Sejarah Para Nabi

19/38

17 - Yakub Melarikan Diri dan Terbuang

Merasa bahwa dirinya terancam kematian oleh karena amarah Esau, Yakub lari dari rumah bapanya sebagai seorang pengungsi; tetapi bersama dengan dirinya, ia membawa berkat dari bapanya; Ishak telah memperbarui kepadanya perjanjian itu dan telah memerintahkan dia sebagai pewarisnya, untuk mencari seorang istri dari antara kaum keluarga ibunya di Mesopotamia. Namun demikian, dengan hati yang amat risau Yakub telah memulai perjalanannya yang sunyi itu. Dengan membawa hanya sebatang tongkat di tangannya, ia harus menempuh perjalanan yang jaraknya ratusan mil melewati satu negeri yang, diduduki oleh suku bangsa yang kejam dan buas. Dalam rasa penyesalan dan takutnya itu, ia berusaha untuk menghindar dari manusia agar jangan jejaknya diketahui oleh saudaranya yang sedang marah itu. Ia merasa takut bahwa ia akan kehilangan untuk selama-lamanya berkat yang telah dimaksudkan Allah baginya; dan Setan berada di dekatnya untuk membisikkan pencobaan-pencobaan kepadanya. SPN 211.1

Pada malam dari hari yang kedua ia telah berada jauh sekali dari kemah bapanya. Ia merasa bahwa dirinya adalah seorang yang terbuang, dan ia tahu bahwa segala kesulitannya itu telah menimpa dirinya sebagai akibat tindakannya yang salah. Kegelapan dari rasa putus asa menyelubungi jiwanya, dan ia tidak berani berdoa. Tetapi ia benar-benar merasa kesunyian sehingga ia menyadari perlunya perlindungan Allah seperti yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Dengan tangisan dan kerendahan hati, ia mengakui dosa-dosanya, dan meminta bukti bahwa ia belum ditinggalkan sama sekali. Namun demikian, tetap hatinya yang tertindih itu belum memperoleh kelepasan. Ia telah kehilangan segenap kepercayaan dalam dirinya, dan ia takut bahwa Allah bapanya itu telah membuang dia. SPN 211.2

Ietapi Allah tidak meninggalkan Yakub. Rahmat-Nya masih ditawarkan kepada hamba yang bersalah dan bimbang itu. Dengan penuh belas kasihan Tuhan telah menyatakan apa yang diperlukan Yakub—seorang Juruselamat. Ia telah berdosa, tetapi hatinya dipenuhi oleh rasa syukur apabila ia melihat satu jalan dinyatakan kepadanya oleh mana ia dapat diterima kembali berkenan kepada Allah. SPN 212.1

Setelah merasa letih karena perjalanannya, pengembara itu berbaring di atas tanah dengan sebuah batu sebagai bantalnya. Apabila ia tertidur ia melihat sebuah tangga, terang yang berkilauan, yang kakinya berpijak di atas bumi sementara ujungnya sampai ke surga. Di atas tangga ini malaikat-malaikat turun naik; dan di atasnya bersemayam Tuhan yang mulia, dan dari surga terdengar suara: “Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak.” Tanah di atas mana ia terbaring sebagai seorang buangan dan pengungsi, dijanjikan kepada keturunannya dengan jaminan, “olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.Janji ini telah diberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, dan sekarang ini diulangi kepada Yakub. Kemudian sehubungan dengan rasa sunyi serta kepedihan hati yang sedang dialaminya itu, kata-kata penghiburan serta dorongan diucapkan kepadanya: “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” SPN 212.2

Tuhan mengetahui pengaruh-pengaruh jahat yang akan mengelilingi akub dan bahaya yang akan dihadapinya. Di dalam rahmat Ia memaparkan tentang masa depan kepada pengungsi yang telah bertobat itu, agar ia dapat mengerti akan maksud-maksud Ilahi sehubungan de- ngan dirinya sendiri, dan siap sedia untuk melawan pencobaan-pencobaan yang pasti akan datang kepadanya bilamana ia berada sendirian di tengah-tengah penyembah-penyembah berhala dan orang-orang jahat. Di hadapannya akan selalu ada ukuran yang tinggi yang harus dicapainya, dan pengetahuan bahwa melalui dia maksud Allah akan menemui wujudnya akan senantiasa mendorong dia untuk tetap setia. SPN 212.3

