Sejarah Para Nabi Jilid 2
Hari-Hari Raya Tahunan
Ada tiga kumpulan kebaktian tahunan bagi segenap Israel yang diadakan di Bait Suci. Untuk beberapa waktu lamanya Silo ada-lah tempat perkumpulan ini; tetapi kemudian Yerusalem menjadi pusat perbaktian bangsa itu, dan di tempat inilah suku-suku angsa itu berhimpun mengadakan hari-hari raya yang khidmat itu. SRNJ2 155.1
Bangsa itu dikelilingi oleh orang-orang yang kejam dan suka berperang, yang berhasrat merebut tanah mereka; namun demikian tiga kali setiap tahun semua orang yang tubuhnya kuat, dan semua orang yang sanggup mengadakan perjalanan, diperintahkan meninggalkan rumah mereka, dan pergi ke tempat perhimpunan itu, di dekat pusat negeri itu. Apakah yang menghalangi musuh-musuh mereka sehingga tidak dapat membinasakan keluarga-keluarga yang tidak mempunyai pelindung itu, dan tidak dapat memusnahkan mereka dengan api dan pedang? Apakah yang telah mencegah penyerangan terhadap negeri itu, yang dapat membawa Israel ke dalam tawanan bangsa asing, musuh mereka itu? Allah telah berjanji akan menjadi pelindung umat-Nya. “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Mazmur 34:8. Sementara orang-orang Israel pergi berbakti, kuasa Ilahi akan menghalangi musuh mereka. Janji Allah ialah, “Sebab Aku akan menghalau bangsa-bangsa dari depanmu dan meluaskan daerahmu; dan tiada seorang pun yang akan mengingini negerimu, apabila engkau pergi untuk menghadap ke hadirat TUHAN, Aliahmu, tiga kali setahun.” Keluaran 34:24. SRNJ2 155.2
Yang pertama dari upacara-upacara perayaan ini, adalah Paskah, hari raya Roti Tidak Beragi, yang diadakan pada bulan Abib, bulan yang pertama dalam penanggalan Yahudi, yang bersamaan dengan akhir bulan Maret dan awal bulan April. Musim dingin telah berlalu, hujan akhir telah lewat, dan segenap alam bersuka-suka dalam kesegaran dan keindahan musim semi. Rumput-rumput menghijau di atas bukit dan lembah, dan di mana-mana bunga-bunga liar menyemarakkan padangpadang. Bulan, yang mendekati saat purnama sekarang ini, menjadikan malam hari indah sekali. Saat itu merupakan satu musim yang dengan indah sekali telah digambarkan oleh penyanyi kudus: SRNJ2 156.1
“Karena lihatlah, musim dingin telah lewat,
hujan telah berhenti dan sudah lalu.
Di ladang telah nampak bunga-bunga,
tibalah musim memangkas;
bunyi tekukur terdengar di tanah kita.
Pohon ara mulai berbuah,
dan bunga pohon anggur semerbak baunya.” Kidung Agung 2:11-13.
SRNJ2 156.2
Di seluruh negeri itu, kelompok-kelompok peziarah sedang berjalan menuju Yerusalem. Para gembala kawanan domba mereka, para gembala dari gunung-gunung, para nelayan dari Laut Galilea, para petani dari ladang mereka, anak-anak para nabi dari sekolah-sekolah agama, semuanya mengalihkan langkah mereka, menuju tempat di mana hadirat Allah telah dinyatakan. Mereka berjalan melalui jalan pintas, karena banyak yang berjalan kaki. Kafilah itu terus bertambah-tambah jumlahnya, dan sering menjadi rombongan yang amat besar sebelum tiba di kota suci itu. SRNJ2 156.3
Kesegaran alam menimbulkan kesukaan di hati bangsa Israel, dan rasa syukur kepada Pemberi segala sesuatu yang baik. Mazmur orang Ibrani yang indah itu dinyanyikan, sambil meninggikan kemuliaan serta keagungan Tuhan. Pada waktu terdengar bunyi nafiri sebagai aba-aba, dengan disertai lagu dari alat-alat musik, menggemalah nyanyian ucapan syukur yang keluar dari ratusan suara: SRNJ2 156.4
“Aku bersukacita, ketika dikatakan
orang kepadaku:
‘Mari kita pergi ke rumah TUHAN.’
