Karunia Nubuat Dalam Alkitab Dan Sejarah

15/291

9. Seorang Nabi adalah Hamba Perjanjian

Seorang nabi adalah hamba perjanjian. Perjanjian alkitabiah mencerminkan budak belian raja orang Het, dalam bentuknya. Dibangun berdasarkan studi perjanjian-perjanjian ini, para sarjana Alkitab mengakui bahwa perjanjian alkitabiah memiliki beberapa bagian: (1) Pembukaan—di mana Tuhan Yang Berdaulat menyatakan diri-Nya sendiri dan siapa Dia; (2) Prolog Historis-hubungan masa lalu antara Tuhan dan umat-Nya didefinisikan; (3) Ketentuan-undang-undang disajikan yang perlu dipatuhi; (4) Berkat dan Kutuk—di bagian ini secara jelas didefinisikan konsekuensi dari penurutan dan pemberontakan [mis., dalam Imamat 26 dan Ulangan 27-30]; (5) Saksi; dan (6) Ketentuan atau tanda-tanda khusus perjanjian. 58 Contoh-contoh yang baik dari susunan materi alkitabiah ini adalah Dekalog (Kel. 20: 1-17) ; seluruh kitab Ulangan, yang disusun sesuai dengan bagian-bagian perjanjian; 59 dan Yosua 24, di mana pembaruan perjanjian di bawah kepemimpinan Yosua dibangun (dibagi menjadi enam bagian dengan cara berikut: 24: 2a; 2b—13; 14-18; 19-21; 22-24; 25-27). KN 32.1

Oswalt dengan tepat menegaskan bahwa “tugas utama nabi Israel adalah untuk mengingatkan orang-orang tentang hubungan perjanjian mereka dengan Yahwe dan tentang perilaku wajib yang harus ditentukan pada mereka.” 60 Para nabi dipanggil untuk mengingatkan orang-orang tentang konsekuensi dari hubungan perjanjian mereka dengan Allah. Ketidaktaatan mereka akan mendatangkan kutukan dan bencana. 61 KN 32.2

“Panggilan untuk kepatuhan perjanjian ini membawa nabi Israel ke pan-dangan uniknya tentang keterbukaan sejarah: masa depan tidak ditentukan, tetapi tergantung pada pilihan orang-orang sehubungan dengan perjanjian me-reka.” 62 Grudem dengan tepat menjelaskan bahwa seorang nabi adalah seorang ‘“utusan perjanjian’ yang dikirim untuk mengingatkan Israel tentang persyaratan perjanjiannya dengan Tuhan, memanggil orang yang tidak taat untuk bertobat dan memperingatkan bahwa hukuman ketidaktaatan akan segera dijalankan.” 63 Nabi menggunakan bahasa yang keras dari perjanjian kutukan untuk mengarahkan orang-orang menuju respons yang tepat kepada Tuhan! Mereka mengingatkan orang-orang akan kesetiaan Allah, ketidaktaatan mereka, dan hukuman-Nya yang akan datang-“gugatan perjanjian” (rib). 64 Mereka memanggil orang untuk meng-ambil bagian dalam perjanjian yang baru dengan Allah. Dengan demikian, mereka adalah juru bicara perjanjian. KN 32.3