Di dalam khayal ini rencana penebusan dihadapkan kepada Yakub, tidak dengan sepenuhnya, tetapi dalam bagian-bagian yang perlu bagi dirinya pada waktu itu. Tangga yang ditunjukkan kepadanya dalam mimpi adalah perkara yang sama yang disebutkan Kristus dalam pembicaraan-Nya dengan Natanael. Kata-Nya, Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan maiaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” Yohanes 1:51. Sampai kepada saat pemberontakan manusia melawan pemerintahan Allah, selalu ada hubungan yang bebas antara Allah dengan manusia. Tetapi dosa Adam dan Hawa memisahkan dunia dari surga sehingga manusia tidak dapat berhubungan dengan Khaliknya. Namun demikian dunia ini tidak dibiarkan begitu saja dalam keadaan tidak berpengharapan. Tangga itu melambangkan Yesus sebagai jalan penghubung yang telah ditetapkan. Kalau saja Dia tidak menjembatani dengan jasa-jasa-Nya akan jurang yang telah diakibatkan oleh dosa, maka maiaikat-malaikat yang melayani itu tidak akan dapat berhubungan dengan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kristus menghubungkan manusia di dalam kelemahan dan keadaannya yang tidak berdaya itu, dengan sumber kuasa yang tidak terbatas. SPN 213.1

Semuanya ini dinyatakan kepada Yakub di dalam mimpinya. Sekalipun pikirannya pada saat itu juga dapat menangkap sebagian dari pada pernyataan itu, tetapi kebenaran-Nya yang besar dan bersifat rahasia itu, merupakan bahan pelajaran selama hidupnya, dan hal itu dinyatakan dari waktu ke waktu. SPN 213.2

Yakub terbangun dari tidurnya di tengah-tengah kesunyian malam. Gambaran khayalnya yang berkilauan itu telah hilang. Samar-samar di kejauhan nampak bukit-bukit dan di atasnya langit yang bertaburan bintang-bintang. Tetapi ia merasakan adanya suasana yang khidmat bahwa Allah bersama dengan dia. Hadirat-Nya yang tidak kelihatan itu meng- isi kesunyian. “Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini,” katanya, “dan aku tidak mengetahuinya.... Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang surga.” SPN 213.3

“Keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.” Sesuai dengan adat untuk memperingati peristiwaperistiwa penting, Yakub telah mendirikan satu peringatan akan rahmat Allah agar kapan saja ia melewati tempat itu, ia dapat berhenti di tempat yang suci itu untuk menyembah Allah. Dan ia menamai tempat itu Betel, atau “rumah Allah”. Dengan rasa syukur yang dalam ia mengulangi janji-janji bahwa hadirat Allah akan selalu menyertainya; kemudian ia pun mengadakan satu nazar yang khidmat, “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Aliahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” SPN 214.1

Dalam hal ini Yakub bukanlah berusaha untuk mengemukakan syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh Allah. Tuhan telah menjanjikan kemakmuran kepadanya, dan nazar ini merupakan satu ungkapan sebuah hati yang dipenuhi oleh rasa syukur atas jaminan kasih serta rahmat Allah. Yakub merasa bahwa Allah mempunyai tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang harus diakuinya, dan bahwa tanda-tanda yang istimewa dari kebajikan Allah yang telah dinyatakan kepadanya menuntut satu pengembalian. Demikian pula setiap berkat yang dianugerahkan kepada kita meminta dari kita suatu jawab kepada Sumber segala rahmat. Orang Kristen harus sering merenungkan kembali kehidupannya di masa yang silam, dan dengan rasa syukur mengingat kelepasan-kelepasan yang telah diadakan Allah baginya, pertolongan-Nya dalam menghadapi ke-sulitan-kesulitan, jalan keluar yang telah ditunjukkan-Nya pada saatsaat keadaan sekeliling kelihatannya gelap dan menakutkan, kesegaran yang diberikan-Nya pada waktu ia hampir-hampir pingsan. Ia harus mengakui semuanya itu sebagai bukti-bukti penjagaan malaikat-malaikat surga. Mengingat berkat-berkat yang tidak terhitung ini, ia harus sering bertanya dengan kerendahan hati serta rasa syukur, Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku ? Mzm. 116:12. SPN 214.2

