Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

116/291

Respons Emosional terhadap Panggilan Kenabian

Ketika kita mempertimbangkan kisah panggilan kenabian dalam Kitab Suci, mengejutkan untuk mencatat respons yang umumnya negatif terhadap panggilan Allah. Para nabi biasanya merasa tidak layak, tidak siap, atau sedikit takut. KN 176.2

Yesaya menggunakan ungkapan ‘ôy-lî, “celakalah aku,” suatu ungkapan emosi negatif yang ekstrem ketika dia melihat Allah dalam penglihatan. Menariknya, partikel itu umumnya digunakan dalam ratapan dan ungkapan dukacita (1 Sam. 4: 7, 8) . Jelaslah, Yesaya mengantisipasi pemakamannya sendiri ketika ia mem-pertimbangkan penampilan kemuliaan Allah. 48Namun, setelah bibirnya disentuh dalam penglihatan dengan bara langsung dari altar (Yes. 6: 6) , ia tampaknya bersemangat, karena ia adalah satu-satunya nabi yang disebutkan dalam Alkitab, kemudian menjadi sukarelawan untuk pekerjaan itu, dengan mengatakan, “Ini aku. Utuslah aku!” (ayat 8). KN 176.3

Kesamaan dapat dilihat dalam panggilan Yeremia (Yer. 1:4—10) . Teks Ibrani mengandung bentuk yang serupa di tempat lain dalam Perjanjian Lama untuk menandai teror. 49 Jelas Yeremia merasa tidak siap dengan tugas dan mengklaim ketidakmampuan untuk berbicara, karena kurangnya pengalaman dan usia yang masih muda (ayat 6) . Di dunia di mana usia menentukan pentingnya klaim Yeremia adalah sah dan dapat dipahami. 50 Allah kemudian menyentuh mulutnya (menggemakan pengalaman panggilan Yesaya secara konseptual), dan kemudian nabi berperan serta dalam penglihatan pohon badam dan periuk yang mendidih. Namun, tidak seperti Yesaya, ia tampaknya masih takut—meskipun lebih banyak menyampaikan pesan Allah seperti yang dapat dilihat dalam serangkaian perintah dan peringatan Allah dalam Yeremia 1: 17—19. KN 176.4

Panggilan Yehezkiel juga disertai dengan emosi negatif yang ekstrem. Calon nabi itu menyembah sujud setelah melihat visi Allah (Yeh. 1: 28) . Tuhan menguatkan dia untuk sisa visi, memberinya deskripsi pekerjaan yang tidak menyenangkan, dan memperingatkan dia terhadap pemberontakan (Yeh. 2: 8). Teks Alkitab mencatat bahwa Yehezkiel meninggalkan penglihatan pertamanya “dalam kepahitan dan kemarahan rohku” (Yeh. 3: 14, NIV). 51 Tidak ada pen-jelasan khusus tentang alasan reaksi keras ini. Mungkin, mirip dengan Yeremia atau Yesaya, Yehezkiel merasa terbebani oleh tugas yang berat. KN 177.1

Cooper berpikir bahwa reaksi nabi itu mungkin disebabkan oleh tanggapan negatif pendengarnya-yang telah dinubuatkan oleh Allah (Yeh. 2:5-8; 3:6-11). 52 Efek emosional dari penglihatan itu begitu hebat, sehingga Yehezkiel duduk selama tujuh hari—kewalahan dan jelas terlalu takut untuk membagikan penglihatan itu (Yeh. 3: 15), sebagaimana diperlihatkan oleh peringatan Allah kepada Yehezkiel bahwa ia akan dianggap bertanggung jawab atas darah orang-orang yang tidak ia peringatkan (ayat 16—21) . KN 177.2

Disebut juga yang dibuat oleh Musa, yang berdiri sebagai prototipe para nabi (Ul. 18: 15) dalam Perjanjian Lama. Musa juga mengalami emosi negatif ketika dipanggil untuk membawa pesan Allah kepada Firaun. Setelah mendengar suara Allah di semak yang terbakar, Musa “menyembunyikan wajahnya, karena dia takut memandang Allah” (Kel 3:6) . Begitu dia menerima panggilannya, rasa takut Musa tampak mengubahnya. Gantinya takut akan Allah yang memanggil, ia takut penerimaan pesan Ilahi yang diantisipasi akan didapat di Mesir. Musa kemudian mengajukan serangkaian alasan, yang Allah jawab dengan sabar dalam upaya untuk meredakan rasa takut Musa (“Aku pasti akan menyertai kamu” [Keluaran 3:12]; “Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan” [Kel. 4: 12]). Musa secara emosional gelisah sepanjang pertemuan seperti yang ditunjukkan oleh pelariannya ketika tongkatnya menjadi ular-dan sebuah tanda (ayat 3). Akhirnya Musa kehabisan alasan, tetapi masih terlalu takut untuk menerima panggilan itu. Kata-kata terakhir yang dicatatnya dalam pertemuan dengan Tuhan ini adalah: “Ah Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus” (ayat 13) . Tampaknya karena Tuhan tidak berhasil membuat Musa menyerahkan ketakutannya, Dia membuat Musa memilih di antara dua ketakutan. Keluaran 4: 14 memberi tahu kita secara harfiah “hidung YHWH menjadi panas,” yang diterjemahkan oleh NKJV sebagai “Bangkitlah murka Tuhan terhadap Musa.” Beberapa penafsir telah menekankan sifat konsesif dari kemarahan Allah yang dapat diterjemahkan sebagai “meskipun Tuhan marah kepada Musa ...” 53 Ini sepertinya merupakan dorongan emosional yang diperlukan Musa untuk memulai perjalanannya kembali ke Mesir-dan ke dalam pelayanan dan kepercayaan penuh bagi Tuhan. KN 177.3