Hidup yang Terbaik
29. Para Pembangun Rumah Tangga
Ia yang memberikan Hawa kepada Adam sebagai penolong yang setara, melakukan mukjizat-Nya yang pertama pada pesta nikah. Di ruang pesta itu, di mana para sahabat dan kaum kerabat sedang bergembira, Kristus memulai pelayanan-Nya untuk umum. Dengan demikian Ia menyetujui pernikahan, dan mengakuinya sebagai satu lembaga yang dibentuk-Nya Sendiri. Ia mengurapi laki-laki dan perempuan supaya dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang kudus, untuk mengasuh keluarga yang para anggotanya, yang dimahkotai dengan kemuliaan, harus diakui sebagai anggota-anggota keluarga surgawi. HT 335.1
Kristus menghormati hubungan pernikahan dengan menjadikannya juga sebagai lambang hubungan antara Dia dengan umat tebusan-Nya. Ia Sendiri Pengantin laki-laki itu; sedang pengantin perempuan ialah jemaat, tentang siapa, sebagai pilihan-Nya, Ia katakan, “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.” 1 HT 335.2
Kristus “telah mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya... dengan cemerlang, tanpa cacat dan kerut atau yang serup itu.” “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya.” 2 HT 335.3
Ikatan keluarga adalah ikatan yang paling erat, paling lembut dan kudus, dari ikatan apa pun di dunia ini. Ikatan itu dimaksudkan untuk menjadi suatu berkat bagi umat manusia. Dan itu menjadi berkat apabila sumpah pernikahan itu diadakan dengan cermat, dalam rasa takut akan Allah, dan dengan pertimbangan penuh akan tanggung jawabnya. HT 335.4
Mereka yang memikirkan pernikahan seharusnya memikirkan bagaimana nanti tabiat dan pengaruh keluarga yang mereka akan ban itu. Waktu mereka menjadi orangtua, satu kepercayaan yang suci dipgun cayakan kepada mereka. Pada mereka tergantung suatu bagian yang besar dari kesejahteraan anak-anak mereka di dunia ini, dan kebahagiaan mereka di dunia yang akan datang. Sampai sekian jauh merekalah yaang menentukan tanda fisik dan moral apa yang diterima oleh anak-anak kecil itu. Dan pada tabiat rumah tangga inilah bergantung keadaan masyarakat; bobot dari pengaruh setiap rumah tangga akan menentukan naikturunnya timbangan. HT 336.1
Memilih teman hidup seharusnya adalah demi menjamin kesejahteraan jasmani, pikirani, dan rohani orangtua dan anak-anak, sehingga menyanggupkan orangtua dan anak-anak untuk menjadi berkat bagi sesama manusia dan menghormati Khalik. HT 336.2
Sebelum menerima tanggung jawab yang terkait dalam pernikahan pria dan wanita muda seharusnya sudah mempunyai pengalaman praltis dalam kehidupan yang akan mempersiapkan mereka untuk tugas-tugas dan beban-beban rumah tangga. Pernikahan dalam usia dini tidak dia anjurkan. Dalam suatu hubungan yang demikian penting seperti pernikahpa dan yang begitu luas akibatnya jangan dimasuki dengan terburu-buru tanan persiapan yang matang, dan sebelum kemampuan mental dan fisik berkembang dengan baik. HT 336.3
Kedua belah pihak mungkin tidak mempunyai kekayaan dunia tetapi mereka harus memiliki berkat kesehatan yang jauh lebih pentian Dalam banyak kasus, seharusnya usia tidak jauh beda. Melalaikan atun ini dapat mengakibatkan kelumpuhan kesehatan pada pihak yang lelah HT 336.4
“Hai suami, kasihilah is terimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” 3 muda. Sering anak-anak kehilangan kekuatan fisik dan mental: Mereka tidak dapat menerima pengasuhan dan persahabatan dari orangtua yang sudah lanjut usia sebagaimana dituntut oleh kehidupan mereka yang masih muda, dan mereka akan merasa terpukul atas kematian ayah atau ibu pada saat kasih sayang dan bimbingan paling mereka butuhkan.