Waktu kita, talenta kita, harta kita haruslah diserahkan kepada-Nya yang telah mempercayakan kepada kita berkat-berkat ini. Jikalau suatu kelepasan yang istimewa telah diadakan untuk kita, atau suatu kebajikan yang tidak kita duga-duga diberikan kepada kita, maka kita harus mengakui akan kebaikan Allah itu, bukan hanya menyatakan syukur kita de-ngan kata-kata saja, tetapi, seperti Yakub, dengan memberikan pemberian-pemberian serta persembahan untuk pekerjaan-Nya. Sebagaimana kita senantiasa menerima berkat-berkat Allah demikian juga senantiasa kita harus selalu memberi. SPN 215.1

“Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku, kata Yakub, “akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu. Akankah kita yang menikmati terang dan kesempatan-kesempatan dari pada Injil merasa puas dengan memberikan kepada Allah lebih sedikit daripada apa yang telah diberikan oleh mereka yang hidup pada zaman sebelumnya yang tidak merasakan sepenuhnya apa yang kita nikmati sekarang ini? Tentu tidak. Sebagaimana berkat-berkat yang kita nikmati itu lebih besar, bukankah kewajiban kita pun lebih besar pula? Tetapi betapa rendahnya taksiran itu; Betapa sia-sianya usaha untuk mengukur kasih yang tidak terbatas, dan tak ternilai itu, dengan menggunakan rumus-rumus ilmu hitung, waktu, uang dan kasih. Sepersepuluh bagi Kristus, Oh, betapa sedikitnya, betapa memalukan jumlah yang kita berikan sebagai balas budi terhadap apa yang bernilai sedemikian tinggi itu. Dari salib Golgota, Kristus meminta satu penyerahan yang sepenuhnya. Segala sesuatu yang kita miliki, segala sesuatu dari diri kita ini harus diserahkan kepada Allah. SPN 215.2

Dengan satu iman yang baru dan teguh pada janji-janji Ilahi, dan dengan jaminan kehadiran serta penjagaan malaikat-malaikat surga, Yakub melanjutkan perjalanannya ke “negeri Bani Timur. Kejadian 29:1. Tetapi betapa bedanya kedatangan Yakub ini dibandingkan dengan kedatangan dari pesuruh Abraham seratus tahun sebelumnya! Hamba-hamba itu felah datang dengan disertai satu rombongan yang mengendarai unta dengan diperlengkapi emas serta perak, tetapi anak lelaki ini datang seorang diri, sebagai seorang pengembara dengan kaki yang letih, tanpa harta benda kecuali tongkatnya. Seperti hamba Abraham, Yakub pun tiba dan berhenti di dekat sebuah sumur dan di tempat inilah ia telah bertemu dengan Rahel, anak bungsu Laban. Sekarang Yakublah yang bekerja, menggulingkan batu dari mulut sumur itu, dan memberi minum kepada kawanan domba. Setelah memberitahukan tentang kaum keluarganya, ia dibawa ke rumah Laban. Sekalipun ia datang sendirian dan tidak membawa apa-apa, dalam waktu beberapa minggu saja ia telah memperoleh hasil keahlian dan kerajinannya, dan ia diminta supaya tinggal di sana. Telah diatur sedemikian rupa di mana Yakub harus bekerja tujuh tahun bagi Laban agar ia bisa memperoleh Rahel sebagai istrinya. SPN 215.3

