Iman dan Perbuatan

64/79

Bab 14 - Pengalaman Pembenaran oleh Iman Diuraikan

(Bagian dari artikel Review and Herald, 4 November 1890, berjudul: Kristus Jalan Kehidupan. “Diterbitkan dalam Selected Messages, jld. 1, hlm 365-368.)

“Jesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: ‘Waktunya telah genap: Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”‘ (Markus 1:14, 15). IP 171.1

Pertobatan terikat dengan iman dan dinyatakan oleh Injil sebagai sesuatu yang sangat penting sehubungan dengan keselamatan. Paulus berkhotbah tentang pertobatan katanya, “Aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus” (Kisah 20:20, 21). Tidak ada keselamatan tanpa pertobatan. Tidak ada orang yang tidak mau bertobat dapat percaya kepada kebenaran di dalam hatinya. Pertobatan yang dijelaskan oleh Paulus adalah kesedihan Ilahi terhadap dosa “menghasilkan pertobatan yang membawakan keselamatan” (2 Korintus 7:10). Pertobatan tidak melayakkan mereka, tetapi mempersiapkan hati untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat satu-satunya, harapan tunggal bagi orang berdosa yang telah hilang. IP 171.2

Sebagaimana orang berdosa melihat kepada hukum, rasa bersalah timbul dalam hatinya dan menyadarkan dia, dan dia merasa terhukum olehnya. Penghiburan dan harapan satu-satunya adalah melihat salib di Kalvari. Sebagaimana ia bergantung pada janji-janji, yang terdapat dalam Firman-Nya, kelegaan dan damai datang ke dalam jiwanya. Ia ber-kata, “Tuhan, Engkau telah berjanji untuk menyela-matkan siapa saja yang datang pada-Mu atas nama Anak-Mu. Aku telah sesat, tak berdaya, jiwaku tak berpengharapan. Tuhan, selamatkan aku, atau aku akan binasa.” Imannya bersandar pada Kristus, dan dia dibenarkan di hadapan Allah. IP 171.3

Tetapi sementara Allah berlaku adil, dan mem-benarkan orang berdosa melalui kemurahan-Nya, tidak ada manusia yang dapat menutupi jiwanya dengan jubah kebenaran Kristus sementara masih melakukan dosa yang ia sadari atau masih melalaikan tugas yang ia tahu. Allah membutuhkan penyerahan seluruhnya dari hati, sebelum pembenaran terjadi dalam dirinya; dan agar manusia dapat mempertahankan pembenaran, harus ada penurutan yang berkesinambungan, melalui iman yang hidup dan aktif yang bekerja oleh kasih yang memurnikan jiwa. IP 172.1

Yakobus menulis tentang Abraham dan berkata: “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatanperbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ Jadi kamu lihat bahwa ma-nusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatan-Nya dan bukan hanya karena iman” (Yakobus 2:21-24). Agar manusia dapat dibenarkan berdasarkan iman, iman harus mencapai satu titik yaitu iman mengendalikan kasih dan keinginan hati; dan oleh karena penurutan, iman itu dijadikan sempurna. IP 172.2