Sekarang kaki kami berdiri
di pintu gerbangmu, hai
Yerusalem....
Yang telah didirikan
sebagai kota yang bersambung rapat,
ke mana suku-suku berziarah,
yakni suku-suku TUHAN,
untuk bersyukur kepada nama TUHAN.
Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem:
Biarlah orang-orang yang mencintaimu
mendapat sentosa.” Mazmur 122:1-6
SRNJ2 157.1
Apabila mereka melihat bukit-bukit yang terdapat di sekeliling mereka, tempat bangsa kafir biasa menyalakan api mezbah mereka, angsa Israel menyanyikan: SRNJ2 157.2
“Aku melayangkan mataku ke
gunung-gunung;
dari manakah akan datang pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN,
yang menjadikan langit dan bumi.” Mazmur 121:1,2.
SRNJ2 157.3
“Orang-orang yang percaya kepada TUHAN
adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya.
Yerusalem, gunung-gunung
sekelilingnya;
demikianlah TUHAN sekeliling umat-Nya,
dari sekarang sampai selama-lamanya.” Mazmur 125:1, 2.
SRNJ2 157.4
Sambil mendaki bukit-bukit menuju ke kota suci itu, mereka memandang dengan penuh rasa hormat kepada orang banyak yang akan berbakti, yang sedang mengayunkan langkah menuju Bait Suci. Mereka melihat asap dupa naik ke atas, dan apabila mereka mendengar nafiri orang Lewi sebagai awal dari upacara suci itu, mereka mengingat kembali sabda yang diilhamkan yang serasi dengan suasana saat itu, dan menyanyikan: SRNJ2 158.1
“Besarlah TUHAN dan sangat terpuji
di kota Allah kita!
Gunung-Nya yang kudus, yang
menjulang permai,
adalah kegirangan bagi seluruh bumi;
gunung Sion itu, jauh di sebelah utara,
kota Raja Besar.” Mazmur 48:2, 3.
SRNJ2 158.2
“Biarlah kesejahteraan ada di
lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!”
“Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran,
aku hendak masuk ke dalamnya,
hendak mengucap syukur kepada TUHAN
“Akan membayar nazarku kepada TUHAN
di depan seluruh umat-Nya,
di pelataran rumah TUHAN,
di fengah-tengahmu, ya Yerusalem!
Haleluya! Mazmur 122:7;118:19;116:18, 19.
SRNJ2 158.3
Semua rumah di Yerusalem dibukakan bagi para peziarah itu, dan kamar-kamar disediakan dengan cuma-cuma; tetapi semuanya ini ti-daklah cukup untuk menampung jumlah pendatang yang besar itu, dan tenda-tenda didirikan di setiap tempat yang ada di dalam kota itu, dan di atas bukit-bukit sekelilingnya. SRNJ2 159.1
Pada hari yang keempat belas dari bulan itu, pada senja hari, Paskah dirayakan, upacara-upacaranya yang khidmat serta mengesankan memperingati kelepasan dari perhambaan di tanah Mesir, dan menunjuk ke depan kepada Korban yang akan membebaskan dari perhambaan dosa. Pada waktu Juruselamat menyerahkan hidup-Nya di bukit Golgota, makna Paskah berakhir, dan upacara Perjamuan Kudus ditetapkan sebagai suatu peringatan dari peristiwa yang sama untuk mana Paskah merupakan satu lambang. SRNJ2 159.2
Paskah diikuti oleh hari raya Roti Tidak Beragi selama tujuh hari. Hari yang pertama dan Ketujuh adalah hari-hari untuk mengadakan perhimpunan yang suci dimana tidak ada pekerjaan sebagai seorang hamba dilaksanakan. Pada hari yang kedua dari perayaan itu, buah sulung dari panen tahun itu dipersembahkan kepada Tuhan. Jawawut ada-lah.jenisgandum yang penama-tama di tanah Palestina, dan pada permulaan hari raya ini jenis gandum ini mulai masak. Seberkas gandum jenis ini dilambai-lambaikan oleh imam di hadapan mezbahAllah, sebagai satu pengakuan bahwa segala sesuatu adala milik-Nya. Sebelum upacara ini diadakan hasil panen tidak boleh dikumpulkan. SRNJ2 159.3
Lima puluh hari semenjak dipersembahkannya buah sulung itu, datanglah hari Pentakosta, yang juga disebut masa raya panen an masa raya minggu. Sebagai satu pernyataan rasa syukur a an gan um yang telah disediakan sebagai makanan, maka dua ketul roti yang dibakar dengan ragi dipersembahkan di hadapan Tuhan. Pentakosta hanya memakan waktu satu hari saja, yang digunakan untuk upacara keagamaan. SRNJ2 159.4
