Sejarah Para Nabi

9/38

7 - Air Bah

Pada zaman Nuh suatu kutuk yang berganda menimpa bumi ini sebagai akibat pelanggaran Adam dan pembunuhan yang dilakukan oleh Kain. Namun demikian hal itu tidak begitu banyak mengubah wajah alam ini. Memang jelas ada tanda-tanda kebusukan tetapi bumi ini masih tetap kaya dan indah di dalam pemberian Allah. Bukit-bukit dimahkotai oleh pepohonan yang indah yang menunjang pokok anggur yang sarat oleh buah-buahnya. Padang-padang yang luas yang menyerupai taman ditutupi oleh ribuan bunga. Buah-buahan yang ada di bumi ini beraneka ragam dan hampir-hampir tidak terbatas jumlahnya. Pohon-pohon pada waktu itu jauh melebihi pohon apa pun yang ada sekarang ini di dalam ukuran, keindahan serta kesempumaan bentuknya; kayunya menunjukkan adanya lapisan-lapisan yang indah serta terbuat dari bahan yang keras dan tahan seperti batu. Emas, perak dan batu-batu permata berlimpah banyaknya. SPN 95.1

Umat manusia masih memiliki kesegarannya yang semula. Tetapi beberapa generasi telah berlalu sejak Adam masih diperkenankan memakan buah alhayat yang dapat memperpanjang hidup; dan umur manusia masih diukur dengan abad. Seandainya manusia yang berumur panjang dengan kesanggupan yang tiada taranya untuk berencana dan bekerja itu telah mengabdikan diri untuk melayani Tuhan, mereka tentu akan menjadikan nama Khalik itu satu kepujian di atas dunia ini dan mereka akan merupakan wujud dari maksud Tuhan dalam menjadikan mereka. Tetapi mereka telah gagal melakukan hal ini. Pada masa itu banyak raksasa-raksasa, manusia yang memiliki tubuh dan kekuatan yang besar, terkenal bijaksana, ahli dalam merancang pekerjaan yang paling indah dan mengagumkan; tetapi kesalahan mereka dengan membiarkan diri dalam kejahatan adalah sebanding dengah kesanggupan mental serta keahlian mereka. SPN 95.2

Tuhan mengaruniakan kepada orang-orang yang hidup sebelum air bah ini banyak pemberian; tetapi mereka telah menggunakan kelimpahan itu untuk meninggikan diri sendiri dan telah mengubahkannya menjadi laknat dengan memusatkan perhatian mereka kepada pemberianpemberian tersebut gantinya kepada Dia yang telah memberikannya. Mereka menggunakan emas, perak, batu-batu permata serta kayu-kayu yang indah dan terpilih untuk membangun tempat tinggal mereka dan berusaha untuk saling melebihi satu terhadap yang lainnya dalam keindahan rumah dengan hasil pekerjaan orang-orang yang ahli. Mereka berusaha hanya untuk memuaskan keinginan hati mereka yang sombong dan bersuka-suka dalam kepelesiran dan kejahatan. Dengan tidak menginginkan Allah ada di dalam pengetahuan mereka, segera mereka pun menyangkal adanya Allah. Mereka mengagungkan alam sebagai pengganti Allah yang menjadikan alam ini. Mereka meninggikan kepandaian manusia, menyembah hasil pekerjaan tangan mereka dan mengajar anak-anak mereka menyembah sujud kepada patung-patung ukiran. SPN 96.1

Di padang-padang hijau dan di bawah naungan pohon-pohon yang rindang mereka mendirikan mezbah untuk berhala mereka. Hutan-hutan kayu yang luas, yang daunnya tetap tumbuh sepanjang tahun ditahbiskan untuk penyembahan dewa-dewa palsu. Dengan hutan-hutan kayu ini dihubungkan taman-taman yang indah, jalan-jalannya yang panjang dan berliku-liku itu ditudungi oleh segala macam pohon yang berbuah lebat, dihiasi oleh patung-patung ukiran dan dilengkapi dengan segala sesuatu yang dapat menyenangkan perasaan serta menimbulkan nafsu berahi orang banyak, sehingga mereka pun dirangsang untuk ambil bagian dalam penyembahan berhala. SPN 96.2

Manusia menyisihkan Allah dari pengetahuan mereka dan menyembah barang-barang hasil ciptaan angan-angan pikiran mereka; dan sebagai akibatnya mereka pun menjadi lebih merosot lagi. Pemazmur menggam-barkan akibat yang ditimbulkan oleh penyembahan berhala terhadap diri mereka. Ia berkata, “Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.” Mazmur 115:8. Adalah satu kaidah dari pada pikiran manusia bahwa oleh memandang kita diubahkan. Manusia tidak akan naik lebih tinggi daripada pandangannya tentang kebenaran, kemurnian serta kesucian. Jikalau pikiran tidak ditinggikan melebihi taraf kemanusiaan, jikalau itu tidak diangkat oleh iman untuk merenung-renungkan kasih serta hikmat yang tak terbatas itu, maka manusia akan terus terbenam lebih dalam lagi. Penyembah dewa-dewa yang palsu mengenakan sifat-sifat serta nafsu kemanusiaan kepada dewa-dewa tersebut sehingga dengan demikian ukuran tabiat dewa-dewa itu merosot menjadi setaraf dengan manusia yang berdosa. Dan sebagai akibatnya mereka menjadi cemar. “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata ...bumi ini telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.” Tuhan telah memberikan kepada manusia hukum-hukum-Nya sebagai peraturan hidup, tetapi hukum-Nya itu dilanggar dan sebagai akibatnya timbullah segala macam dosa. Kejahatan manusia dilakukan dengan terang-terangan, keadilan diinjak-injak dan teriakan orang-orang yang teraniaya naik sampai ke surga. SPN 97.1