Pada zaman dulu, adat menuntut agar pengantin laki-laki, sebelum disahkan dalam satu ikatan pernikahan, membayar sejumlah uang atau harta benda yang senilai dengan itu, menurut kesanggupannya, kepada ayah istrinya. Ini dianggap sebagai satu pelindung terhadap pernikahan itu. Para ayah tidak merasa aman untuk mempercayakan anak perempuannya kepada seorang laki-laki yang tidak mengadakan persediaan untuk membiayai keluarganya. Jikalau mereka tidak mempunyai tenaga dan keahlian yang cukup untuk mengurus usahanya, dan memelihara ternak dan tanahnya, maka dikhawatirkan bahwa hidup mereka nantinya akan terbukti sia-sia. Tetapi jalan disediakan untuk menguji mereka yang tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan sebagai mas kawin. Mereka diizinkan untuk bekerja bagi bapa anak perempuan yang mereka cintai, jangka waktunya ditentukan oleh nilai mas kawin yang dituntut. Bilamana ia setia dalam pekerjaannya, dan membuktikan diri bahwa ia layak dalam segi-segi lainnya, maka ia akan memperoleh anak perempuan itu sebagai istrinya; dan pada umumnya mas kawin yang diterima oleh sang ayah itu akan diberikan kembali kepada anak perempuannya pada waktu pernikahannya. Namun demikian di dalam masalah Rahel dan Lea, Laban dengan serakahnya telah menahan mas kawin yang sebenarnya harus diberikan kepada mereka; mereka maksudkan hal ini pada waktu mereka berkata, sebelum pindah dari Mesopotamia, “Ia te- lah menjual kami, juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. SPN 216.1

Adat kuno ini, sekalipun sering disalahgunakan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Laban, telah mendatangkan hasil-hasil yang baik. Bilamana seorang laki-laki dituntut untuk bekerja dulu agar dapat memperoleh istrinya, maka satu pernikahan yang tergesa-gesa dapat dicegah dan juga ada satu kesempatan untuk menguji berapa dalam cintanya itu, dan juga kesanggupannya untuk membiayai keluarganya. Dalam zaman kita ini banyak akibat buruk yang timbul disebabkan oleh cara yang berlawanan. Yang sering terjadi ialah sebelum menikah mereka hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk saling mengetahui kebiasaan-kebiasaan serta pembawaan-pembawaannya, dan sehubungan dengan kebiasaan hidup sehari-hari, mereka adalah orang asing satu terhadap yang lainnya pada waktu mereka dipersatukan dalam ikatan perkawinan. Banyak orang menemukan, setelah tertambat, bahwa mereka sebenarnya tidak cocok satu sama yang lain, dan penderitaan seumur hidup merupakan akibat dari pada pernikahan mereka. Sering istri dan anak-anak menderita oleh karena kemalasan dan ketidaksanggupan atau kebiasaan-kebiasaan yang jahat dari pada suami dan ayah itu. Jikalau tabiat calon suami itu diuji lebih dulu sebelum pernikahan, sesuai dengan adat kuno itu, maka ketidakbahagiaan seperti itu akan dapat dicegah. SPN 217.1

Tujuh tahun pelayanan yang setia telah Yakub berikan untuk memperoleh Rahel dan tahun yang dilaluinya itu “dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. 1 etapi Laban yang tamak dan serakah itu, yang menginginkan untuk menahan lebih lama akan penolong yang sangat berguna itu, telah mengadakan satu penipuan yang kejam dengan cara menggantikan Rahel dengan Lea. Kenyataan bahwa Lea sendiri ikut dalam pihak yang mengadakan penipuan itu, telah mengakibatkan Yakub tidak mencintainya. Kemarahan dan tempelakannya kepada Laban telah dihadapi dengan satu tawaran bahwa ia akan dapat memperoleh Rahel dengan cara bekerja selama tujuh tahun lagi. Tetapi Laban memaksakan agar Lea jangan ditinggalkan begitu saja, karena itu akan mendatangkan aib kepada keluarganya. Dengan demikian Yakub telah ditempatkan dalam satu keadaan yang benar-benar menguji dan menyakitkan; akhirnya ia mengambil keputusan untuk tetap memperta- hankan Lea, dan kawin dengan Rahel. Rahel selalu menjadi seorang yang paling dikasihinya; tetapi sikap ini telah membangkitkan iri hati dan rasa cemburu, dan kehidupannya telah dijadikan getir oleh karena adanya persaingan di antara kedua bersaudara yang menjadi istrinya itu. SPN 217.2

