272.2
Peraturan-peraturan harus sedikit, dan dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya; dan bilamna sekali sudah diadakan, harus dijalankan. Apa pun yang alasannya tidak mungkin diubah, pikiran belajar untuk menyadari dan menyesuaikan diri kepadanya; tetapi kemungkinan penyalahgunaan menyebabkan keinginan, pengharapan, dan ketidakpastian, dan akibatnya ialah kegelisahan, mudah tersinggung dan pembangkangan. MPS 272.3
Haruslah dijelaskan sebaik-baiknya bahwa pemerintahan Allah tidak mengenal kompromi dengan kejahatan. Baik di rumah mau pun di sekolah ketidakpatuhan tidak boleh dibiarkan. Tidak ada orangtua atau guru yang di dalam hatinya melekat kesejahteraan anak-anak asuhannya, akan berkompromi dengan yang keras kepala menuruti kehendak hatinya sendiri, yang melawan kekuasaan atau berdalih atau pun mengelak untuk melepaskan diri dari penurutan. Bukan kasih melainkan gaya perasaan yang meremehkan perbuatan salah, berusaha dengan membujuk atau menyogok untuk memperoleh persetujuan, dan akhirnya menerima pengganti hal yang diharuskan. MPS 272.4
“Orang bodoh kelak mencahari dalih-dalih akan salahnya...” (Amsal 14:9, TL). Kita harus berhati-hati memperlakukan dosa sebagai hal yang ringan. Kengerian menguasai orang yang berbuat salah. “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri” (Amsal 5:22). Kesalahan terbesar yang dilakukan terhadap seorang anak atau orang muda ialah membiarkannya terikat dalam perhambaan kebiasaan jahat. MPS 273.1
Orang-orang muda mempunyai kesukaan akan kemerdekaan yang dibawa sejak lahir; mereka menginginkan kebebasan; dan mereka perlu mengerti bahwa berkat-berkat yang tidak terkira ini dapat dinikmati hanya dengan penurutan kepada hukum Allah. Hukum ini adalah pelindung kemerdekaan dan kebebasan yang sejati. Ia menunjukkan dan melarang perkara-perkara yang memerosotkan atau memperbudak, sehingga dengan demikian ia memberikan perlindungan dari kuasa kejahatan kepada yang menurut. MPS 273.2
Pemazmur mengatakan, “Aku hendak berjalan dalam kemerdekaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu (Mazmur. 119.45, NIV) ...Peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku” (Mazmur. 119: 24). MPS 273.3
Dalam usaha kita untuk memperbaiki kejahatan, kita harus waspada terhadap kecenderungan mencari-cari kesalahan atau mengecam. Kecaman yang terus menerus akan membingungkan, dan tidak membaharui. Kepada banyak pikiran, dan sering mereka yang sangat peka, suasana kritikan yang tidak simpatik sangat fatal terhadap usaha perbaikan. Bunga-bunga tidak akan mekar di bawah hembusan angin yang membinasakan. MPS 273.4
Seorang anak yang sering dikecam karena beberapa kesalahan khusus, dapat menganggap kesalahan sebagai kekhasannya, sesuatu yang sia-sia untuk melawannya. Dengan demikian terciptalah tawar hati dan putus asa, yang sering tersembunyi di bawah suatu penampilan acuh tak acuh atau besar mulut. MPS 273.5
Tujuan perbaikan yang benar dicapai hanya apabila si pembuat kesalahan itu sendiri dipimpin untuk melihat kesalahannya, dan kemauannya diperlukan untuk memperbaikinya. Bilamana hal ini didapatkan, arahkanlah dia kepada sumber pengampunan dan kuasa. Usahakan melindungi harga dirinya, dan ilhamilah dia dengan keberanian dan pengharapan. MPS 273.6
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling menyenangkan dan paling sulit yang pernah diserahkan kepada manusia. Ini menuntut kebijaksanaan yang tinggi, kepekaan yang paling halus, pengetahuan akan sifat alamiah manusia, dan iman dan kesabaran yang berasal dari surga, yang mau bekerja dan memperhatikan serta menunggu. Inilah pekerjaan yang tidak ada lagi yang lebih penting dari padanya. MPS 273.7