Beristri banyak telah mulai dipraktikkan pada waktu itu, bertentangan dengan rencana Ilahi pada mulanya. Tuhan memberikan kepada Adam seorang istri untuk menunjukkan peraturan-Nya yang berkaitan dengan hal itu. Tetapi setelah jatuh ke dalam dosa, manusia memilih untuk mengikuti kemauannya sendiri yang penuh dengan dosa itu, dan sebagai akibatnya kejahatan dan kemalangan bertambah-tambah dengan cepatnya. Hubungan pernikahan dan hak milik seseorang tidak lagi diindahkan. Siapa saja yang ingin istri atau harta benda orang lain bisa saja mengambilnya dengan paksa, dan manusia pun bersuka-suka dalam perbuatan yang kejam. Mereka senang membunuh binatang-binatang. dan penggunaan daging sebagai makanan menjadikan mereka lebih kejam dan lebih haus darah lagi sampai akhimya mereka menjadi tidak acuh sama sekali terhadap nyawa manusia. SPN 97.2

Pada waktu itu dunia masih seperti bayi; tetapi kejahatan telah begitu dalam dan merajalela sehingga Allah tidak dapat membiarkannya lagi; dan Ia berkata, “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi.” Ia mengatakan bahwa roh-Nya tidak akan selalu bergumul dengan umat yang berdosa. Jikalau mereka tidak berhenti mencemari bumi ini dan segala kekayaannya dengan dosa-dosa mereka, Ia akan melenyapkan mereka, dan juga akan membinasakan perkaraperkara yang dengannya Tuhan telah memberkati mereka; Ia akan menyapu bersih binatang-binatang dari padang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah memberikan makanan yang berkelimpahan, dan akan mengubah bumi yang indah ini menjadi satu keadaan yang sunyi senyap dan rusak binasa. Di tengah-tengah kejahatan yang merajalela, Metusalah, Nuh, dan banyak lagi yang lain, telah berUsaha untuk tetap menghidupkan pengetahuan akan Allah yang benar, dan membendung arus kejahatan akhlak. Seratus dua puluh tahun sebelum air bah, Tuhan melalui seorang malaikat yang suci menyatakan kepada Nuh akan maksud-Nya, dan memerintahkannya untuk membuat sebuah bahtera. Sementara membuat bahtera ia harus berkhotbah bahwa Tuhan akan menurunkan air bah ke atas bumi untuk membinasakan orang-orang jahat itu. Mereka yang percaya akan pekabaran itu, dan mau bersedia untuk menghadapi peristiwa itu melalui pertobatan serta pembaruan, akan memperoleh pengampunan dan akan diselamatkan. Henokh telah mengulangi kepada anak-anaknya apa yang telah dinyatakan Tuhan kepadanya sehubungan dengan air bah. Dan Metusalah serta anakanaknya, yang sempat mendengarkan khotbah Nuh ikut membantu membuat bahtera itu. SPN 98.1

Allah telah memberikan kepada Nuh ukuran bahtera dengan tepat, dan petunjuk-petunjuk yang saksama sehubungan dengan pembuatan bahtera itu sampai kepada perkara yang sekecil-kecilnya. Hikmat manusia tidak akan dapat merencanakan suatu bentuk yang begitu kukuh. Allah adalah perancangnya dan Nuh adalah pembangun utamanya. Itu telah dibangun seperti kerangka sebuah kapal laut agar dapat mengapung di atas air, tetapi dalam beberapa hal itu lebih menyerupai sebuah rumah. Tingginya saja tiga tingkat, tetapi hanya mempunyai sebuah pintu yang terdapat di bagian sampingnya. Cahaya masuk dari atas dan kamarkamarnya diatur sedemikian rupa sehingga semuanya memperoleh terang. Bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan bahtera ini adalah kayu gofir yang tidak akan lapuk ratusan tahun lamanya. Pembangunan bahtera raksasa ini merupakan satu proses yang lambat dan membutuhkan kerja keras. Oleh karena besarnya serta jenis pohon-pohon itu, maka kerja yang lebih berat lagi diperlukan pada waktu itu daripada saat sekarang ini untuk menyediakan kayu-kayunya, sekalipun orang-orang pada zaman itu mempunyai tenaga yang lebih kuat. Segala usaha manusia dikerahkan agar pekerjaan itu sempuma, tetapi bahtera itu sendiri tidak akan sanggup untuk bertahan terhadap topan yang akan datang ke atas bumi ini. Hanya Allah saja dapat memelihara hamba-hamba-Nya yang berada di tengah-tengah topan dan gelombang itu. SPN 98.2

