Harta Jang Tersembunji
Tjaranja Mentjari Harta Itu
Akan mentjari harta itu haruslah Perkataan atau Firman Allah mendjadi pokok peladjaran kita. Anak-anak harus dididik dalam pengadjaran jang mengandung kebenaranNja. Itu ada harta jang tidak ternilai; tetapi banjak orang tidak mendapat dia, karena memang mereka tidak mentjari harta itu sampai dapat. Banjak orang telah bersenang dengan dugaan dan anggapannja akan kebenaran. Mereka berbuat perkara2 lahir dan merasa senang karena sangkanja ia telah mendapat apa jang diperlukannja. Mereka suka menerima perkataan manusia selaku kebenaran baginja, karena mereka itu kurang suka bekerdja sendiri sebagaimana diterangkan dalam perumpamaan ini, jaitu: Menggali akan mentjahari harta jang tersembunji. Tetapi perkataan2 manusia itu bukan sadja tidak dapat dipertjajai, malah berbahaja, sebab dengan menerima perkataan2 dan aturan-aturan manusia, berarti kita menempatkan manusia diatas Allah. Ganti orang berkata: “Demikianlah firman Allah”, ia berkata : “Beginilah aturan dan perintah si Anu,” atau: “Beginilah jang telah ditetapkan oleh kumpulan ini atau kepala geredja itu.” HJT 15.3
Jesus itulah kebenaran. PerkataanNja kebenaranlah adanja, dan ada lebih dalam artinja, dari pada jang disangkakan orang. Harga perkataan Tuhan Jesus ada lebih dari pada jang kelihatan pada mereka itu. Hanjalah pikiran jang diterangi oleh Roh Sutji sadja jang dapat melihat itu. Bagi orang jang sebegini, maka meskipun harta itu tersembunji, tetapi ia akan sempat djuga mendapat permata kebenaran itu. HJT 16.1
Segala theorie dan ilmu manusia tidak dapat memimpin kepada pengertian jang betul akan Perkataan Allah. Mereka jang menjangka bahwa mereka mengerti ilmu filsafat, berpikir bahwa keterangannja itu ada perlu sekali untuk membuka dan memberi pengetahuan kepada orang banjak, supaja dengan peri demikian tertjegahlah masuknja segala pengadjaran dusta dan palsu kedalam sidangnja. Tetapi sebenarnja keterangan2 inilah jang menjebabkan segala theorie2 dusta, palsu dan menjebabkan timbulnja segala pengadjaran bidat itu. Beberapa orang pula mentjoba menerangkan beberapa bahagian dalam Kitab Sutji jang disangkanja susah dan tidak dimengerti oleh orang banjak; tetapi banjak kali terdjadi, bahwa tafsiran dan keterangannja itu bukan menerangkan, melainkan menggelapkan. HJT 16.2
Imam2 dan orang2 Farisi menjangka bahwa selaku guru, mereka itu telah berbuat perkara2 jang besar, karena mereka telah menafsirkan dan menerangkan Kitab Sutji dengan pengetahuannja sendiri. Tetapi Tuhan Jesus berkata darihal mereka itu: “Bukankah sesat kamu, sebab tidak mengetahui akan Alkitab dan akan kodrat Allah !” Ia menjalahkan mereka itu karena mereka sudah “mengadjarkan pengadjaran jang perintah manusia adanja.” Mark. 7:7. Meskipun mereka itu guru2 dan dianggap orang ada mengerti akan Perkataan Allah, tetapi mereka itu bukan orang2 jang menurut. Setan telah membutakan matanja sehingga mereka itu tiada mengerti lagi akan arti dan maksud Perkataan Allah. HJT 16.3
Hal jang begini masih kita djumpai djuga waktu sekarang. Banjak geredja jang berbuat kesalahan matjam ini. Maka inilah suatu bahaja, bahkan bahaja jang terbesar, karena orang2 besar pada zaman ini, ada berbuat sebagai perbuatan Imam2 dan Chatib2 pada waktu orang Jahudi. Mereka itu memberi keterangan2 jang palsu dan salah tentang Kitab Sutji, sehingga oleh pemandangannja jang salah itu, membawa banjak djiwa kepada kesesatan dan kegelapan. HJT 17.1
