Membina Anak yang Bertanggung Jawab
PASAL 48— Reaksi Anak
Terhadap Tindakan yang Menggusarkan. Anak-anak dinasihati agar menurut orangtua mereka di dalam Tuhan, tetapi orangtua juga diperintahkan agar, “Jangan menyakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” 1 MABJ 297.1
Sering kita bertindak lebih menimbulkan kegusaran daripada memenangkan. Saya pernah melihat seorang ibu merebut dari tangan anaknya sesuatu yang memberikan kepadanya kesukaan yang istime-wa. Anak itu tidak mengetahui apa sebab-nya, dan dengan sendirinya ia merasa diperlakukan dengan tidak sepatutnya. Kemudian terjadi pertengkaran antara orangtua dan anak, dan tindakan pemukulan yang kejam mengakhiri kejadian itu sejauh yang dapat dilihat oleh mata; tetapi peperangan itu meninggalkan satu kesan di dalam pikiran yang lembut itu yang tidak mudah dihapuskan. Ibu ini telah bertindak dengan tidak bijaksana. Ia tidak memikirkan sebab dan akibatnya. Tindakannya yang keras dan tidak bijaksana itu telah merangsang nafsu amarah di dalam hati anaknya, dan pada peristiwa yang sama kemarahan seperti ini ditimbulkan dan dikuatkan. 2 MABJ 297.2
Terhadap Sikap Mencari-cari Kesalahan. Engkau tidak mempunyai hak untuk mendatangkan awan yang gelap ke atas kebahagiaan anak-anakmu dengan mencari-cari kesalahan atau mengecam dengan pedas kesalahan yang remeh. Kesalahan yang sebenarnya harus dinyatakan kekejiannya, dan satu tindakan yang tegas dan pasti harus diadakan untuk mencegah agar jangan terulang kembali; namun demikian anak-anak janganlah dibiarkan, dalam keadaan pikiran yang tidak berpengharapan, melainkan dengan satu semangat agar mereka dapat memperbaiki diri dan memperoleh kepercayaan dan kasih sayangmu. Anak-anak boleh jadi ingin berbuat yang benar, mereka boleh jadi bertekad di dalam hati mereka untuk menurut; tetapi mereka memerlukan pertolongan dan dorongan. 3 MABJ 298.1
Terhadap Disiplin yang Terlalu Keras. Oh, betapa Allah tidak dihormati di dalam satu keluarga di mana tidak ada pengertian yang benar tentang apa sebenarnya disiplin keluarga itu, dan anak-anak menjadi bingung apakah artinya disiplin dan pemerintahan itu. Adalah benar bahwa disiplin yang terlalu keras, kritik yang terlalu banyak, peraturan yang tidak dituntut, akan menuntun kepada sikap tidak hormat terhadap wewenang dan akhirnya kepada pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang harus dituruti. 4 MABJ 298.2
Bilamana orangtua menunjukkan roh yang kasar, kejam dan bersikap seperti majikan, maka satu roh memberontak dan membangkang dibangkitkan di dalam diri anak-anak. Dengan demikian orangtua gagal memberikan pengaruh yang melembutkan kepada anak-anak mereka. MABJ 298.3
Para orangtua, tidak dapatkah engkau menyadari bahwa kata-kata yang kasar membangkitkan perlawanan? Apakah yang engkau akan lakukan jikalau engkau diperlakukan tanpa pertimbangan sama seperti engkau telah memperlakukan anak-anakmu itu? Adalah tugasmu untuk mempelajari sebab dan akibatnya. Bilamana engkau memarahi anak-anakmu, bilamana dengan penuh kemarahan engkau me- mukul anak-anak yang terlalu kecil untuk membela diri mereka sendiri, apakah engkau bertanya kepada dirimu sendiri pengaruh apakah yang akan timbul di dalam dirimu sebagai akibat dari perlakuan seperti itu? Sudahkah engkau memikirkan betapa pekanya engkau terhadap kata-kata kecaman dan kata-kata yang mempersalahkan? Betapa ce-patnya engkau merasa disakiti jikalau engkau merasa bahwa sese-orang gagal untuk mengakui kesang-gupanmu? Engkau sendiri adalah anak-anak yang sudah menjadi besar. Kemudian pikirkan bagaimana perasaan anak-anakmu bilamana engkau mengucapkan kata-kata yang kasar dan menusuk kepada mereka, sambil menghukum mereka de-ngan kejam atas kesalahan yang pada pemandangan Tuhan tidak sampai separuh dibanding besarnya kesalahan dalam perlakuanmu terhadap mereka. 5 Banyak orangtua yang mengaku diri pengikut Tuhan, belum bertobat. MABJ 298.4