“Karena iman, maka Nuh—dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan—dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran sesuai dengan imannya.” Ibrani 11:7. Sementara Nuh menyampaikan amarannya kepada dunia ini, usaha pekerjaannya memberikan bukti kesungguh-sungguhannya. Dengan cara seperti itu imannya disempurnakan dan menjadi nyata sekali. Ia memberikan kepada dunia ini satu teladan untuk mempercayai apa yang dikatakan Allah. Apa yang ia miliki dipakai untuk membangun bahtera itu. Apabila ia memulai pembangunan bahtera raksasa itu di atas bumi yang kering, orang banyak datang dari segala penjuru untuk melihat sesuatu yang ganjil dan untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, oleh pengkhotbah yang luar biasa itu. Setiap pukulan tvikang terhadap bahtera itu merupakan satu kesaksian kepada orang banyak. SPN 99.1

Mula-mula banyak orang yang kelihatannya menerima amaran itu; tetapi mereka tidak berpaling kepada Allah dengan pertobatan yang sejati. Mereka tidak mau meninggalkan dosa-dosa mereka. Selama waktu yang berlangsung sebelum air bah itu datang, iman mereka telah diuji tetapi mereka gagal untuk menghadapinya. Dikalahkan oleh ketidakpercayaan mereka yang sedang merajalela waktu itu, akhimya mereka bergabung dengan sahabat-sahabat lamanya untuk menolak pekabaran yang khidmat itu. Beberapa orang benar-benar merasa dirinya berdosa dan mau memperhatikan amaran itu; tetapi begitu banyak yang mengolok-olok serta mencemoohkan sehingga mereka dengan roh yang sama telah menolak undangan yang penuh rahmat itu, dan dengan segera mereka pun menjadi pengolok-olok yang paling berani; karena tidak ada seorang pun yang lebih takabur dan pergi begitu jauh dalam dosa seperti mereka yang dulunya mempunyai terang kebenaran, tetapi menolak Roh Allah yang dapat meyakinkan. SPN 99.2

Orang-orang dalam generasi itu tidak semuanya penyembalahpenyembah berhala, dalam sepenuh arti kata itu. Banyak yang mengaku sebagai penyembah Allah. Mereka berpendapat bahwa berhala-berhala mereka adalah sekadar gambaran Tuhan agar mereka bisa memperoleh pemikiran yang lebih jelas tentang Pribadi Ilahi itu. Golongan inilah yang paling gigih menolak pekabaran Nuh. Apabila mereka berusaha untuk menggambarkan Allah dengan benda-benda materi, pikiran mereka dibutakan terhadap kuasa dan keagungan-Nya; mereka tidak lagi dapat menyadari kesucian tabiat-Nya yang tidak dapat diubahkan itu. Apabila dosa menjadi umum, lalu hal itu tidak lagi kelihatan keji seperti sebelumnya, dan akhimya mereka menyatakan bahwa hukum Ilahi tidak berlaku lagi; bahwa adalah bertentangan dengan tabiat Allah untuk menghukum orang yang melanggar; dan mereka menyangkal bahwa hukum-Nya akan dijatuhkan ke atas bumi ini. Apabila orang-orang dalam generasi itu telah menurut hukum Ilahi, mereka akan dapat menyadari suara Allah di dalam amaran yang diucapkan oleh hamba-Nya; tetapi pikiran mereka telah begitu digelapkan oleh penolakan terhadap terang kebenaran itu sehingga mereka mempercayai bahwa pekabaran Nuh itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. SPN 100.1

Bukanlah orang banyak atau suara terbanyak yang berada di pihak yang benar. Dunia ini berbaris melawan keadilan Allah dan hukum- hukum-Nya, dan Nuh dianggap sebagai orang fanatik. Setan pada waktu menggoda Hawa untuk melanggar perintah Allah, berkata kepadanya, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.” Kejadian 3:4. Orang-orang besar, orang-orang dunia yang terhormat dan bijaksana mengulangi hal yang sama itu. “Ancaman Allah,” kata mereka, adalah sekadar untuk menakut-nakuti dan tidak pernah akan menjadi kenyataan. Engkau tidak perlu panik. Kejadian-kejadian seperti kehancuran dunia oleh Allah yang telah menciptakan-Nya dan hukuman terhadap makhluk-makhluk yang telah dijadikan-Nya tidak pernah akan terjadi. Tenang-tenang saja, dan jangan takut. Nuh adalah seorang yang fanatik. Dunia mengolok-olok kebodohan orang tua yang tertipu itu. Gantinya merendahkan diri di hadapan Allah, mereka terus hidup dalam pelanggaran dan kejahatan, seolah-olah Allah tidak pernah berkata-kata kepada mereka melalui hamba-Nya. SPN 100.2