Kitab Sutji tidak perlu diterangkan oleh keterangan samar dari tjerita dongengan dan atas sangkaan2 sadja. Perbuatan sebagai ini ada sebagai orang jang hendak menerangi matahari dengan suluh. Perkataan Allah tidak perlu terang lampu dunia akan menjatakan kemuliaannja, karena ia sendiri ada terang. Kitab Sutji itulah terang dalam sendirinja — kenjataan kemuliaan Allah dan diluar dari ini, semuanja terang jang lain gelaplah adanja. HJT 17.2
Tetapi buat dapat terangnja haruslah orang memeriksa dengan radjin dan teliti. Sebab pengertian jang terang tentang Kebenaran, tidak sekali-kali akan diberi kepada orang jang malas. Sedangkan mendapat untung dunia pun orang harus bekerdja dengan sungguh-sungguh serta sabar dan setia. Djikalau orang hendak mendapat hasil dalam pekerdjaannja didunia ini, maka haruslah orang mempunjai satu kemauan jang kuat dan tentu bahwa ia dapat berbuat itu, serta dengan kejakinan dan pertjaja, bahwa ia akan sampai kepada maksudnja. Begitu djuga orang djangan berharap akan mendapat pengetahuan tentang perkara kerohanian dengan tidak berusaha, Mereka jang bermaksud akan mendapat harta kebenaran, haruslah bekerdja seperti seorang tukang parit jang menggali supaja mendapat harta jang tersembunji didalam tanah. Apabila orang tidak bekerdja dengan segenap hati dan djiwa, maka akan sia2lah pekerdjaan itu. Semua orang baik muda atau pun tua, bukannja harus membatja Kitab Sutji sadja, tetapi haruslah beladjar dengan radjin dan sungguh dengan doa, serta mentjahari dengan tidak mengenal djerih dan lelah sebagai orang jang mentjahari harta jang tersembunji. Orang jang beladjar dengan tjara jang begini, akan mendapat banjak berkat, karena pikirannja akan diterangkan. HJT 17.3
Keselamatan kita bergantung pada pengetahuan akan kebenaran jang terdapat dalam Kitab Sutji. Tuhan Allah mau supaja manusia mempunjai akan kebenaran itu. Periksa, bahkan periksalah akan Kitab Sutji itu dengan hati jang berlapar. Periksa dan tjarilah perkataan dan kebenaran Allah seperti seorang tukang tambang mentjari butir2 emas didalam tanah. Djanganlah kita berhenti dengan pemeriksaan itu sampai kita tahu dengan tentu bahwa kita telah mendapat dan mengerti akan apa jang diminta dan dituntutnja dari kita. Tuhan Jesus pernah berkata: “Dan barang apa jang kamu pinta dengan namaKu, itu akan Kuadakan; supaja Bapa dipermuliakan dalam jang Anak. Djikalau kamu meminta barang suatu dengan namaKu, Aku akan mengadakan dia.” Joh. 14:13, 14. HJT 17.4
Orang2 berilmu dan beragama kadang2 mendapat sedikit pengertian tentang barang2 jang bersangkutan dengan hidup kekal, tetapi banjak kali pula mereka tidak mengerti akan hal itu, karena barang2 jang kelihatan ini, menggelapkan keindahan dan kemuliaan barang2 jang tidak kelihatan. Barang siapa jang dengan sungguh2 hati bermaksud hendak mendapat harta jang tersembunji itu, haruslah mempunjai suatu maksud jang lebih tinggi dari pada barang2 didunia ini. Segala tjita2, kegemaran dan kekuatannja harus dipergunakan untuk pemeriksaan ini. HJT 18.1