Tuhan tidak berdiam di dalam hati mereka oleh iman! Kekasaran mereka, ketidakbijaksanaan mereka, sifat pemarah mereka yang belum dikalahkan, memuakkan anak-anak mereka dan menjadikan mereka melawan kepada segala pengajaran agama. 6 MABJ 299.1
Terhadap Kritik yang Terus-menerus. Di dalam usaha kita untuk memperbaiki yang jahat, kita harus waspada terhadap satu kecenderungan untuk mencari-cari kesalahan atau mengritik. Kritik yang terus-menerus, membingungkan, tetapi tidak memperbarui. Bagi banyak pikiran yang bersifat peka satu suasana kritik yang tidak bersimpati adalah sesuatu yang berbahaya. Bunga-bungaan tidak mekar di bawah tiupan angin topan. MABJ 299.2
Seorang anak yang sering dikritik atas beberapa kesalahan yang tertentu akan datang waktunya bilamana ia akan menganggap bahwa kesalahan itu sebagai keistimewaannya, sesuatu keadaan di mana sangat sukar untuk memperbaikinya. Dengan demikian timbullah kekecewaan dan keputusasaan, yang sering disembunyikan di bawah satu penampilan yang bersikap acuh atau pura-pura berani. 7 MABJ 299.3
Terhadap perintah dan Kecaman. Beberapa orangtua menimbul- kan banyak kegaduhan oleh kurangnya pengendalian diri mereka. Gantinya dengan manis budi meminta anak-anak untuk melakukan hal ini atau itu, mereka memerintah anak-anak itu dengan nada marah, dan pada saat yang sama satu kecaman atau teguran terlontar dari bibir mereka yang tidak seharusnya diterima oleh anak-anak itu. Para orangtua, tindakan seperti ini akan merusak kegembiraan dan cita-cita mereka. Mereka melakukan perintahmu, bukan oleh karena kasih, tetapi oleh sebab mereka tidak berani untuk berbuat yang sebaliknya. Hati mereka tidak pada perintah itu. Hal itu akan merupakan sesuatu yang menjemukan gantinya menyukakan hati, dan hal ini sering menuntun mereka untuk lupa untuk menuruti segala petunjukmu, yang menambahkan kemarahanmu dan menjadikannya lebih buruk lagi bagi anak-anakmu. Tindakan mencari-cari salah ini diulang-ulangi, segala ting-kah laku mereka yang tidak baik itu dihadapkan kepada mereka dengan cara yang mencolok, hingga kekecewaan menyerang mereka, dan mereka tidak merasa pasti apakah mereka menyukainya atau tidak. Satu roh “saya tidak peduli” menguasai diri mereka, dan mereka mencari kesukaan dan kesenangan di luar rumah, jauh dari orangtua mereka, yang tidak mereka dapati di dalam rumah tangga. Mereka bercampur baur dengan teman-teman yang ada di pinggir jalan dan dengan segera mereka pun menjadi sama jahatnya dengan orang yang paling jahat. 8 MABJ 299.4
Terhadap Satu Tindakan yang Semena-mena. Kemauan orangtua harus ada di bawah disiplin Tuhan. Bilamana dibentuk dan dikendalikan oleh Roh Allah yang mumi itu, maka mereka dapat meneguhkan pemerintahan yang tidak diragukan lagi terhadap anak-anak mereka. Tetapi jikalau orangtua kejam dan menuntut berlebih-lebihan di dalam disiplin mereka, maka mereka melakukan satu pekerjaan yang mereka sendiri tidak pernah akan dapat hapuskan. Oleh tindakan mereka yang semena-mena, mereka membangkitkan satu perasaan ketidakadilan. 9 MABJ 300.1
Terhadap Ketidakadilan. Anak-anak peka terhadap ketidakadilan dalam hal yang paling kecil sekalipun, dan beberapa akan menjadi kecewa di bawah keadaan seperti itu dan tidak akan memperhatikan suara perintah yang keras dan marah, atau mempedulikan ancaman-ancaman hukuman. Pemberontakan terlalu sering ditanamkan di dalam hati anak-anak melalui disiplin yang salah dari orangtua, di mana sebenarnya anak-anak akan membentuk tabiat yang baik dan serasi, andaikata satu cara yang sepatutnya telah diadakan. Seorang ibu yang tidak mempunyai pengendalian diri yang sempurna tidak pantas untuk mengurus anak-anak. 10 MABJ 300.2