Selama dua puluh tahun lamanya Yakub telah bermukim di Mesopotamia, bekerja melayani Laban, yang dengan tidak mempedulikan ikatan kekeluargaan, cenderung untuk mengambil bagi dirinya segala keuntungan yang datang sebagai hasil hubungan mereka. Masa kerja selama empat belas tahun telah ia tuntut dari Yakub bagi kedua anak perempuannya itu; dan selama sisa waktunya, gaji untuk Yakub sepuluh kali diubah-ubah. Tetapi dengan rajin dan setia Yakub telah melayaninya. Kata-kata yang diucapkan kepada Laban dalam percakapan mereka yang terakhir dengan jelas menggambarkan ketekunannya yang tidak mengenal lelah, yang telah ia berikan untuk kepentingan majikannya yang kejam itu. “Selama dua puluh tahun ini aku bersamasama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas hari waktu sjang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur.” SPN 218.1

Adalah perlu bagi gembala-gembala untuk menjaga domba-dombaNya siang dan malam. Mereka dalam ancaman bahaya dari perampokperampok, dan juga dari binatang-binatang buas yang jumlahnya banyak serta berani-berani, dan sering menimbulkan kebinasaan di antara kawanan domba yang tidak dijaga dengan setia. Yakub mempunyai pembantu dalam menjaga domba-domba Laban yang jumlahnya besar itu, tetapi dia sendirilah yang bertanggung jawab atas semuanya itu. Selama waktu-waktu yang tertentu dalam setiap tahun adalah perlu baginya untuk selalu hadir di tengah-tengah kawanan domba itu, untuk menjaga mereka pada musim kemarau dari bahaya kehausan, dan pada waktu musim dingin agar domba-domba itu tidak kedinginan oleh kabut malam yang sangat tebal itu. Yakub adalah gembala pemimpin; hambahamba yang bekerja di bawah pimpinannya itu adalah gembala-gembala bawahan. Jikalau seekor domba itu hilang, gembala pemimpin itu yang harus bertanggung jawab untuk membayar kerugiannya; dan ia akan memanggil hamba-hambanya itu yang kepadanya telah dipercayakan untuk menjaga kawanan domba itu, untuk mempertanggungjawabkannya seandainya domba itu tidak diperoleh kembali dalam keadaan yang baik. SPN 218.2

Kehidupan gembala yang rajin dalam menjaga dan belas kasihannya yang dinyatakan kepada binatang-binatang yang tidak berdaya yang telah dipercayakan kepada tanggungan mereka itu, telah dipakai oleh penulis-penulis yang diilhami untuk menggambarkan beberapa dari antara kebenaran-kebenaran yang paling indah dari pada Injil. Kristus dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya, dibandingkan kepada seorang gembala. Setelah jatuh ke dalam dosa, Ia melihat bahwa domba-Nya harus binasa di dalam jalan-jalan dosa yang gelap. Untuk menyelamatkan yang tersesat ini, Ia telah meninggalkan kehormatan serta kemuliaan rumah Bapa-Nya. Ia berkata, “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuat-kan.” Aku akan “menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa.” “Mereka tidak lagi menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa dan binatang liar tidak akan menerkam mereka. Yehezkiel 34:16, 22, 28. Suara-Nya terdengar memanggil mereka untuk datang ke kandang-Nya, “pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan sebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan.” Yesaya 4:6. Penjagaan-Nya kepada domba-domba itu tidak mengenal lelah. Ia menguatkan yang lemah meringankan yang menderita, mengumpulkan domba itu dalam tanganNya, dan memangku mereka itu pada pelukannya. Domba-Nya mengasihi Dia. “Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Yohanes 10:5. SPN 219.1