Mereka yang ingin mengendalikan orang lain harus terlebih dulu mengendalikan dirinya sendiri. Memperlakukan seorang anak atau orang muda dengan bernafsu hanyalah akan membangkitkan kebencian. Apabila orangtua atau guru menjadi tidak sabar dan dalam bahaya berbicara dengan tidak bijaksana, biarlah ia tinggal diam. Ada kuasa ajaib dalam berdiam diri. MPS 274.1
Guru harus mengharapkan akan menghadapi anak-anak yang suka melawan dan keras kepala. Tetapi dalam menghadapi mereka ia tidak boleh melupakan bahwa iapun pernah menjadi seorang anak, yang memerlukan disiplin. Bahkan sekarang pun, dengan segala kelebihan dari segi umur, pendidikan, pengalaman, ia sering salah, dan memerlukan rakhmat dan ketabahan. Dalam mendidik orang-orang muda ia harus mempertimbangkan bahwa ia sedang menghadapi orang-orang yang mempunyai kecenderungan yang sama dengan kecenderungannya. Mereka harus mempelajari segala sesuatu, dan bagi beberapa orang lebih sulit belajar daripada orang lain. Terhadap murid yang bodoh ia harus berlaku sabar, jangan mengecam kebodohannya, tetapi menggunakan setiap kesempatan untuk memberinya dorongan. Murid-murid yang peka dan gugup, harus dihadapi dengan sangat lemah-lembut. Rasa ketidaksempurnaannya harus senantiasa menuntunnya untuk menyatakan simpati dan kesabaran terhadap mereka yang juga sedang bergumul dengan susah payah. MPS 274.2
Peraturan Juruselamat,—“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Lukas 6:31)—harus menjadi peraturan bagi semua orang yang bertanggung jawab mendidik anak-anak dan orang-orang muda. Mereka adalah anggota keluarga Allah yang masih muda, ahli waris anugerah kehidupan bersama-sama dengan kita. Peraturan Kristus harus dipelihara suci terhadap yang paling bodoh, yang paling muda, yang paling suka berbuat salah, dan bahkan sampai kepada yang selalu berbuat salah dan suka memberontak. MPS 274.3
Peraturan ini akan menuntun guru untuk menghindarkan, sejauh mungkin, tersebarnya kepada umum kelalaian atau kesalahan seorang murid. Ia harus berusaha menghindarkan memberi teguran atau hukuman di hadapan anak-anak yang lain. Ia tidak akan mengeluarkan seorang anak sampai segala usaha telah dijalankan untuk pembaruannya. Tetapi apabila ternyata bahwa murid itu tidak menerima manfaat untuk dirinya sendiri, sedangkan penolakannya atau sikapnya yang tidak menghormati penguasa cenderung menjatuhkan pemerintahan sekolah, dan pengaruhnya mencemari orang-orang lain, maka ia perlu dikeluarkan. Namun pengusiran di muka umum yang memalukan akan menuntun kepada kenekatan dan kehancuran. Dalam banyak kasus bilamana pengusiran tidak dapat dielakkan lagi, maka hal itu tidak boleh dilakukan di muka umum. Dengan berkonsultasi dan bekerja sama dengan orangtua, biarlah guru mengatur cara mengeluarkan murid itu tanpa diketahui orang banyak. MPS 274.4
Pada masa yang penuh dengan bahaya bagi orang-orang muda ini, pencobaan mengelilingi mereka dari segala jurusan; dan oleh karena mudah sekali untuk hanyut, maka usaha yang paling keras diperlukan agar dapat melawan arus itu. Tiap-tiap sekolah harus menjadi “kota perlindungan” bagi orang muda yang terkena coba, suatu tempat di mana kebodohan mereka harus ditangani dengan kesabaran dan kebijaksanaan. Para guru yang mengerti tanggung jawab mereka akan menjauhkan dari hati dan kehidupan mereka segala perkara yang menghalangi mereka, dari menangani dengan berhasil orang-orang yang keras kepala dan tidak taat. Kasih dan kelemahlembutan, kesabaran dan pengendalian diri, pada setiap saat harus menjadi hukum pembicaraan mereka. Belas kasihan dan kesabaran akan dipadu dengan keadilan. Bilamana perlu memberikan teguran, perkataannya jangan berlebih-lebihan, melainkan dengan kerendahan. Dengan kelemahlembutan mereka akan memaparkan di hadapan orang yang bersalah kesalahannya, dan menolongnya untuk memperbaiki dirinya sendiri. Setiap guru yang benar akan merasa bahwa sekiranya ia melakukan kesalahan, maka adalah lebih baik bersalah di pihak belas kasihan daripada bersalah di pihak kekerasan. MPS 275.1
