Sejarah Para Nabi

10/38

8 - Setelah Air Bah

Air mencapai ketinggian lima belas hasta di atas gunung-gunung SPN 112.1

yang tertinggi. Sering nampaknya kepada keluarga Nuh yang ada di dalam bahtera itu bahwa mereka pun harus binasa juga, karena selama lima bulan lamanya bahtera mereka telah diombang-ambingkan oleh angin dan gelombang. Hal itu merupakan satu ujian yang berat; tetapi iman Nuh tidak goncang, karena ia mempunyai jaminan bahwa tangan Ilahi sedang memegang kemudi. SPN 112.2

Apabila air mulai surut, Tuhan membiarkan bahtera itu hanyut ke satu tempat yang terlindung oleh sekelompok gunung-gunung yang telah dipelihara oleh kuasa-Nya. Gunung-gunung ini berdekatan satu dengan yang lain, dan bahtera itu bergerak masuk ke dalam pelabuhan yang teduh ini dan tidak lagi hanyut di tengah-tengah samudera yang tidak terbatas itu. Hal ini telah memberikan satu kelegaan kepada penumpang-penumpang bahtera yang sudah letih karena diombangambingkan oleh topan. SPN 112.3

Nuh dan keluarganya dengan cemas menunggu-nunggu bertambah surutnya air karena mereka sudah rindu tinggal di daratan lagi. Empat puluh hari setelah puncak-puncak gunung kelihatan, mereka telah melepaskan seekor burung gagak, seekor burung yang cekatan, untuk menyelidiki apakah bumi ini sudah kering. Burung ini, oleh karena ti dak menemukan apa-apa kecuali air, terus menerus terbang dari dan ke bahtera. Tujuh hari kemudian seekor burung merpati dilepaskan, yang oleh karena tidak mendapati tempat untuk hinggap telah kembali lagi ke bahtera. Nuh menunggu tujuh hari lagi dan sekali lagi melepaskan seekor burung merpati. Pada waktu ia kembali pada petang hari dengan sehelai daun pohon zaitun di paruhnya, mereka pun bersuka ria. Kemudian “Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.” Dengan sabar ia tetap menunggu di dalam bahtera. Sebagaimana ia telah masuk dalam bahtera atas perintah Allah, demikian pula ia menunggu perintah untuk meninggalkannya. SPN 112.4

Akhimya seorang malaikat turun dari surga, membuka pintu bahtera yang besar itu dan memerintahkan Nuh dengan keluarganya pergi ke daratan dan membawa segala sesuatu yang hidup bersama-sama dengan mereka. Dalam kegembiraan oleh karena mereka telah selamat, Nuh tidak melupakan Dia yang oleh penjagaan-Nya, mereka telah dipelihara. Tindakannya yang pertama setelah meninggalkan bahtera itu adalah mendirikan sebuah mezbah dan mempersembahkan satu korban dari segala jenis hewan dan burung yang halal, sebagar pernyataan syukur mereka kepada Allah atas keselamatan mereka dan juga iman mereka di dalam Kristus, korban yang besar itu. Persembahan itu telah menyenangkan hati Allah; dan sebagai akibatnya, mereka sudah menerima satu berkat, bukan saja untuk Nuh dan keluarganya tetapi juga bagi semua orang yang hidup di dunia ini. “Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” Di sini terdapat satu pelajaran bagi generasi-generasi mendatang. Nuh telah mendarat di satu bumi yang sunyi senyap, tetapi sebelum ia membangun sebuah rumah bagi dirinya ia telah mendirikan sebuah mezbah bagi Allah. Kawanan temaknya sedikit, dan telah dipelihara dengan kerja keras; tetapi dengan gembira ia telah memberikan sebagian kepada Tuhan sebagai satu pengakuan bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya. Demikian pula haruslah menjadi perhatian kita yang pertama untuk memberikan persembahan sukarela kepada Allah. Setiap pernyataan rahmat dan kasih-Nya terhadap kita harus kita akui dengan rasa syukur, dengan pengabdian dan juga dengan pemberian-pemberian untuk pekerjaan-Nya. SPN 113.1