Pelanggaran terhadap kehendak Allah telah menutup pintu kepada pengetahuan, jang boleh didapat dari perkataan Allah. Pengetahuan dan penerangan tentang perkataan Allah tergantung atas keadaan jang suka dengar2an akan perintah Tuhan. Kitab Sutji tidak boleh diterangkan begitu rupa, asal itu boleh tjotjok dengan kehendak manusia dan setudju dengan kehendak dan kehidupannja jang salah. Hanja orang2 jang mentjahari dia dengan kerendahan hati dan dengan maksud akan menurutnja, jang dapat mengerti akan dia. HJT 18.2
Ada orang jang bertanja: “Apakah jang patut kuperbuat supaja mendapat selamat ?” Djawabnja: Dahulu dari engkau mulai memeriksai Kitab Sutji haruslah engkau lepaskan segala pemandangan dan pikiranmu jang diwarisi dan dipertumbuhkan.” Sebab djikalau orang memeriksai Kitab Sutji dengan maksud hendak membenarkan pendiriannja jang lama, maka kebenaran itu tidak bisa didapat olehnja. Periksalah dia dengan maksud hendak mengetahui, apa maksud firman Allah itu. Apabila dalam pemeriksaan, engkau melihat kekurangan dan kesalahan diri sendiri dalam beberapa hal, —• apabila njata bahwa pengertian dan kejakinan jang telah lama dipegang dan diturut itu — bersalahan dengan kebenaran, maka djanganlah tjoba dan memaksa akan memberi penerangan dan tafsiran, jang boleh tjotjok dengan kehendak dan pengertianmu jang lama, melainkan terimalah akan Kebenaran jang telah njata kepadamu itu. Bukalah hati dan pikiranmu, supaja dapat memandang keadjaiban dan keindahan barang2 jang ada dalam Perkataan Allah itu. HJT 18.3
Supaja boleh mengerti serta pertjaja akan Kristus jang mendjadi Penebus seisi dunia, perlu ada suatu pikiran jang terang, jang dikemudikan oleh hati jang dapat menimbang dan menghargai harta jang dari sorga. Kepertjajaan ini tidak bisa dipisahkan dengan pertobatan dan perubahan hidup dan tabiat. Pertjaja artinja mendapat dan menerima harta Indjil dengan semua kewadjiban jang berhubung dengan itu. HJT 18.4
“Djikalau orang tidak djadi semula, maka ta dapat ia melihat keradjaan Allah.” Jahja 3:3. Orang boleh membuat kira2an dan duga2an, tetapi djikalau tidak dengan kepertjajaan (mata Rohani), maka ia tiada akan melihat harta jang indah itu. Tuhan Jesus memberikan hidupNja supaja kita boleh mendapat harta itu; tetapi djikalau manusia tidak diperanakkan kembali oleh pertjaja akan darahNja, maka tiada djuga keampunan dosa dan harta itu tak akan terdapat oleh djiwa2 jang telah hilang. HJT 19.1
Kita perlu akan penerangan Roh Sutji untuk menimbang kebenaran Perkataan Allah. Segala keindahan alam ini tidak akan terlihat, djikalau tiada tjahaja matahari mengusir kegelapan dan menerangi bumi ini. Begitu pula halnja, tidak akan dapat manusia menghargakan harta jang terselindung dalam Perkataan Allah, djikalau tidak ada sinar Matahari Kebenaran itu menerangi dia. HJT 19.2
Roh Sutji dikirimkan dari sorga, oleh tjinta Allah jang tiada berhingga itu akan membawa barang2 jang dari Allah, dan menjatakan itu dalam djiwa2 jang sungguh2 pertjaja dalam Kristus. Oleh kuasa Roh Sutji, segala kebenaran penting atas mana tergantung keselamatan djiwa, ditanamkan dalam hati, dan djalan kehidupan itu akan diterangkan sedemikian rupa, sehingga tiada seorang pun jang boleh sesat. Apabila kita hendak mempeladjari Kitab Sutji, maka patutlah kita berdoa kepada Tuhan supaja diberikannja Roh Sutjinja menerangi Perkataan itu, supaja, dapatlah kita memandang serta mengabarkan berapa indahnja harta itu. HJT 19.3