Pendidikan

54/55

Menemui Disiplin Hidup

Di seberang disiplin rumah tangga dan sekolah, semua orang harus menemui disiplin hidup yang keras. Bagaimana menemui hal ini dengan bijaksana merupakan suatu pelajaran yang harus dijelaskan kepada tiaptiap anak dan orang muda. Memang benar bahwa Allah mengasihi kita, bahwa Ia bekerja demi kebahagiaan kita, dan bahwa jikalau hukumNya telah selalu ditaati, maka kita tidak pernah mengenal penderitaan; dan tidak kurang benarnya, bahwa di dunia ini, sebagai akibat dosa, penderitaan, kesusahan, beban hidup, menimpa setiap hidup. Kita dapat membuat anak-anak dan orang muda menjadi baik seumur hidup dengan mengajar mereka untuk menghadapi kesusahan-kesusahan dan tanggungan-tanggungan ini dengan berani. Sementara kita harus menunjukkan simpati kepada mereka, janganlah sampai memupuk perasaan kasihan kepada diri sendiri. Apa yang mereka butuhkan ialah yang merangsang dan menguatkan, bukan yang melemahkan. Pd 229.3

Mereka harus diajar bahwa dunia ini bukanlah lapangan pawai, tetapi suatu medan pertempuran. Semua dipanggil untuk menanggung kesukaran, sebagai serdadu yang baik. Mereka harus menjadi kuat dan perkasa seperti kaum pria. Biarlah mereka diajar bahwa ujian yang benar terhadap tabiat terdapat dalam kerelaan memikul beban, menempati tempat yang sukar, melaksanakan pekerjaan yang harus diselesaikan, walaupun hal itu tidak akan membawa upah atau ketenaran dunia. Pd 230.1

Cara yang benar mengatasi kesukaran bukan dengan jalan menghindarkannya tetapi dengan jalan mengubahnya. Ini berlaku kepada semua disiplin baik pada permulaan maupun pada akhirnya. Kelalaian mendidik anak pada saat pertama, dan seterusnya, memperkuat kecenderungan yang salah, akan membuat pendidikannya kemudian menjadi sulit, dan menyebabkan disiplin terasa sebagai proses yang sangat menyakitkan. Yang menyakitkan itu haruslah sifat yang lebih rendah, menggusarkan, sebagaimana adanya, keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang biasa; tetapi rasa sakit dapat menghilangkan kesukaan yang lebih tinggi. Pd 230.2

Biarlah setiap anak dan orang muda diajar bahwa setiap kesalahan, setiap kekeliruan, setiap kesulitan, kekalahan, menjadi batu loncatan kepada perkara-perkara yang lebih baik dan lebih tinggi. Dengan melalui pengalaman yang demikianlah semua orang yang pernah membuat hidup itu berharga, untuk orang-orang yang mencapai kemajuan. Pd 230.3

“Ketinggian yang dicapai dan dipegang oleh orang-orang besar
Tidak dicapai dengan sekali terbang,
Tetapi mereka, sementara teman-temannya pulas,
Bekerja keras di waktu malam.”

“Kita naik di atas benda-benda yang ada di bawah kaki kita;
Dengan apa yang telah kita kuasai dengan baik dan capai;
Dengan kesombongan yang dibuang dan nafsu yang dimatikan,
Dengan menaklukkan penyakit yang setiap saat kita temukan.”

“Segala perkara yang lumrah, peristiwa sehari-hari,
Yang mulai dan berakhir setiap saat,
Kesenangan-kesenangan kita dan ketidaksenangan kita,
Ada di sekeliling yang olehnya kita dapat naik.
Pd 230.4

Kita harus “tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan, adalah kekal.” II Korintus 4:18. Perubahan yang kita buat dalam penyangkalan terhadap kecenderungan-kecenderungan dan keinginankeinginan yang mementingkan diri sendiri adalah suatu perubahan dari ketidakberhargaan, dan suatu peralihan untuk harga yang mahal sekali, dan tahan lama. Ini bukan pengorbanan, tetapi hasil yang kekal. Pd 230.5

“ Sesuatu yang lebih baik” adalah kata pengawal pendidikan, undangundang kehidupan yang sejati. Apa saja yang Kristus minta kita tinggalkan. Ia menawarkan penggantinya yang lebih baik. Sering orang-orang muda menyukai sasaran, mengadakan pengejaran, dan bersenang-senang atas yang tampaknya tidak jahat, tetapi semua itu tidak membawa kebaikan. Mereka menyelewengkan kehidupan itu dari cita-citanya yang paling mulia. Menuding sewenang-wenang atau mencela secara langsung, tidak akan berhasil dalam memimpin orang-orang muda ini untuk melepaskan apa yang mereka sayangi. Biarlah mereka diarahkan kepada sesuatu yang lebih baik dari pada pertunjukan, ambisi, atau pemanjaan diri. Bawalah mereka berhubungan dengan keindahan yang lebih benar, dengan prinsip yang lebih tinggi, dan dengan kehidupan yang lebih mulia. Pimpinlah mereka memandang yang Satu itu “yang semuanya indah.” Bila sekali saja pandangan diarahkan kepadaNya, maka hidup itu menemukan pusatnya. Semangat yang berkobar-kobar, pengabdian yang pasrah, hasrat yang bergairah, dari orang-orang muda, di sini, menemukan sasarannya yang sejati. Kewajiban menjadi suatu kesenangan dan pengorbanan menjadi suatu kegembiraan. Menghormati Kristus, menjadi serupa dengan Dia, bekerja bagi Dia, adalah cita-cita kehidupan yang tertinggi dan kesukaannya yang terbesar. Pd 231.1

“Kasih Kristus yang menguasai.” II Korintus 5:14. Pd 231.2