Hidup yang Terbaik

20/187

“Pujianku Senantiasa Bagi-Mu”

Setelah wanita di Kapernaum itu disembuhkan oleh jamahan iman, Yesus ingin agar dia menghargai berkat yang telah diterimanya. Pemberian yang Injil tawarkan itu tidak diperoleh dengan cara mencuri atau dinikmati sendirian. HT 79.1

“Kamulah saksi-saksi-Ku,’ demikianlah firman Tuhan, ‘dan Akulah Allah.’” 4 HT 79.2

Pengakuan kita akan kesetiaan-Nya adalah sarana pilihan surga untuk menyatakan Kristus kepada dunia ini. Kita harus mengakui rahmatNya sebagaimana telah diperkenalkan melalui orang-orang kudus zaman dulu; tetapi yang paling efektif adalah kesaksian melalui pengalaman sendiri. Kita adalah saksi-saksi bagi Allah sementara kita menyatakan dalam diri kita suatu kuasa Ilahi yang bekerja. Setiap orang mempunyai kehidupan yang berbeda dari orang lain, dan suatu pengalaman yang berbeda nilainya dari orang lain. Allah ingin agar pujian kita dinaikan kepada-Nya, ditandai dengan kepribadian kita sendiri. Pengakuan berharga untuk memuji kemuliaan rahmat-Nya ini, apabila didukung oleh kehidupan yang serupa dengan Kristus, mempunyai kuasa yang tak dilawan yang mengerjakan keselamatan bagi jiwa-jiwa. HT 79.3

Adalah demi kita sendiri untuk menjaga agar setiap karunia Allah tetap segar dalam ingatan. Dengan sarana ini iman dikuatkan untuk menuntut dan menerima lebih banyak lagi. Ada dorongan yang lebih besar bagi kita dalam berkat terkecil yang kita sendiri terima dari Allah dibanding semua catatan iman yang dapat kita baca tentang iman dan pengalaman orang lain. Jiwa yang menyambut anugerah Allah dan sama dengan taman yang disirami air. Kesehatannya dengan cepat akan menjadi sempurna; terangnya akan bersinar dengan jelas, dan kemuliaan Tuhan akan tampak pada dirinya. HT 79.4

“ Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan
segala kebajikan-Nya kepadaku?
Aku akan mengangkat piala keselamatan,
dan akan menyerukan nama Tuhan,
akan membayar nazarku kepada Tuhan
di depan seluruh umat-Nya.”

“Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup,
aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya!
Aku hendak bersukacita karena Tuhan.”

“Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan,
memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?”

“Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya,
perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa!
Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya,
percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus,
Biarlah bersukahati orang-orang yang mencari Tuhan.”

“Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup;
bibirku akan memegahkan Engkau.
Demikianlah aku memuji Engkau seumur hidupku
dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.”

“Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.
Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku,
merenungkan Engkau sepanjang kawal malam—
sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku
dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.”
HT 80.1

“Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.
Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan,
dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu.
Sebab Engkau telah meluputkan aku daripada maut,
bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung;
Maka aku boleh berjalan di hadapan Allah
dalam cahaya kehidupan.”

“Ya Yang Kudus Israel. Bibirku bersorak-sorai
sementara menyanyikan mazmur bagi-Mu,
juga jiwaku yang telah Kaubebaskan.
Lidahku juga menyebut-nyebut keadilan-Mu sepanjang hari.”

“Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan,
kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.
Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan,
Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku;
Engkau yang selalu kupuji-puji.... Karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat.
Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu.

“Aku mau memasyhurkan nama-Mu turun temurun;
sebab itu bangsa-bangsa akan bersyukur kepada-Mu
untuk seterusnya dan selamanya.” 5
HT 81.1