Pada bulan yang ketujuh datanglah hari raya Pondok Daun, atau hari raya perkumpulan. Pesta ini mengakui kelimpahan Allah dalam hasil kebun jeruk, kebun anggur dan kebun pohon zaitun. Itu merupakan pesta untuk mengumpulkan hasil yang paling meriah sepanjang tahun. Tanah telah memberikan kelimpahannya, hasil panen telah dikumpulkan ke dalam lumbung-lumbung, buah-buahan, minyak, dan anggur telah disimpan, buah-buah sulung telah diasingkan, dan sekarang orang banyak datang dengan membawa persembahan syukur kepada Allah, yang telah memberkati mereka dengan limpahnya itu. SRNJ2 159.5
Hari raya ini terutama sekali haruslah merupakan suatu peristiwa yang penuh dengan kesukaan. Ini dilaksanakan segera setelah hari Pendamaian yang besar itu, apabila jaminan telah diberikan bahwa kejahatan mereka tidak akan diingat lagi. Disertai damai dengan Allah, sekarang mereka datang kepada-Nya untuk mengakui kebajikan-Nya, dan memuji Dia atas segala rahmat-Nya. Pekerjaan menuai sudah berakhir, dan kesibukan tahun yang baru belum dimulai, maka orang banyak pun bebas dari segala urusan, dan mereka dapat menikmati suasana yang khidmat serta penuh kesukaan itu. Sekalipun hanya bapabapa dan anak-anak lelaki saja yang diperintahkan untuk menghadiri hari-hari raya itu, namun demikian, sedapat-dapatnya seluruh anggota keluarga harus menghadirinya, dan atas keramahtamahan mereka hambahamba, orang Lewi, orang asing, dan orang miskin disambut. SRNJ2 160.1
Sebagaimana halnya Paskah, hari raya Pondok Daun itu bersifat memperingati. Untuk memperingati hidup pengembaraan mereka di padang gurun, orang banyak itu sekarang harus meninggalkan rumah mereka, dan tinggal di dalam pondok-pondok, atau gubuk-gubuk, yang dibuat dari “pohon-pohon yang elok, pelepah-pelepah pohon-pohon korma, ranting-ranting dari pohon-pohon yang rimbun dan dari pohon-pohon gandarusa.” Imamat 23:40. SRNJ2 160.2
Hari pertama adalah untuk pertemuan kudus, dan kepada tujuh hari pesta itu ditambahkan hari yang kedelapan, yang harus dirayakan dengan cara yang sama. SRNJ2 160.3
Pada pertemuan tahunan ini hati orang tua dan muda akan didorong di dalam pelayanan kepada Allah, sementara pergaulan dengan orangorang dari tempat-tempat lainnya akan menguatkan ikatan yang mempersatukan mereka kepada Allah dan kepada satu dengan lainnya. Adalah baik bagi umat Allah pada zaman sekarang ini mengadakan satu perayaan Pondok Daun, suatu peringatan yang penuh kesukaan akan segala berkat Allah kepada mereka. Sebagaimana bani Israel memperi- ngati kelepasan yang telah diadakan Allah bagi leluhur mereka, dan pemeliharaan-Nya yang ajaib terhadap mereka selama pengembaraan mereka dari Mesir, demikian pula kita dengan penuh kegembiraan harus mengingat berbagai jalan yang telah diadakan-Nya untuk membawa kita keluar dari dunia ini, dan dari kegelapan kepalsuan, ke dalam terang anugerah dan kebenaran-Nya yang indah. SRNJ2 160.4
Bagi mereka yang hidup jauh dari Bait Suci, lebih dari satu bulan setiap tahunnya harus digunakan untuk menghadiri hari-hari raya tahunan ini. Teladan untuk berbakti kepada Allah seperti ini haruslah menegaskan pentingnya upacara keagamaan, dan perlunya menyerahkan perhatian kita yang bersifat mementingkan diri dan duniawi kepada yang bersifat rohani dan kekal. Kita akan mengalami kerugian bilamana mengabaikan kesempatan berhimpun bersama-sama untuk saling menguatkan serta mendorong satu dengan yang lainnya di dalam pelayanan akan Allah. Kebenaran-kebenaran firman-Nya akan menjadi kabur serta kehilangan maknanya di dalam ingatan kita. Hati kita tidak lagi akan diterangi dan dirangsang oleh pengaruh yang dapat menyucikan, dan kita akan merosot dalam kerohanian. Di dalam pergaulan kita sebagai orang Kristen kita kehilangan banyak oleh karena kurangnya simpati satu terhadap yang lain. Orang yang menutup dirinya bagi dirinya sendiri berarti tidak menunaikan tugas sebagaimana yang telah dimaksudkan Allah baginya. Kita semua adalah anak-anak dari satu Bapa, yang saling bergantung satu terhadap yang lain untuk memperoleh kebahagiaan. Tuntutan-tuntutan Allah dan kemanusiaan ada di atas pundak kita. Dengan mengusahakan pemeliharaan yang sepantasnya atas unsur-unsur sosial dari sifat kita, akan menyebabkan kita merasa simpati kepada saudarasaudara kita, dan memberikan kepada kita kebahagiaan dalam usaha menjadi berkat bagi orang lain. SRNJ2 161.1
