Hidup yang Terbaik
Mara dan Elim
Sekarang ini Elim dengan pohon palem dan mata air,
Dan naungan yang menggembirakan di padang pasir gersang;
Kemarin di Mara, semuanya batu dan pasir,
Kesuraman dan kesepian yang tak terlindung.
Namun padang pasir yang sama menampung keduanya,
Angin panas yang sama mengembara di atas tanah yang lengang;
Lembah dataran rendah yang sama menaungi keduanya,
Dan gunung-gunung yang sama mengelilingi keduanya.
Demikianlah dengan kita di bumi ini, dan
Demikianlah aku teringat itu pernah ada;
Yang pahit dan yang manis, yang susah dan yang gembira,
Tergelar bersama, hanya sehari berselang.
HT 243.2
Terkadang Allah mengubah yang pahit jadi manis,
Terkadang Ia memberi kita mata air yang nyaman;
Terkadang Ia melindungi kita dengan tiang awan-Nya, dan
Terkadang dibawa-Nya ke bawah naungan pohon palem.
Apakah sebabnya? Waktunya tidak lama lagi;
Mara dan Elim akan sama-sama dilewati;
Mata air dan pohon-pohon palem di belantara segera lewat,
Kita tiba di “Kota Allah kita” pada akhirnya.
Oh negeri bahagia! Di seberang bukit-bukit lengang ini,
Di mana pancaran air kekal menyemburkan keriangan;
Oh Firdaus yang suci! Di atas segala langit,
Di mana kita akan mengakhiri pengembaraan di belantara ini.
HT 244.1
—Horatius Bonar