Agar supaya awan tebal dan hujan yang turun tidak menyebabkan kegentaran yang terus menerus di dalam hati manusia, serta rasa takut akan datangnya air bah lagi, maka Tuhan telah memberikan kepada keluarga Nuh satu janji: “Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu ... tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi . . . Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa....” SPN 114.1

Betapa besamya keridlaan serta belas kasih Allah bagi makhluk yang berdosa, dengan menciptakan pelangi yang indah di awan-awan sebagai satu tanda perjanjian-Nya dengan manusia! Tuhan mengatakan bahwa apabila Ia melihat pelangi itu, Ia akan mengingat janji-Nya. Ini tidaklah mengartikan bahwa Ia bisa jadi lupa; tetapi Ia berkata-kata kepada kita dalam bahasa manusia agar kita dapat mengerti akan Dia dengan lebih baik lagi. Allah bermaksud bahwa apabila anak-anak dari generasi mendatang menanyakan tentang pelangi yang indah yang terbentang di langit itu, maka orangtua mereka harus mengulangi kembali cerita tentang air bah dan menceritakan kepada mereka bahwa Yang Mahatinggi telah menjadikan pelangi itu, dan menempatkannya di awan-awan sebagai satu jaminan bahwa air tidak lagi akan menutupi bumi ini. Jadi dari generasi ke generasi itu akan menyaksikan tentang kasih Ilahi kepada manusia, dan akan menguatkan kepercayaannya di dalam Tuhan. SPN 114.2

Di surga satu bentuk yang menyerupai sebuah pelangi melingkari takhta Allah dan menaungi kepala Kristus. Nabi berkata: “Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan Tuhan.” Yehezkiel 1:28. Rasul Yohanes berkata: “Lihatlah, sebuah takhta terdiri di surga, dan di takhta itu duduk Seorang. . . .dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.” Wahyu 4:2, 3. Apabila manusia oleh kejahatannya yang besar telah mengundang pehukuman Ilahi, Juruselamat, yang menjadi perantara manusia dengan Allah Bapa, menunjukkan kepada pelangi di awan-awan, kepada pelangi di sekeliling takhta-Nya dan di atas kepalaNya, sebagai satu tanda rahmat Allah kepada orang yang berdosa yang bertobat. SPN 114.3

Bersama dengan jaminan yang telah diberikan kepada Nuh, sehubungan dengan air bah, Allah sendiri telah memberikan juga salah satu dari pada janji-janji yang paling indah tentang anugerah-Nya. Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.’ Yesaya 54.9, 10. SPN 115.1

Apabila Nuh melihat binatang-binatang buas yang kuat itu turun bersama dengan dia meninggalkan bahtera itu, ia merasa takut bahwa keluarganya, yang jumlahnya hanya delapan orang saja, akan dibinasakan oleh mereka. Tetapi Tuhan telah mengutus seorang malaikat kepada hamba-Nya itu, dengan satu pekabaran yang memberikan jaminan: “Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Kejadian 9:2. Sebelum waktu itu Tuhan tidak pernah memberikan izin kepada manusia untuk makan daging binatang; Ia bermaksud agar umat manusia hidup dengan sepenuhnya dari hasil-hasil bumi saja, tetapi sekarang oleh karena segala tumbuh-tumbuhan itu telah dibinasakan, Ia mengizinkan manusia memakan daging binatang yang halal, yang telah terpelihara di dalam bahtera. SPN 115.2