Kristus berkata: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. la lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Yohanes 10:11-14. SPN 219.2

Kristus, gembala pemimpin itu, telah mempercayakan penjagaan kawanan domba kepada pendeta-pendeta-Nya sebagai gembala bawahan; la menyuruh agar mereka mempunyai perhatian yang sama seperti yang ditunjukkan-Nya, dan merasakan sucinya tanggung jawab yang telah dipercayakan oleh-Nya kepada mereka. Dengan khidmat ia telah memerintahkan agar mereka setia untuk memberi makan domba itu, untuk menguatkan yang lemah, menghidupkan kembali yang pingsan, dan melindungi mereka dari serigala-serigala yang membinasakan. SPN 220.1

Untuk menyelamatkan domba-domba-Nya, Kristus telah menyerahkan hidup-Nya; dan Ia menunjukkan kepada gembala-gembala bawahannya itu kasih yang telah dinyatakan-Nya itu, sebagai teladan bagi mereka. Tetapi “orang upahan yang bukan gembala . . . dan lagi domba itu bukan miliknya sendiri,” tiada memiliki perhatian yang sesungguhnya terhadap kawanan domba itu. Ia bekerja semata-mata untuk mendapat keuntungan, dan ia hanya mempedulikan dirinya sendiri. Ia hanya mempelajari cara untuk memperoleh keuntungan diri sendiri gantinya memperhatikan tugasnya; dan dalam keadaan bahaya ia akan lari serta meninggalkan kawanan dombanya. SPN 220.2

Rasul Petrus memberikan nasihat bagi gembala-gembala bawahan: “Gembalakan kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” 1 Petrus 5:2, 3. Paulus berkata, “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.” Kisah 20:28, 29. SPN 220.3

Semua yang merasa terpaksa akan tugas serta beban yang menjadi tanggungan dari gembala-gembala yang setiawan ditempelak oleh rasul: “Jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Gembala pemimpin itu dengan rela akan membiarkan pergi semua gembala-gembala yang tidak setia seperti itu. Gereja Kristus telah dibeli oleh darah-Nya, dan setiap gembala harus menyadari bahwa domba-domba yang ada di bawah penjagaannya itu mempunyai harga yang tidak terbatas. Ia harus menganggap masing-masing domba itu mempunyai nilai yang tidak terhitung, dan di dalam usahanya harus dengan tidak mengenal lelah untuk menjaga agar semuanya itu tetap dalam keadaan sehat dan segar bugar. Gembala yang dipenuhi oleh Roh Kristus akan meneladani sifat penyangkalan diri-Nya, senantiasa mengusahakan kesejahteraan domba-dombanya; dari kawanan domba itu pun akan makmur di bawah pemeliharaannya. Semua akan dimintai pertanggungan jawab atas pelayanan mereka. Majikan itu akan menuntut kepada setiap gembala, “Di manakah kawanan temak yang diberikan kepadamu, kambing domba yang menjadi kemuliaanmu.’ Yeremia 13:20. Ia yan'g ternyata setia akan menerima pahala yang besar. “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang,” kata rasul, “kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.” 1 Petrus 5:4. SPN 221.1

Apabila Yakub, setelah merasa letih bekerja bagi Laban, merencanakan untuk kembali ke Kanaan, ia berkata kepada mertuanya, “Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku. Berikanlah istri-istriku dan anak-anakku, yang menjadi upahku selama aku bekerja padamu, supaya aku pulang, sebab engkau tahu, betapa keras aku bekerja padamu.” Tetapi Laban tetap mendesak agar ia tetap tinggal, sambil berkata, “Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau.” la menyadari bahwa kemakmurannya itu bertambah-tambah di bawah pengawasan Yakub. SPN 221.2