Tetapi Nuh berdiri teguh bagaikan batu karang di tengah-tengah terpaan badai. Dikelilingi oleh olokan dan cemoohan orang banyak, ia kelihatan berbeda oleh karena ketulusan serta kesetiaannya yang tidak tergoncangkan itu. Suatu kuasa menyertai kata-katanya, karena itu adalah suara Allah kepada manusia melalui hamba-Nya. Hubungan dengan Allah menjadikan hubungannya kuat di dalam kuasa yang tidak terbatas itu, sementara untuk seratus dua puluh tahun lamanya suaranya yang berwibawa itu didengar oleh generasi itu sehubungan dengan peristiwa, yang sejauh pertimbangan hikmat manusia, mustahil akan terjadi. SPN 101.1

Dunia sebelum air bah berpendapat bahwa berabad-abad lamanya hukum alam telah ditetapkan. Musim-musim datang silih berganti menurut gilirannya yang teratur. Hingga saat ini belum pernah turun hujan; bumi ini dibasahi oleh embun. Air sungai tidak pernah meluapluap tetapi mengalir dengan tenangnya menuju lautan. Hukum yang tetap mengaturnya sehingga air sungai tidak pernah meluap-luap. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa tangan Dia yang memerintah air itu, berkata: “Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat. Ayub 38:11. SPN 101.2

Apabila waktu berlalu, dengan tidak adanya perubahan yang tampak dalam alam, manusia yang tadinya hatinya digentarkan oleh rasa takut, sekarang tenang kembali. Mereka seperti orang-orang pada zaman ini berpendapat bahwa alam itu lebih tinggi daripada Allah yang menjadikan alam, dan bahwa hukum-hukum alam itu kukuh sehingga Allah sendiri tidak dapat mengubahnya. Sambil berpikir bahwa jikalau pekabaran Nuh itu benar, itu berarti bahwa alam ini berlawanan dengan kebiasaannya dan mereka pun menjadikan pekabaran ini, di dalam pikiran orang banya di dunia ini, sebagai sesuatu yang tidak masuk akal—satu penipuan yang besar dan luar biasa. Mereka menyatakan ejekan terhadap amaran Allah dengan berbuat hal yang sama seperti sebelum amaran itu diberikan. Mereka teruskan dengan pesta pora mereka, dengan sifat kegelojohan; mereka makan minum, menanam dan membangun, mengadakan rencana-rencana sehubungan dengan keuntungan-keuntungan yang akan mereka peroleh pada hari-hari mendatang; dan mereka pergi lebih jatih dalam kejahatan dan dalam pelanggaran yang berani terhadap tuntutantuntutan Allah, untuk menyatakan bahwa mereka tidak takut kepada Pribadi yang tidak terbatas itu. Mereka katakan seandainya ada kebenaran dalam apa yang dikatakan oleh Nuh, maka orang-orang yang termasyhur—orang-orang bijaksana dan pintar—tentu akan dapat memahami keadaan itu. SPN 101.3

Jikalau orang-orang sebelum air bah itu percaya akan amaran itu, dan bertobat dari kejahatan mereka, Tuhan akan menahankan murkaNya seperti yang dilakukan terhadap kota Niniwe sesudah itu. Tetapi oleh penolakan yang keras terhadap tempelakan hati nurani mereka dan amaran-amaran dari pada nabi Allah, generasi itu telah mencapai puncak kejahatannya dan sudah tiba pada waktu kebinasaannya. SPN 102.1

Masa percobaan mereka sudah hampir berlalu. Nuh dengan setia telah mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah diterimanya dari Allah. Bahtera telah selesai dibangun sesuai dengan petunjuk Allah, dan telah diperlengkapi dengan makanan untuk manusia dan juga binatangbinatang. Dan sekarang hamba Allah itu menyampaikan panggilannya yang terakhir kepada orang banyak. Dengan satu kerinduan yang tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata, ia membujuk mereka untuk mencari perlindungan sementara masih bisa diperoleh. Kembali mereka menolak kata-katanya sambil berteriak mengolok dan mengejeknya. Tiba-tiba kesunyian mencekam orang banyak yang sedang mengolok-olok itu. Segala jenis binatang, mulai dari yang paling buas sampai kepada yang paling jinak, kelihatan datang dari gunung-gunung dan hutan, dan dengan pelahan-lahan beriring berjalan menuju bahtera. Satu bunyi terpaan angin yang menderu, dan lihat, burung-burung terbang dari segala penjuru, begitu banyak sehingga menjadikan langit kelihatan gelap, dan dengan teratur mereka masuk ke dalam bahtera. Binatang-binatang menurut perintah Allah, sementara manusia enggan menurutnya. Dipimpin oleh maiaikat-malaikat suci, mereka “datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu,” dan binatang-binatang yang halal berbaris tujuhtujuh. Orang banyak memperhatikan dengan keheran-heranan, yang lain dengan rasa takut. Ahli-ahli filsafat dipanggil untuk menerangkan kejadian yang luar biasa itu, tetapi sia-sia belaka. Itu merupakan satu rahasia yang tidak dapat dipahami oleh mereka. Tetapi manusia telah menjadi begitu keras oleh penolakan mereka terhadap terang kebenaran, sehingga kejadian seperti ini pun hanya memberikan kesan sementara saja bagi mereka. Apabila umat manusia yang terkutu itu melihat matahari bersinar dengan megahnya, dan bumi ini ditutupi oleh keindahan yang hampir menyerupai Eden, mereka menghalau rasa takut mereka dengan sorak sorai mereka dan oleh perbuatan-peruatan yang penuh dengan kekejaman, mereka seolah-olah mengundang e atas diri mereka datangnya murka Allah yang sudah bangkit sebelumnya. SPN 102.2