Banyak orang muda yang dianggap tidak dapat lagi diperbaiki, dalam hatinya tidak sekeras penampilan luarnya. Banyak yang dianggap sebagai tidak ada harapan dapat diperbaiki dengan disiplin yang bijaksana. Mereka sering adalah anak-anak yang dengan mudah dileburkan oleh perlakuan yang ramah. Biarlah guru memperoleh keyakinan orang yang bersalah, dan oleh mengenali dan memperkembangkan hal yang baik dalam tabiatnya, ia dapat dalam banyak kasus, memperbaiki kejahatan tanpa mengundang perhatian terhadap hal itu. MPS 275.2
Guru ilahi itu menanggung segala kejahatan orang yang bersalah. Kasih-Nya tidak menjadi dingin; usaha-Nya untuk memenangkan mereka tidak berhenti. Dengan tangan yang terulur Ia menunggu menyambut berulang-ulang orang yang bersalah, yang memberontak, dan bahkan yang murtad. Hati-Nya tergugah dengan ketidakberdayaan anak kecil yang menjadi sasaran kekasaran. Jerit tangis penderitaan manusia tidak pernah tiba di telinga-Nya dengan sia-sia. Walaupun semua berharga dalam pemandangan-Nya, yang kasar, yang cemberut, orang-orang yang keras kepala menarik lebih banyak simpati dan kasih-Nya; karena Ia menelusuri dari sebab sampai akibatnya. Orang yang paling mudah tergoda, dan yang paling cenderung berbuat kesalahan, adalah sasaran utama perhatian-Nya. MPS 276.1
Setiap orangtua dan setiap guru harus menyenangi sifat-sifat-Nya yang menjadikan orang-orang tertindas, yang menderita, dan yang tergoba menjadi milik-Nya sendiri. Ia harus menjadi orang yang dapat “...mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan” (Ibrani 5:2). Yesus memperlakukan kita jauh lebih baik daripada yang pantas kita terima; dan sebagaimana Ia telah memperlakukan kita demikianlah juga kita memperlakukan orang lain. Jalan yang tidak dibenarkan oleh orangtua atau guru jika sekiranya itu berbeda dengan keadaan yang biasa, itulah yang akan dikejar oleh Kristus. MPS 276.2
Di luar disiplin rumah tangga dan sekolah, semua orang harus menemui disiplin hidup yang keras. Bagaimana menghadapi hal ini dengan bijaksana merupakan satu pelajaran yang harus dijelaskan kepada tiap-tiap anak dan orang-orang muda. Memang benar bahwa Allah mengasihi kita, bahwa Ia bekerja demi kebahagiaan kita, dan bahwa jikalau hukum-Nya selalu ditaati, kita tidak pernah mengenal penderitaan; dan tidak kurang benarnya, bahwa di dunia ini, sebagai akibat dosa, penderitaan, kesusahan, beban hidup, menimpa hidup setiap orang. Kita dapat membuat anak-anak dan orang muda menjadi baik seumur hidupnya dengan mengajar mereka untuk menghadapi kesusahan-kesusahan dan beban ini dengan gagah berani. Sementara kita harus menunjukkan simpati kepada mereka, janganlah hal itu sampai memupuk perasaan kasihan kepada diri sendiri. Apa yang mereka butuhkan ialah yang merangsang dan menguatkan, bukan yang melemahkan. MPS 276.3
Mereka harus diajar bahwa dunia ini bukanlah lapangan pawai, tetapi suatu medan pertempuran. Semua dipanggil untuk menanggung kesukaran, sebagai serdadu yang baik. Mereka harus menjadi kuat dan perkasa seperti laki-laki. Biarlah mereka diajar bahwa ujian tabiat yang benar terdapat dalam kerelaan memikul beban, menempati tempat yang sukar, melaksanakan pekerjaan yang perlu diselesaikan, walau pun hal itu tidak akan membawa upah atau pengakuan dunia. MPS 277.1