Yakub berkata, “Sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat.” Tetapi apabila waktu berlalu, Laban merasa iri hati dengan kemakmuran Yakub yang lebih besar, “maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai.” Anak-anak lelaki Laban juga ikut merasa cemburu, dan kata-kata jahat mereka sampai ke telinga Yakub: “Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya.” SPN 221.3

Sebenarnya Yakub sudah lama meninggalkan kaum keluarganya yang licik ini kalau saja bukan karena takutnya terhadap Esau. Sekarang ia merasa bahwa ia ada dalam bahaya dari anak-anak Laban yang karena ingin menguasai harta miliknya, mungkin akan berusaha untuk merebutnya dengan jalan kekerasan. Ia ada dalam keadaan susah dan cemas, tidak mengetahui jalan mana yang harus ditempuh. Tetapi teringat kepada janji yang indah di Betel, ia menyampaikan persoalannya kepada Allah serta meminta petunjuk daripada-Nya. Di dalam sebuah mimpi, doanya telah dijawab: “Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.” SPN 222.1

Kepergian Laban memberikan kesempatan kepada Yakub untuk pergi meninggalkan tempat itu. Kawanan kambing dombanya dengan cepat dikumpulkan dan diberangkatkan, dan bersama-sama dengan istri-istri, anak-anak dan hamba-hambanya Yakub telah menyeberangi Sungai Efrat menuju ke Gilead, di perbatasan tanah Kanaan. Setelah tiga hari perjalanan Laban mengetahui bahwa mereka telah melarikan diri, dan ia pun mengejarnya, dan berhasil menyusul rombongan Yakub pada hari yang ketujuh dari perjalanan mereka. Kemarahannya meluap-luap dan Laban bermaksud untuk menyuruh mereka kembali; hal ini pasti dapat dilakukannya mengingat bahwa pengikutnya jauh lebih kuat daripada Yakub. Para pengungsi itu benar-benar berada dalam bahaya. SPN 222.2

Bahwa ia tidak melaksanakan niatnya yang jahat itu adalah disebabkan oleh karena Allah sendiri telah campur tangan untuk melindungi hamba-Nya. “Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu,” kata Laban, “tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah kata membujuk dia dengan tipu daya. SPN 222.3

Laban telah menahan mas kawin anak-anak perempuannya, dan selalu mempertahankan Yakub dengan tipu daya dan kekerasan; tetapi dengan menyembunyikan perasaan hati yang sebenarnya sekarang ini, ia memarahi Yakub yang telah lari dengan sembunyi-sembunyi sehingga tidak memberikan kepadanya kesempatan untuk mengadakan pesta perpisahan ataupun mengucapkan selamat jalan kepada anak-anaknya dan cucunya. SPN 223.1

Sebagai jawabnya Yakub menyatakan sikap Laban yang serakah dan mementingkan diri sendiri, dan meminta agar Laban mau mengakui kesetiaannya serta kejujurannya. Kata Yakub, “Seandainya Allah ayahku, Allah Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan hampa; tetapi kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Allah dan Ia telah menjatuhkan putusan tadi malam.” SPN 223.2

Laban tidak dapat menyangkal kenyataan yang telah dikemukakan, dan sekarang ia bermaksud mengadakan satu perjanjian untuk berdamai. Yakub menyetujui rencana itu, dan setumpuk batu didirikan sebagai satu perjanjian. Timbunan batu itu oleh Laban dinamai Mizpa, “menara penjaga,” sambil berkata: “Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau—timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkau pun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat.” Untuk meneguhkan perjanjian itu kedua belah pihak telah mengadakan pesta. Malam itu dilalui dengan suasana persahabatan. Dan pada waktu fajar menyingsing keesokan harinya Laban beserta rombongannya berangkat dari tempat itu. Dengan perpisahan ini putuslah segala hubungan antara anak-anak Abraham dengan penduduk Mesopotamia. SPN 223.3