Tuhan memerintahkan kepada Nuh, “Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.” Amaran-amaran Nuh te a menjadi berkat kepada keluarganya. Sebagai pahala terhadap kesetiaannya dan ketulusan hatinya, Allah telah menyelamatkan seluruh anggota keluarganya bersama dengan dia. Betapa satu dorongan bagi orangtua untuk tetap setia! SPN 103.1

Panggilan rahmat bagi umat yang berdosa tidak terdengar lagi. Binatang-binatang dari hutan dan burung-burung telah memasuki tempat perlindungan mereka itu. Nuh dan keluarganya sudah berada dalam bahtera, “lalu TUHAN menutup pintu bahtera itu. Seberkas sinar yang menyilaukan kelihatan, dan segumpal awan kemuliaan yang lebih terang daripada kilat turun dari surga dan berhenti tepat di hadapan pintu bahtera itu. Pintu yang besar itu, yang tidak mungkin dapat ditutup oleh orangorang yang ada di dalam bahtera itu, dengan pelahan-lahan tertutup oleh tangan yang tidak kelihatan. Nuh ada di dalam bahtera dan mereka yang menolak rahmat tertinggal di luar. Meterai surga ada di atas pintu itu; Tuhan telah menutupnya dan hanya Tuhan saja yang dapat membukanya. Demikian pula apabila Kristus meninggalkan pekerjaan-Nya sebagai perantara orang yang berdosa, sebelum kedatangan-Nya di awan-awan, pintu rahmat akan ditutup. Kemudian anugerah Ilahi tidak lagi akan menahan orang-orang jahat, Setan akan mengendalikan dengan sepenuhnya mereka yang telah menolak rahmat. Mereka akan berusaha untuk membinasakan umat Allah; tetapi sebagaimana Nuh terpelihara di dalam bahtera, demikian pula orang-orang yang benar akan dilindungi oleh kuasa Ilahi. SPN 103.2

Selama tujuh hari setelah Nuh dan keluarganya memasuki bahtera, tidak kelihatan tanda-tanda akan datangnya hujan topan. Selama jangka waktu ini iman mereka diuji. Saat itu merupakan satu kemenangan bagi orang banyak di luar bahtera. Keterlambatan ini menguatkan mereka dalam keyakinan bahwa pekabaran Nuh itu adalah sesuatu yang tidak pernah akan datang. Sekalipun adanya kejadian-kejadian yang agung yang telah mereka saksikan—binatang-binatang dan burung-burung yang memasuki bahtera dan malaikat Allah yang menutup pintu itu—mereka teruskan dengan kepelesiran mereka, bahkan mencemoohkan akan tandatanda kekuasaan Allah tersebut. Mereka berkerumun di sekeliling bahtera, mengejek orang-orang yang berada di dalamnya dengan sangat beraninya seperti yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. SPN 104.1

Tetapi pada hari yang kedelapan, aWan gelap menutupi langit. Kemudian menyusul gemuruh guntur dan kilat sabung menyabung. Dengan segera hujan turun dengan lebatnya. Dunia belum pernah menyaksikan sesuatu seperti ini, dan hati manusia dicekam oleh rasa takut. Dengan diam-diam mereka bertanya kepada diri masing-masing, “Mungkinkah Nuh yang benar dan bahwa dunia ini sudah ditetapkan untuk dibinasakan?” Langit semakin menghitam dan hujan turun dengan lebih hebat lagi. Binatang-binatang lari ke sana ke mari dengan ketakutan dan jeritan mereka seolah-olah menggemakan nasib mereka dan juga nasib manusia. Kemudian “pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap langit. Air jatuh dari awan seperti air terjun yang hebat. Air sungai pun meluapluap dan membanjiri lembah-lembah. Pancaran air ke luar dari bumi dengan satu kekuatan yang tak dapat digambarkan, melemparkan batubatu karang yang besar ratusan kaki ke udara dan batu-batu itu berjatuhan, dan terbenam kembali ke dalam tanah. SPN 104.2

Mula-mula orang banyak melihat kehancuran dan pada barang-barang buatan tangan mereka sendiri. Bangunan-bangunan mereka yang megah, taman yang indah, kebun-kebun di mana mereka telah tempatkan berhalaberhala mereka dibinasakan oleh kilat yang memancar dari langit dan puing-puingnya berhamburan ke mana-mana. Mezbah-mezbah di mana manusia dikorbankan dihancurkan dan penyembah-penyembah berhala itu gemetar di hadapan kuasa Allah yang hidup, dan mereka menyadari bahwa kejahatan dan penyembahan berhala merekalah yang telah menyebabkan kehancuran tersebut. SPN 105.1