Hanya dalam Kristuslah ikatan pernikahan dapat dibentuk dengan aman. Kasih manusia harus menarik ikatannya yang paling erat dari kasih Ilahi.Hanya di mana Kristus berkerajaan didapati kasih sayang yang mendalam, sejati dan tidak mementingkan diri. HT 337.1
Kasih adalah karunia yang berharga yang kita terima dari Yesus. Kasih sayang yang murni dan kudus bukanlah suatu perasaan, tetapi suatu prinsip. Mereka digerakkan oleh kasih yang murni bukanlah tidak mem-punyai pertimbangan sehat atau pun buta. Dengan diajar oleh Roh Kudus mereka mengasihi Allah di atas segala sesuatu, dan sesama manusia seperti diri sendiri. HT 337.2
Biarlah mereka yang sedang berpikir untuk menikah menimbang setiap perasaan dan memperhatikan setiap perkembangan tabiat di dalam diri seorang dengan siapa mereka merencanakan untuk mempersatukan tujuan hidup mereka. Hendaklah setiap langkah menuju jenjang pernikahan ditandai dengan kepantasan, kesederhanaan, ketulusan, dan suatu maksud yang sungguh-sungguh untuk menyukakan dan menghormati Allah. Pernikahan mempengaruhi baik kehidupan selanjutnya di dunia ini maupun di dunia yang akan datang. Orang Kristen yang tulus tidak akan membuat rencana yang tidak bisa disetujui Allah. HT 337.3
Jika engkau diberkati dengan orangtua yang takut akan Allah, carilah nasihat mereka. Ungkapkanlah harapan-harapan dan rencanamu kepada mereka, dapatkanlah pelajaran yang diajarkan dalam pengalaman hidup mereka maka engkau akan luput dari banyak sakit hati. Di atas segalanya, jadikanlah Kristus sebagai penasihatmu. Pelajarilah firman-Nya dengan doa. HT 337.4
Dengan tuntunan demikian biarlah seorang gadis muda hanya mau menerima sebagi teman hidup seorang yanf memiliki ciri-ciri tabiat yang murni dan jantan, seorang yang tekun, mempunyai cita-cita seorang yang jujur dan takut akan Allah. Hendaklah seorang pria muda mencari seorang untuk berdiri di sampingnya, yang cocok untuk sama-sama memikul beban hidup, seorang yang pengaruhnya akan mengagungkan dan menghaluskan dia, dan yang akan membuatnya bahagia dalam cintanya. HT 337.5
“Isteri yang berakal budi adalah karunia Tuhan.” “Hati suaminya percaya kepadanya,.... Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.” “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia” katanya “Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.” Dia yang mendapatkan seorang istri seperti itu “mendapat sesuatu yang baik dan ia diperkenan Tuhan.” 4 HT 338.1
Betapa pun cermatnya dan bijaksananya memasuki pernikahan, sedikit saja pasangan yang dipersatukan dengan selengkapnya ketika upacara pernikahan berlangsung. Penyatuan sesungguhnya dari dua insan dalam ikatan pernikahan adalah pekerjaan bertahun-tahun kemudian. HT 338.2
Sementara kehidupan dengan beragam bebannya menyongsong pasangan yang baru menikah itu, percintaan yang begitu sering dibayangkan dalam pernikahan itupun lenyap. Suami dan istri saling mempelajari tabiat masing-masing yang tidak mungkin mempelajarinya dalam pergaulan mereka sebelumnya. Kebahagiaan dan manfaat seluruh kehidupan masa depan mereka tergantung pada cara yang benar yang mereka lakukan sekarang. Sering mereka melihat dalam diri satu sama lain kelemahan-kelemahan dan cacat yang tak diduga; tetapi kedua hati yang dipersatukan oleh cinta itu akan melihat juga kelebihan-kelebihan yang sampai saat itu belum diketahui. Biarlah keduanya berupaya mencintai kelebihan-kelebihan ketimbang kekurangan-kekurangan dalam diri pasangannya. Sering itu adalah sikap kita sendiri