Hari raya Pondok Daun itu bukan hanya bersifat memperingati, tetapi juga adalah suatu lambang. Hari raya itu bukan hanya menunjuk ke belakang, kepada pengembaraan di padang gurun, tetapi sebagai pesta penuaian, perayaan itu memperingati dikumpulkannya hasil-hasil bumi, dan menunjuk ke depan, ke hari yang terakhir di mana akan diadakan satu pengumpulan yang terakhir, bilamana TUHAN panen itu akan mengirimkan penuai-penuai-Nya untuk mengumpulkan lalang bersama-sama untuk dibakar; dan mengumpulkan gandum ke dalam lumbungNya. Pada waktu itu orang-orang jahat akan dibinasakan. Mereka akan menjadi “seakan-akan mereka tidak pernah ada.” Obaja 16. Dan setiap suara di dalam alam semesta akan bersatu padu dalam pujian yang penuh kesukaan kepada Allah. Penulis Kitab Wahyu berkata, “Dan aku mendengar semua makhluk yang di surga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah pujipujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Wahyu 5:13. SRNJ2 161.2
Orang Israel memuji Allah pada hari raya Pondok Daun apabila mereka mengingat dalam pikiran mereka akan rahmat-Nya di dalam kelepasan mereka dari perhambaan di Mesir dan penjagaan-Nya yang lemah lembut bagi mereka selama hidup pengembaraan mereka di padang gurun. Mereka juga bersuka-suka atas kesadaran bahwa mereka telah diampuni dan diterima, melalui upacara hari Pendamaian, yang baru saja berakhir. Tetapi bilamana umat tebusan Allah dengan selamat akan dikumpulkan ke dalam Kanaan semawi, selama-lamanya terlepas dari perhambaan kutuk, di bawah mana “sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” (Roma 8:22), mereka akan bergembira dengan satu kesukaan yang tak terlukiskan dan penuh dengan kemuliaan. Pekerjaan penebusan Kristus yang besar bagi manusia akan disempurnakan pada saat itu, dan dosadosa mereka akan dihapuskan untuk selama-lamanya. SRNJ2 162.1
“Padang gurun dan padang kering akan bergirang,
padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga;
seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat,
akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak
dan bersorak-sorai.
Kemuliaan Libanon akan diberikan kepadanya,
semarak Karmel dan Saron;
mereka itu akan melihat kemuliaan Tuhan, semarak Allah kita.
SRNJ2 162.2
“Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan,
dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.
Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa,
dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai;
sebab mata air memancar di padang gurun,
dan sungai di padang belantara;
tanah pasir yang hangat akari menjadi kolam,
dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air....
“Di situ akan ada jalan raya,
yang akan disebutkan Jalan Kudus;
orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya,
dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya.
“Di situ tidak akan ada singa,
binatang buas tidak akan menjalaninya
dan tidak akan terdapat di sana;
orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di situ.
“Dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang
dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai,
sedang sukacita abadi meliputi mereka;
kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka,
kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.” Yesaya 35:1, 2, 5-10.
SRNJ2 163.1