Apabila topan dahsyat melanda, pohon-pohon, bangunan-bangunan, batu-batu karang dan tanah terlempar ke segala penjuru. Kegentaran manusia dan binatang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Lebih keras daripada derunya topan terdengar jeritan orang-orang yang telah menghinakan kekuasaan Allah. Setan sendiri, yang dipaksa untuk tetap tinggal di tengah-tengah keadaan yang hebat ini, merasa takut akan hidupnya itu. Ia telah bersuka-suka untuk mengendalikan manusia dengan penuh kuasa, dan menghendaki agar mereka hidup untuk mempraktikkan kekejian itu dan terus memberontak terhadap pemerintah surga. Sekarang dia menghujat Tuhan dan menuduh-Nya sebagai satu Pribadi yang tidak adil dan kejam. Banyak dari antara orang-orang itu, seperti Setan, menghujat Tuhan, dan kalau saja mereka sanggup, mereka mau menurunkan Dia dari takhta kekuasaan-Nya. Yang lain panik dan takut, mereka mengulurkan tangan mereka ke arah bahtera itu minta supaya diperbolehkan masuk. Tetapi permintaan mereka itu sia-sia. Akhimya hati nurani mereka mau mengakui bahwa ada satu Allah yang memerintah di surga. Mereka berseru kepada Tuhan dengan bersungguh-sungguh, tetapi telinga-Nya tidak lagi terbuka terhadap teriakan mereka. Pada jam-jam yang mengerikan itu mereka melihat bahwa pelanggaran terhadap hukum Allah telah menyebabkan kebinasaan mereka. Namun demikian, sementara mereka mengakui dosa-dosa mereka oleh sebab takut terhadap hukuman, mereka tidak merasakan kekejian dosa. Kalau saja hukuman itu dibatalkan mereka akan kembali mengulangi perbuatan mereka untuk mencemoohkan surga. Demikian pula pada saat pehukuman Tuhan akan menimpa bumi ini, sebelum api itu diturunkan, orang-orang yang tidak bertobat itu akan mengetahui dengan baik di mana dan apa dosa mereka yaitu pelanggaran terhadap hukum Allah yang suci. Tetapi sebagaimana orang-orang berdosa pada zaman dahulu kala itu mereka juga tidak akan bertobat dengan sungguh-sungguh. SPN 105.2

Beberapa dari antara mereka dalam kepanikan telah berusaha masuk ke dalam bahtera itu dengan cara merusaknya, tetapi bahtera yang dibangun dengan kukuh dan kuat itu menggagalkan usaha mereka. Beberapa bergantung ke bahtera itu sampai akhimya diterjang hanyut oleh arus yang deras, atau pegangan mereka terlepas menabrak batubatu karang dan pohon-pohon. Bahtera raksasa itu bergetar dengan hebat apabila dipukul oleh topan dan gelombang yang dahsyat. Jeritan binatangbinatang yang ada di dalam bahtera itu merupakan cetusan dari pada rasa takut dan rasa sakit mereka. Tetapi di tengah-tengah topan yang mengamuk itu, bahtera itu terapung dengan tenangnya dan aman. Maiaikat-malaikat yang luar biasa kekuatannya ditugaskan untuk memeliharakannya. SPN 106.1

Binatang-binatang, pada waktu dilanda oleh topan, berlari kepada manusia seolah-olah mengharapkan akan diberi pertolongan. Banyak dari antara orang-orang itu yang mengikatkan anak-anaknya kepada dirinya sendiri dan kepada binatang-binatang yang kuat yang mereka pikir mempunyai daya tahan hidup yang besar, dan naik ke tempat-tempat yang tertinggi untuk melepaskan diri dari airyang semakin tinggi. Yang lain mengikat diri mereka ke pohon-pohon yang tinggi di puncak bukitbukit dan gunung-gunung; tetapi pohon-pohon itu tercabut dan dengan makhluk-makhluk hidup yang ada di atas terlempar ke dalam ombak yang sedang mengamuk. Satu demi satu tempat yang tadinya dirasa aman sekarang ditinggalkan. Apabila air naik semakin tinggi, orang banyak lari mencari perlindungan ke atas gunung-gunung yang paling tinggi. Sering manusia dan binatang bergumul untuk memperebutkan tempat berpijak sampai kedua-duanya hanyut diterjang arus. SPN 106.2

Dari puncak-puncak yang tinggi manusia melihat di sekelilingnya satu lautan yang tiada bertepi. Amaran hamba Allah yang khidmat itu sekarang tidak lagi jadi bahan olokan dan ejekan. Betapa orang-orang berdosa yang malang itu merindukan untuk memperoleh kembali kesempatan yang telah mereka sia-siakan! Mereka merindukan satu jam lagi saja untuk bertobat, satu kesempatan saja lagi untuk beroleh rahmat, satu panggilan dari bibir Nuh! Tetapi suara rahmat yang merdu itu tidak terdengar lagi oleh mereka. Kasih, sebagaimana juga keadilan, menuntut agar hukuman Allah itu dijatuhkan untuk menghentikan dosa itu. Air yang dahsyat itu melanda tempat perlindungan yang terakhir dan pengolok-olok Allah itu pun binasa di dalamnya. SPN 107.1

“Oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh Firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. 2 Petrus .5,6,7. Topan yang lain sedang datang mendekat. Bumi ini sekali lagi akan dilanda oleh murka Tuhan yang membinasakan, dan dosa serta orang- orang yang berdosa akan dimusnahkan. SPN 107.2

Dosa-dosa yang telah mendatangkan pembalasan kepada dunia sebelum air bah, ada sekarang ini. Takut akan Allah telah lenyap dari hati manusia, dan hukum-Nya diperlakukan dengan sikap acuh tak acuh dan cemoohan. Keduniawian yang ada pada generasi tersebut disamai oleh keduniawian yang ada sekarang ini. Kristus berkata, Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” Matius 24:38,39. Tuhan menghukum orangorang sebelum air bah bukan karena mereka makan minum, Ia telah memberikan kepada mereka buah-buahan dengan berkelimpahan untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Yang menjadi dosa mereka ialah menerima pemberian-pemberian tersebut tanpa rasa syukur kepada Pemberinya, dan mereka telah merusakkan diri mereka oleh memanjakan nafsu makan mereka tanpa batas. Adalah halal bagi mereka untuk menikah. Pernikahan adalah sesuatu yang direncanakan oleh Tuhan; itu adalah salah satu dari pada lembaga-lembaga yang pertama yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Ia telah memenuhinya dengan kesucian dan keindahan; tetapi segala petunjuk ini telah dilupakan dan pernikahan telah disalahgunakan dan dijadikan alat sekadar untuk memuaskan hawa nafsu. SPN 107.3

Keadaan yang sama itu berlaku sekarang ini. Yang sebenarnya halal telah dijalankan dengan secara berlebih-lebihan. Nafsu makan dimanjakan tanpa batas. Orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus sekarang ini makan minum bersama-sama dengan orang-orang pemabuk, sementara nama mereka tercantum dalam buku keanggotaan gereja. Sifat tidak bertarak merusakkan kuasa akhlak dan rohani, dan menyediakan jalan bagi pemanjaan akan nafsu berahi. Orang banyak tidak merasakan adanya tanggung jawab moral untuk mengendalikan keinginan seks mereka, dan mereka pun menjadi budak-budak dari nafsu mereka. Manusia hidup untuk memuaskan perasaan; bagi dunia dan kehidupan ini saja. Kemewahan merajalela di segala lapisan masyarakat. Kejujuran dikorbankan agar memperoleh kemewahan yang dapat dipertontonkan. Mereka yang ingin cepat jadi kaya, telah menyalahgunakan keadilan dan menekan orang miskin, dan “budak-budak serta jiwa manusia” masih diperjualbelikan. Penipuan, uang suap, pencurian merajalela tanpa ada teguran baik di kalangan orang-orang yang tinggi ataupun yang rendah kedudukannya. Surat-surat kabar dipenuhi oleh berita-berita pembunuhan—kejahatan yang dilakukan dengan berdarah dingin dan tanpa sebab, sehingga kelihatannya seolah-olah setiap naluri kemanusiaan telah lenyap sama sekali. Dan kejahatan-kejahatan seperti ini telah menjadi begitu biasa sehingga tidak lagi menimbulkan tanggapan atau rasa kaget. Roh kekacauan sedang merajalela di segala bangsa, dan pemberontakan-pemberontakan yang dari waktu ke waktu menimbulkan rasa ngeri di dunia ini adalah merupakan bukti dari pada api nafsu serta kejahatan, yang sekali terlepas dari pengendalian, akan memenuhi dunia ini dengan celaka dan kebinasaan. Gambaran yang telah diberikan oleh ilham tentang dunia sebelum air bah, melukiskan dengan sangat tepat keadaan yang segera akan terjadi kepada masyarakat modem sekarang ini. Zaman ini, di dalam abad ini, dan di dalam negara-negara yang mengaku Kristen, terdapat kejahatan-kejahatan yang tiap hari dilakukan sehebat seperti kejahatan-kejahatan untuk mana orang-orang berdosa pada zaman dahulu kala telah dibinasakan. SPN 108.1

Sebelum air bah, Tuhan menyuruh Nuh untuk mengamarkan dunia agar orang banyak dapat dipimpin kepada pertobatan, dan dengan demikian terlepas dari kehancuran yang mengancam mereka. Apabila hari kedatangan Kristus mendekat, Tuhan menyuruh hamba-hamba-Nya dengan satu amaran kepada dunia untuk bersedia bagi peristiwa yang hebat itu. Orang banyak sedang hidup dalam pelanggaran terhadap hukum Allah dan sekarang Dia dalam rahmat-Nya memanggil mereka untuk mentaati hukum-hukum-Nya yang suci itu. Semua orang yang mau meninggalkan dosa-dosa mereka melalui pertobatan kepada Allah, dan iman dalam Kristus akan diberi keampunan. Tetapi banyak yang merasa bahwa adalah satu pengorbanan yang terlalu besar untuk meninggalkan dosa-dosa. Oleh karena hidup mereka tidak selaras dengan prinsip-prinsip moral dari pada pemerintahan Allah yang suci, mereka menolak amaranamaran-Nya, dan menyangkal kekuasaan hukum-Nya. SPN 109.1