atau suasana yang mengelilingi kita, yang menentukan apa yang akan nyata kepada masingmasing pihak. Ada banyak orang yang menganggap bahwa pernyataan cinta sebagai sesuatu kelemahan, dan mereka memelihara suatu pendirian yang menolak orang lain. Roh seperti ini akan menghambat arus rasa simpati. Sementara desakan sosial dan kemurahan hati tertekan, hal itu akan makin kusut, dan hati menjadi kesepian dan beku. Kita harus waspada terhadap kesalahan seperti ini. Cinta tidak akan bertahan lama tanpa pernyataan. Janganlah hati seseorang yang dihubungkan denganmu itu lapar karena kekurangan kebaikan dan simpati. HT 338.3
Meskipun kesulitan, kebingungan dan kekecewaan bisa timbul, janganlah suami atau pun istri menyimpan perasaan bahwa penyatuan mereka itu adalah satu kesalahan atau kekecewaan. Bertekadlah untuk menjadi segala yang mungkin dilakukan demi masing-masing. Teruskanlah perhatian-perhatian yang mula-mula. Dengan segala cara saling menguatkan untuk menghadapi pergumulan hidup. Belajarlah untuk memajukan kebahagiaan satu dengan yang lain. Biarlah ada kasih yang saling menguntungkan, dan ketabahan yang saling menguntungkan. Maka pernikahan, gantinya menjadi akhir dari cinta akan menjadi bagaikan permulaan cinta. Kehangatan persahabatan sejati, cinta yang mengikat hati dengan hati, merupakan suatu cicipan awal kegembiraan di surga. HT 339.1
Di setiap keluarga ada suatu lingkaran suci yang harus dijaga jangan sampai putus. Dalam lingkaran ini tidak ada orang lain yang berhasil memasukinya. Janganlah sang suami atau istri mengizinkan orang lain ikut mengetahui rahasia-rahasia yang hanya menjadi milik mereka saja. Biarlah masing-masing memberikan kasih gantinya meminta. Tumbuhkanlah apa yang paling mulia dalam dirimu, dan cepatlah mengenal kualitas-kualitas yang baik dalam diri masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya dihargai adalah perangsang dan kepuasan yang luar biasa. Simpati dan rasa hormat mendorong usaha mengejar kelebihan, dan cinta itu sendiri berkembang sementara itu merangsang kepada tujuan yang lebih mulia. HT 339.2
Baik suami atau istri tidak harus memadukan kepribadiannya satu sama lain. Masing-masing mempunyai hubungan pribadi dengan Allah. Kepada-Nya masing-masing harus bertanya, “Manakah yang benar?” “Manakah yang salah?” Bagaimanakah saya bisa dengan sebaik-baiknya mencapai tujuan hidup?” Biarlah kekayaan kasih sayangmu mengalir kepada Dia yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagimu. Jadikanla Kristus yang pertama dan terakhir dan yang terbaik dalam segala hal. Sementara kasihmu terhadap Dia semakin kuat dan mendalam, maka cintamu terhadap satu sama lain akan dimurnikan dan dikuatkan. HT 339.3
Roh yang dinyatakan Kristus terhadap kita adalah roh yang harus dinyatakan oleh suami istri kepada satu dengan yang lain. “Dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu.” “Sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian juga isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya bagi nya.” 5 HT 340.1
Baik suami atau istri jangan berusaha menguasai yang lain secara semena-mena. Janganlah mencoba memaksa yang lain untuk menyerah kepada keinginanmu. Engkau tak dapat melakukan ini sambil mempertahankan cinta kasih pasanganmu. Bersikaplah ramah, sabar, tabah, punya perasaan, dan sopan. Dengan rahmat Allah engkau dapat berhasil untuk membahagiakan satu dengan yang lain, sebagaimana dalam sumpah pernikahan itu engkau telah berjanji untuk melakukannya. HT 340.2