Cara yang benar menghadapi kesukaran bukan dengan berusaha melarikan diri dari padanya, tetapi dengan mengubahnya. Ini berlaku kepada semua disiplin, baik yang terdahulu maupun yang terakhir. Kelalaian mendidik anak pada saat permulaan, dan seterusnya, memperkuat kecenderungan-kecenderungan yang salah, membuat masa sesudah pendidikannya menjadi lebih sulit, dan menyebabkan tindakan disiplin terlalu sering menjadi proses yang menyakitkan. Yang menyakitkan itu haruslah sifat yang lebih rendah, yang menyeberangi, sebagaimana adanya, keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan alami; tetapi rasa sakit dapat dihilangkan oleh kesukaan yang lebihbesar. MPS 277.2
Biarlah setiap anak dan orang muda diajar bahwa setiap kesalahan, setiap kekeliruan, setiap kesulitan, kekalahan, menjadi batu loncatan kepada perkara-perkara yang lebih baik dan lebih tinggi. Melalui pengalaman-pengalaman yang demikianlah semua orang yang pernah membuat hidup itu berharga, telah mencapai keberhasilan. MPS 277.3
“Ketinggian yang dicapai dan dipegang oleh orang-orang besar Tidak dicapai dengan sekali terbang,
Tetapi mereka, sementara teman-temannya tidur pulas,
Bekerja keras di waktu malam.”
MPS 277.4
“Kita naik oleh benda-benda yang ada di bawah kaki kita;
Dengan apa yang telah kita kuasai dengan baik dan capai;
Dengan kesombongan yang dibuang dan nafsu yang dimatikan,
Dengan menaklukkan penyakit yang setiap saat kita temukan.”
MPS 277.5
“Segala perkara yang lumrah, peristiwa sehari-hari,
Yang mulai dan berakhir setiap saat,
Kesenangan-kesenangan kita dan ketidakpuasan kita,
Ada di sekeliling yang olehnya kita dapat naik.”
MPS 277.6
Kita harus “tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal” (2 Korintus 4:18). Perubahan yang kita buat dalam penyangkalan keinginan-keinginan yang mementingkan diri sendiri dan kecenderungan-kecenderungan adalah suatu perubahan dari ketidakberhargaan dan peralihan untuk harga yang mahal dan tahan lama. Ini bukan pengorbanan tetapi hasil yang kekal. MPS 277.7
“Sesuatu yang lebih baik” adalah kata pengawal pendidikan, undang-undang seluruh kehidupan yang sejati. Apa pun yang Kristus minta kita tinggalkan, Ia menawarkan penggantinya sesuatu yang lebih baik. Sering orang-orang muda menyukai benda-benda, mengejar sesuatu, dan kepelesiran yang kelihatannya tidak jahat, tetapi semua itu tidak membawa kebaikan. Mereka menyelewengkan kehidupan dari cita-citanya yang paling mulia. Tindakan sewenang-wenang atau mencela secara langsung, tidak akan berhasil dalam memimpin orangorang muda untuk melepaskan apa yang mereka sayangi. Biarlah mereka diarahkan kepada sesuatu yang lebih baik daripada pertunjukan, ambisi, atau pemanjaan diri. Bawalah mereka berhubungan dengan keindahan yang lebih benar, dengan prinsip yang lebih tinggi, dan dengan kehidupan yang lebih mulia. Pimpinlah mereka memandang Dia “yang semuanya indah.” Bilamana sekali pandangan diarahkan kepada-Nya, maka, hidup itu akan menemukan pusatnya. Antusiasme, pengabdian kemurahan hati, hasrat yang bergairah dari orang-orang muda, menemukan sasarannya yang sejati di sini. Tugas dan kewajiban menjadi suatu kesenangan, dan pengorbanan menjadi suatu kegembiraan. Untuk menghormati Kristus, untuk menjadi serupa dengan Dia, bekerja bagi Dia, adalah cita-cita kehidupan yang tertinggi dan kesukaannya yang terbesar. MPS 278.1
“...Kasih Kristus yang menguasai...” (2 Korintus 5:14). MPS 278.2