Dari antara penduduk bumi sebelum Air Bah yang besar jumlahnya itu, hanya delapan jiwa saja yang percaya dan menurut akan firman Allah melalui Nuh. Untuk seratus dua puluh tahun lamanya, pengkhotbah kebenaran itu telah mengamarkan dunia ini tentang kebinasaan yang akan menimpa; tetapi pekabarannya telah ditolak dan dinista, begitu pula sekarang ini. Sebelum Pemberi hukum itu datang untuk menghukum kan orang-orang yang melanggar, orang yang tidak menurut hukum itu diamarkan untuk bertobat dan kembali jadi setia; tetapi bagi kebanyakan orang amaran ini akan merupakan sesuatu yang sia-sia. Rasul Petrus berkata, “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekanejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapabapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” 2 Petrus 3:3,4. Bukankah kita mendengar katakata yang sama ini diulangi, bukan hanya oleh orang-orang yang berbuat jahat secara terang-terangan tetapi juga oleh banyak orang yang berkhotbah dari atas mimbar di negara-negara kita ini? “Tidak ada sebab untuk jadi panik,” kata mereka. “Sebelum Kristus datang, seluruh dunia ini akan ditobatkan dan kebenaran akan memerintah selama seribu tahun. Tenang! Tenang! Segala sesuatu akan berjalan sama seperti awal mulanya. Jangan seorang pun yang menjadi gelisah oleh karena kabarkabar yang menakutkan dari orang-orang yang kepanikan itu.” Tetapi pengajaran tentang masa seribu tahun seperti ini tidak sesuai dengan ajaran Kristus, dan rasul-rasul-Nya. Yesus mengemukakan pertanyaan yang penting itu, “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Lukas 18:8. Dan, seperti telah kita lihat, Ia menyatakan bahwa keadaan dunia ini akan jadi seperti keadaan dunia pada zaman Nuh. Paulus mengamarkan bahwa kita akan melihat kejahatan bertambah-tambah menjelang akhir dunia ini: “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setansetan.” 1 Timotius 4:1. Rasul mengatakan bahwa “pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” 2 Timotius 3:1. Dan ia memberikan satu daftar dosa-dosa yang akan terdapat di antara mereka yang mempunyai satu bentuk peribadatan. SPN 109.2

Apabila masa percobaan mereka itu mendekati kesudahannya, orangorang sebelum air bah hidup dalam kepelesiran dan pesta pora. Mereka yang mempunyai pengaruh dan kuasa berusaha untuk menjadikan pikiran orang banyak asyik dengan kepelesiran dan foya-foya, agar jangan seorang pun terkesan oleh amaran terakhir yang khidmat itu. Bukankah kita melihat hal yang sama berulang kembali pada zaman kita ini? Sementara hamba-hamba Allah memberikan pekabaran bahwa kesudahan segala sesuatu sudah dekat, dunia ini asyik dalam kepelesirankepelesiran dan hiburan-hiburan yang membuat manusia acuh tak acuh terhadap Tuhan dan mencegah orang banyak untuk terkesan oleh kebenaran yang merupakan satu-satunya cara oleh mana mereka bisa diselamatkan dari kebinasaan yang akan datang. SPN 110.1

Pada zaman Nuh para ahli filsafat menyatakan bahwa tidak mungkin dunia ini dibinasakan oleh air; demikian pula sekarang ini ada orangorang yang berilmu pengetahuan yang berusaha menunjukkan bahwa bumi ini tidak dapat dibinasakan oleh api, bahwa hal ini tidak sejalan dengan hukum alam. Tetapi Allah Pencipta alam ini, Khalik dan Pengendali akan hukum-hukum alam ini, dapat menggunakan barang yang telah dijadikan-Nya itu sebagai alat untuk menggenapkan maksudNya. SPN 111.1

Apabila orang-orang besar dan bijaksana itu telah membuktikan dengan memuaskan bahwa mustahil bumi ini dibinasakan oleh air, bilamana rasa takut orang banyak diredakan, bilamana semua orang menganggapnya sebagai seorang fanatik—pada saat itulah Allah bertindak. “Pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit,” dan pengolok-olok itu pun ditelan oleh air bah. Dengan segala filsafat yang dibanggakannya itu, manusia dengan terlambat mendapati bahwa kebijaksanaan mereka itu adalah satu kebodohan, bahwa Pemberi hukum itu lebih besar daripada hukum alam, dan Yang Mahakuasa itu tidak kehabisan cara untuk melaksanakan niat-Nya. “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia.” Lukas 17:26, 30. “Tetapi Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap ” 2 Petrus 3:10. Apabila ajaran filsafat telah melenyapkan rasa takut terhadap hukum Allah; bilamana guru-guru agama menunjukkan kepada masa damai serta kemakmuran yang lama dan dunia ini asyik dalam urusan dagang dan kepelesiran menanam dan membangun, berpesta pora dan berfoya-foya sambil menolak amaranamaran Aliah dan mencemoohkan pesuruh-pesuruh-Nya—pada saat itulah kebinasaan yang mendadak akan datang kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan luput. 1 Tesalonika 5:3. SPN 111.2