Seluruh permukaan bumi ini telah berubah pada waktu air bah. Satu kutuk yang ketiga yang mengerikan itu jatuh ke atasnya sebagai akibat dosa. Apabila air mulai surut, bukit-bukit dan gunung-gunung dikelilingi oleh satu laut yang kotor dan luas. Di mana-mana mayat manusia dan binatang bergelimpangan. Tuhan tidak membiarkan semuanya itu membusuk dan mengotori udara, oleh sebab itu Ia telah menjadikan bumi ini sebagai suatu kuburan yang luas. Angin topan yang didatangkan Tuhan untuk mengeringkan air itu, telah memindahkan bangkai-bangkai itu dengan suatu kekuatan yang besar sekali, bahkan di beberapa tempat telah melanda puncak-puncak gunung, pohon-pohon, batu karang dan tanah serta menimbun ke atas bangkai-bangkai itu. Dengan cara yang serupa pula perak dan emas, kayu-kayu yang terpilih, dan batu-batu permata yang telah memperkaya serta menghiasi bumi sebelum air bah itu, dan yang telah dijadikan berhala oleh manusia, telah disembunyikan dari penglihatan manusia, goncangan air yang dahsyat itu telah menyebabkan tertimbunnya harta benda ini di bawah tanah, dan batu-batu karang dan di beberapa tempat malahan gunung-gunung telah terbentuk dan menimbun semuanya itu. Tuhan memperhatikan bahwa lebih Ia memperkaya dan menjadikan makmur manusia yang berdosa, mereka itu menjadi lebih jahat lagi di hadapan-Nya. Harta benda yang seharusnya telah mengajak mereka memuliakan Pemberi yang dermawan itu, telah disembah, sementara Allah telah dihina dan dicemoohkan. SPN 115.3

Bumi ini telah memberikan satu penampilan yang penuh kekacauan serta kehancuran yang tidak mungkin untuk digambarkan. Gunung-gunung yang dulunya begitu berimbang dan sempuma dalam keindahannya, sekarang telah terpecah-pecah tidak menentu. Batu-batu, tubir-tubir, dan batu karang yang tajam tersebar di permukaan bumi ini. Di banyak tempat bukit-bukit dan gunung-gunung telah musnah tanpa bekas; dan di tempat lain padang-padang datar telah diganti dengan gunung-gunung. Perubahan-perubahan seperti ini lebih mencolok di tempat-tempat tertentu dibandingkan dengan tempat yang lainnya. Di tempat yang dulunya merupakan bagian yang paling kaya oleh emas, perak dan batu-batu permata, sekarang ini di tempat-tempat itu terlihat tanda-tanda kutuk yang paling hebat. Dan di tempat-tempat yang tidak dihuni oleh manusia, di mana kejahatan paling jarang terjadi, kutuknya lebih ringan. SPN 116.1

Pada waktu itu hutan-hutan belantara telah terkubur. Semenjak itu hutan-hutan kayu tadi telah berubah menjadi batubara, membentuk tambang-tambang batubara yang ada sekarang ini, dan juga menghasilkan minyak dalam jumlah yang banyak sekali. Batubara dan minyak tersebut sering terbakar di bawah permukaan bumi. Dengan demikian batubatu karang menjadi panas, batu-batu kapur terbakar dan biji-biji besi meleleh. Berpadunya air dengan kapur telah menambah hebatnya panas itu, dan menimbulkan gempa-gempa bumi, gunung-gunung api serta ledakan-ledakan yang menyemburkan api. Apabila api dan air berpadu dengan batu-batu karang, dan biji-biji besi, maka terjadilah ledakanledakan hebat di bawah tanah yang gemuruh seperti guntur. Udara menjadi panas dan menyesakkan. Ledakan-ledakan gunung api mengikutinya; dan hal-hal ini sering menyebabkan tersumbatnya aliran udara ke unsurunsur yang panas itu, bumi ini sendiri bergoncang, tanah bergerak seperti ombak laut, retak-retak yang besar dan kadang-kadang kota-kota besar, kampung-kampung, gunung-gunung yang menyala itu ditelan olehnya. Gejala-gejala yang dahsyat seperti ini akan sering terjadi pada waktu menjelang kedatangan Kristus dan kesudahan dunia ini, sebagai tanda-tanda kebinasaannya yang segera. SPN 116.2