Terhadap Satu Sentakan dan Pukulan. Bilamana ibu menyentak atau memukul anaknya, apakah engkau beranggapan bahwa hal itu akan menyanggupkan dia untuk melihat keindahai tabiat pengikut Tuhan? Tentu tidak, hal itu hanya cenderung untuk menimbulkan perasaan jahat di dalam hati, dan anak itu sama sekali tidak diperbaiki. 11 MABJ 301.1
Terhadap Kata-kata yang Kasar dan Tidak Bersimpati. Tuhan siap untuk mengajar bapa dan ibu supaya menjadi pendidik-pendidik yang sejati. Mereka yang belajar di dalam sekolah-Nya . . . tidak akan pernah berkata-kata dalam nada suara yang kasar dan tidak bersimpati; oleh karena kata-kata yang diucapkan dengan cara demikian menusuk telinga, merusak saraf, menyebabkan penderitaan pikiran, dan menimbulkan satu keadaan pikiran yang menjadikannya tidak mungkin untuk mengendalikan sifat-sifat anak itu yang kepadanya kata-kata seperti itu ditujukan. Hal ini sering menjadi sebab menga-pa anak-anak berbicara dengan cara yang tidak hormat kepada orangtua. 12 MABJ 301.2
Terhadap Cemoohan dan Penghinaan. Orangtua tidak diberi wewenang untuk memarahi, mengecam dan mencemoohkan. Mereka janganlah sekali-kali menghina anak-anak atas sifat-sifat yang rusak, yang mereka sen-diri telah turunkan kepada anak-anak itu. Disiplin seperti ini tidak akan pernah memperbaiki yang jahat. Orangtua, gunakanlah pengajaran-pengajaran dari Firman Allah untuk menasihati dan menegur anak-anakmu yang tersesat itu. Tunjukkan kepada mereka “Demikianlah firman Allah” sebagai tuntutanmu. Suatu teguran yang datang sebagai firman Allah adalah jauh lebih berguna daripada teguran yang datang dalam nada suara yang kasar dan marah dari bibir orangtua. 13 MABJ 301.3
Terhadap Ketidaksabaran. Ketidaksabaran di dalam diri orangtua membangkitkan ketidaksabaran di dalam diri anak-anak. Kemarahan yang dinyatakan di dalam diri orangtua menimbulkan kemarahan di dalam diri anak-anak dan merangsang kejahatan di dalam MABJ 301.4
Suatu teguran yang datang sebagai firman Allah adalah jauh lebih berguna daripada teguran yang datang dalam nada suara yang kasar dan marah dari bibir orangtua. keadaan diri mereka....Setiap kali mereka kehilangan pengendalian diri dan berkata-kata serta bertindak dengan tidak sabar, mereka berdosa terhadap Allah. 14 MABJ 301.5
Terhadap Sikap Memarahi dan Membujuk yang Silih Berganti. Saya sudah sering melihat anak-anak yang tidak diberi sesuatu yang mereka ingini segera berguling-guling di atas lantai sambil menen-dang-nendang dan berteriak-teriak, sementara ibu yang tidak bijaksana itu mula-mula membujuk kemudian memarahi dengan pengharapan akan dapat memulihkan anaknya itu kepada keadaan yang baik. Perlakuan seperti ini hanya akan menimbulkan kemarahan anak itu. Kali yang berikutnya hal yang seperti itu terjadi disertai kekerasan hati yang semakin bertambah, dengan keyakinan bahwa ia akan menang lagi sebagaimana hari yang sebelumnya. Dengan cara demikian tongkat pemukul itu disimpan dan anak itu menjadi rusak. MABJ 302.1
Ibu jangan membiarkan anaknya untuk memperoleh keuntungan terhadap dirinya meskipun hanya satu kali. Dan untuk mempertahankan wewenang seperti ini, tidaklah perlu untuk menggunakan cara kekerasan; satu tangan yang teguh dan utuh, satu sikap manis budi yang meyakinkan kepada anak itu tentang kasihmu akan dapat mencapai maksud tersebut. 15 MABJ 302.2
Terhadap Kurangnya Sikap Tegas dan Pasti. Bahaya yang besar terjadi oleh kurangnya ketegasan dan kepastian. Saya pernah mendengar orangtua berkata, “Engkau tidak boleh mengambil ini atau itu,” dan kemudian berubah pendirian, sambil berpikir bahwa mungkin mereka terlalu keras, dan akhirnya memberikan kepada anak itu apa yang tadinya tidak diberikan. Dengan cara demikian satu hal yang membahayakan untuk seumur hidupnya telah ditanamkan di dalam dirinya. Adalah satu undang-undang pikiran yang penting dan tidak boleh diabaikan bahwa bilamana satu benda yang diinginkan itu dengan tegas tidak diberikan sehingga tidak ada harapan lagi untuk memperolehnya, maka dengan segera pikirannya tidak akan menginginkannya lagi, dan pikiran itu akan dipenuhi oleh hal-hal yang lainnya. Tetapi selama masih ada harapan untuk memperoleh benda yang diinginkan itu, maka satu usaha akan diadakan untuk mendapatkannya.... MABJ 302.3