Bagian bawah bumi ini adalah gudang mesiu Allah, dan mana senjata-senjata itu diambil untuk membinasakan dunia yang tua ini. Air yang menyembur ke luar dari bumi bergabung dengan air yang turun dari langit untuk menghancurkan bumi. Semenjak air bah itu, api sebagaimana halnya air itu, juga adalah merupakan alat-alat yang dipakai Tuhan untuk membinasakan kota-kota yang jahat. Pehukuman-pehukuman seperti ini dijatuhkan agar mereka yang meremehkan hukum Allah, dan menginjak-injak kekuasaan-Nya merasa gentar di hadapan kuasa-Nya, dan mengakui pemerintahan-Nya yang adil. Apabila manusia menyaksikan ledakan gunung-gunung yang telah menyemburkan api serta hujan pasir yang panas, mengeringkan sungai-sungai, menimbun kota-kota yang padat penduduknya, dan menyebabkan kehancuran serta kebinasaan di mana-mana; hati yang paling keras pun telah dipenuhi oleh kegentaran, dan orang-orang yang tidak percaya dan yang suka menghujat telah dipaksa mengakui kuasa Allah yang tidak terbatas itu. SPN 117.1

Sehubungan dengan kejadian-kejadian seperti ini, nabi-nabi di zaman dulu telah berkata: “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu—seperti api membuat ranggas menyala-nyala dan seperti api membuat air mendidih—untuk membuat nama-Mu dikenal oleh lawan-lawan-Mu, sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapan-Mu, karena Engkau melakukan kedahsyatan yang tidak kami harapkan, seperti tidak pernah didengar orang sejak dahulu kala!” Yesaya 64:1-3. “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.” Nahum 1:3,4. SPN 117.2

Kejadian-kejadian yang lebih dahsyat dari apa yang pernah disaksikan oleh dunia ini, akan terjadi pada waktu kedatangan Kristus yang kedua kali. “Gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya, dunia serta seluruh penduduknya. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang tahan tegak terhadap murka-Nya yang bernyala-nyala?” Nahum 1:5, 6. “Ya Tuhan, tekukkanlah langit-Mu dan turunlah, sentuhlah gunung-gunung, sehingga berasap! Lontarkanlah kilat-kilat dan serakkanlah mereka, lepaskanlah panah-panah-Mu, sehingga mereka kacau!” Mazmur 144:5,6. SPN 118.1

“Dan Aku akan mengadakan mukjizat-mukjizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap.” Kisah 2:19. “Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung. Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.” Wahyu 16:18,20,21. SPN 118.2

Sementara kilat dari langit bergabung dengan api di bumi ini, gunung-gunung akan terbakar seperti dapur api dan akan menyemburkan aliran lahar yang dahsyat sekali, melanda kebun dan ladang, kampungkampung dan kota-kota besar. Lahar panas yang mengalir dan jatuh ke dalam sungai akan menyebabkan airnya mendidih, melemparkan batubatu karang yang besar dengan kekuatan yang tidak dapat dibayangkan serta menyebarkan pecahan-pecahannya di atas permukaan bumi. Sungaisungai akan jadi kering. Bumi akan bergoncang; di mana-mana akan terjadi gempa-gempa bumi yang hebat disertai ledakan-ledakan. SPN 118.3

Demikianlah Allah akan membinasakan orang jahat dan melenyapkannya dari dunia ini. Tetapi orang-orang benar akan dipelihara di tengah-tengah bencana tersebut, sebagaimana Nuh telah dipelihara di dalam bahtera. Tuhan akan menjadi tempat perlindungan mereka dan di bawah naung-Nya mereka akan berharap. Pemazmur berkata. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu. Mazmur 91: 9, 10. “Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Mazmur 27.5. Janji A ah adalah, “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengena nama-Ku. Mazmur 91:14. SPN 119.1