Bilamana perlu bagi orangtua untuk memberikan satu perintah yang langsung, maka hukuman terhadap pelanggaran harus dijalankan sebagaimana pastinya hukum alam. Anak-anak yang berada di bawah peraturan yang tegas dan pasti seperti ini mengetahui bahwa bilamana satu hal tidak diberikan atau dilarang, maka tidak akan ada cara lain baik melalui bujukan atau muslihat untuk dapat mencapai tujuan mereka itu. Oleh sebab itu dengan segera mereka belajar menyerah dan merasa lebih berbahagia dalam berbuat demikian. Anak-anak dari orangtua yang tidak tegas dan terlalu memanjakan senantiasa mempunyai harapan bahwa bujukan, tangisan, atau kemarahan akan dapat mencapai tujuan mereka, atau bahwa mereka dapat berbuat pelanggaran tanpa mendapat hukuman. Dengan demikian mereka selalu berada dalam keadaan yang penuh dengan keinginan, pengharapan dan ketidakpastian, yang menjadikan mereka gelisah, marah dan tidak mau tunduk. Allah memandang orangtua seperti itu bersalah dalam hal merusak kebahagiaan anak-anak mereka. Kepemimpinan yang salah seperti ini adalah penyebab adanya ribuan orang yang tidak beragama dan tidak bertobat. Hal itu terbukti telah menjadi kebinasaan bagi banyak orang yang mengaku diri sebagai umat Tuhan. 16 MABJ 302.4
Terhadap Kekangan-kekangan yang Tidak Perlu. Bilamana orangtua menjadi lanjut dalam usia dan mempunyai anak-anak yang masih kecil untuk dibesarkan, maka bapa cenderung untuk merasa bahwa anak-anak itu harus mengikuti jalan yang sukar dan berbatu di mana ia sendiri sedang menjalaninya. Sukarlah bagi dia untuk menyadari bahwa anak-anaknya sedang merasakan perlunya agar hidup ini dijadikan senang dan berbahagia bagi mereka oleh orangtua. Banyak orangtua yang tidak memberikan kepada anak-anak mereka satu pemanjaan yang baik dan tidak bersalah, dan merasa begitu takut ia akan memperkembangkan di dalam diri anak-anak mereka keinginan-keinginan terhadap hal-hal yang tidak baik sehingga mereka tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk menikmati kesukaan yang harus dimiliki oleh anak-anak. Melalui rasa takut terhadap akibat-akibat yang buruk, mereka tidak akan mengizinkan anak-anak untuk menikmati satu kesenangan yang sederhana yang akan dapat menjauhkan kejahatan yang sama yang mereka sedang usahakan untuk mencegahnya; dan dengan demikian anak-anak berpendapat bahwa tidak ada gunanya untuk mengharapkan pertolongan, dan oleh sebab itu tidak akan memintanya. Mereka dengan sembunyi-sembunyi pergi kepada kepelesiran yang mereka pikir akan dilarang. Dengan cara demikian kepercayaan di antara orangtua dan anak-anak dirusakkan. 17 MABJ 303.1
Terhadap Ditolaknya Kesempatan-kesempatan yang Masuk Akal. Jikalau para bapa dan ibu tidak pernah merasakan sendiri kebahagiaan masa kanak-kanak mereka, mengapa mereka harus menjadikan hidup anak-anak mereka itu suram oleh sebab kerugian besar yang mereka alami dalam hal ini? Bapa boleh jadi beranggapan bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang akan selamat untuk ditempuh; tetapi biarlah ia mengingat bahwa tidak semua pikiran itu dibentuk dengan cara yang sama, dan lebih besar usaha itu diadakan untuk mengekang, maka akan lebih tak terkendalikan lagi keinginan untuk memperoleh apa yang dilarang itu dan akibatnya adalah pelanggaran terhadap wewenang orangtua. Orangtua akan disusahkan hatinya oleh apa yang ia anggap sebagai penyelewengan anaknya, dan hatinya akan merasa sakit oleh karena pemberontakan ini. Tetapi tidakkah baik baginya untuk empertimbangkan kenyataan bahwa sebab utama dari pada pelanggaran anaknya itu adalah ketidakrelaannya sendiri untuk membiarkan dia dalam hal-hal di mana di dalamnya tidak ada dosa? Orangtua berpendapat bahwa alasan yang cu-kup telah diberikan mengapa anak itu tidak memperoleh apa yang dikehendakinya oleh karena ia telah melarangnya dari anak itu. Tetapi orangtua harus mengingat bahwa anak-anak mereka adalah makhluk yang berpikir, dan mereka harus diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau diperlakukan. 18 MABJ 303.2
Terhadap Kekejaman. Orangtua yang menjalankan satu roh yang memerintah dan menguasai, yang diturunkan kepada mereka oleh orangtua mereka sendiri, yang menuntun mereka untuk mengadakan tuntutan yang berlebih-lebihan di dalam disiplin dan pengajaran mereka, tidak akan mendidik anak-anak mereka dengan cara yang benar. Dengan kekejaman mereka dalam memperlakukan kesalahan-kesalahan anak-anak mereka, mereka sedang membangkitkan kemarahan di dalam hati manusia dan menanamkan di dalam diri anak-anak mereka satu perasaan ketidakadilan dan kesalahan. Mereka mendapati di dalam diri anak-anak mereka pembawaan yang sama yang mereka sendiri telah tanamkan kepada anak-anak mereka itu. MABJ 304.1
Orangtua seperti itu memalingkan anak-anak mereka jauh dari Allah, dengan cara membicarakan tentang hal-hal keagamaan; oleh karena agama Allah telah dijadikan tidak menarik bahkan memuakkan oleh karena salah dalam menampilkan kebenaran. Anak-anak akan berkata, “Ya, jikalau itulah artinya agama, saya tidak suka sedikit pun.” Dengan cara seperti inilah sering kebencian terhadap agama ditimbulkan; dan oleh sebab dijalankannya wewenang dengan semena-mena, anak-anak dituntun untuk mencemoohkan hukum dan pemerintahan surga. Orangtua telah menetapkan nasib anak-anak mereka untuk selama-lamanya dengan cara pengaturan mereka yang salah itu. 19 MABJ 305.1
Terhadap Pembawaan yang Tenang dan Manis Budi. Jikalau orangtua menghendaki agar anak-anak mereka itu menyenangkan, mereka janganlah sekali-kali mengatakan kepada mereka dengan cara yang mengecam. Sering ibu membiarkan dirinya sendiri menjadi marah dan gelisah. Sering ia menyentak anak itu dan berbicara dalam cara yang kasar. Jikalau seorang anak diperlakukan dengan pembawaan yang tenang dan manis budi, maka hal ini akan dapat berbuat banyak untuk memelihara di dalam dirinya satu sifat yang menyenangkan. 20 MABJ 305.2
Kepada Bujukan yang Penuh Kasih. Bapa, sebagai imam dalam keluarga, harus memperlakukan anak-anaknya dengan lemah lembut dan sabar. Ia harus berhati-hati agar jangan membangkitkan di dalam diri mereka satu sikap yang melawan. Ia jangan membiarkan pelanggaran berlangsung tanpa diperbaiki, namun demikian ada satu jalan untuk memperbaiki tanpa membangkitkan nafsu amarah yang paling buruk di dalam hati manusia. Biarlah dia dalam kasih berbicara dengan anak-anaknya, sambil menceritakan kepada mereka bagaimana sedih-nya Juruselamat atas tindakan mereka itu; dan kemudian biarlah ia bertelut dengan anak-anak itu di hadapan tutupan grafirat itu dan menghadapkan mereka kepada Tuhan, sambil berdoa agar Ia mengasihi mereka dan menuntun mereka supaya bertobat dan meminta ampun. Disiplin seperti ini hampir selalu akan menghancurkan hati yang paling keras. MABJ 305.3
Allah menghendaki agar kita memperlakukan anak-anak kita dalam kesederhanaan. Kita cenderung untuk melupakan bahwa anak-anak tidak mempunyai keuntungan dari pendidikan yang lama seperti yang dimiliki oleh orang-orang yang lebih dewasa. Jikalau anak-anak kecil itu tidak berlaku sesuai dengan pendapat kita di dalam segala hal, sering kita berpikir bahwa mereka harus mendapat kecaman dari kita. Tetapi hal ini tidak akan memperbaiki keadaan. Bawalah mereka kepada Juruselamat, dan ceritakan kepada-Nya tentang semuanya itu; kemudian percayalah bahwa berkat-Nya akan turun ke atas diri mereka. 21 MABJ 305.4