Seruan Khidmat

Pasal 5 - Sentimentalisme

Saya mengetahui sejumlah kasus di mana para wanita menganggap bahwa pernikahannya adalah sebuah malapetaka. Mereka telah membaca novel-novel hingga imajinasi mereka menjadi buruk dan mereka hidup di dunia khayalan sendiri. Mereka berpikir bahwa mereka adalah wanita yang memiliki pikiran yang peka, memiliki kualitas yang lebih dari orang lain, dan halus teratur. Mereka merasa bahwa mereka adalah seorang yang sangat menderita, penuh pengorbanan karena dalam pikiran mereka merasa sang suami tidak begitu sopan, tidak memiliki kualitas-kualitas unggul sehingga mereka dapat menghargai kebajikan dan keteraturan diri sendiri yang mereka piker mereka miliki. Para wanita ini telah membicarakan masalah ini, memikirkannya sehingga hampir menjadi seperti orang gila mengenai perihal tersebut. Mereka membayangkan nilai mereka yang lebih unggul daripada orang lain, dan karena perasaan mereka yang halus maka tidak baik bagi mereka untuk bergaul dengan manusia yang biasa saja. SK 103.1

Para wanita seperti ini telah merusak pikirannya dengan bacaan novel, mengkhayal, dan membangun istana dengan hidup dalam dunia imajinasi. Mereka tidak membawa pikiran mereka ke tugas sederhana yang bermanfaat di dunia nyata. Mereka tidak memikul beban kehidupan yang terbentang di hadapan mereka dan tidak berusaha untuk membuat rumah menjadi tempat yang bahagia dan menyenangkan bagi suami. Para istri ini bergantung pada suami mereka tanpa turut menanggung bebannya sendiri. Mereka mengharapkan orang lain untuk mengetahui dan memenuhi keinginan mereka, sementara mereka bebas untuk mencari-cari kesalahan dan mengkritik sesuka mereka. Para wanita seperti ini memiliki sentimentalisme mabuk asmara, secara terus menerus berpikir bahwa mereka tidak dihargai dan sang suami tidak memberikan mereka perhatian sebagaimana mestinya. Mereka menganggap diri mereka adalah seorang martir. SK 103.2

Kebenarannya adalah jika saja mereka mau membuktikan bahwa mereka berguna, maka nilai mereka akan dihargai. Akan tetapi, ketika mereka selalu meminta perhatian dan simpati dari orang lain tanpa merasa harus melakukan hal yang sama, malah menunjukkan ketidakpedulian kepada orang lain, dingin, tidak bisa didekati, dan tidak meringankan beban orang lain, atau turut bersimpati bersama mereka yang sedang dalam kesengsaraan, maka didalam kehidupan mereka hanya ada sedikit yang berharga dan bernilai. Para wanita ini telah menuntun diri sendiri untuk berpikir bahwa mereka telah merendahkan diri untuk menikahi suami mereka sehingga perencanaan mereka yang baik tidak akan pernah dihargai seutuhnya dan mereka pun bertindak sesuai dengan pikiran tersebut. SK 104.1

Mereka melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang salah. Mereka tidak pantas bagi suami mereka. Mereka adalah beban bagi suami yang menguras perhatian dan kesabarannya. Padahal pada saat yang bersamaan, mereka bisa saja menjadi penolong yang meringankan beban kehidupan bersama suaminya daripada mengkhayal dunia tidak nyata yang ada dalam novel dan cerita roman picisan. Semoga Tuhan mengasihani para pria yang terikat dengan istri yang tidak berguna itu, yang hanya bisa ditunggui untuk makan, berpakaian, dan bernapas. SK 105.1

Para wanita yang merasa memiliki perasaan yang sensitif dan karakter berkelas ini menjadi istri dan ibu yang tidak berguna. Seringkali yang terjadi adalah hati mereka menjauh dari suami mereka yang merupakan pria handal dan praktis dan mereka memberikan banyak perhatian kepada pria lain. Dengan sentimentalisme cinta, mereka menarik simpati orang lain, menceritakan pencobaan dan masalah mereka, harapan mereka untuk melakukan pekerjaan yang besar dan mulia, serta menyatakan fakta bahwa pernikahan mereka mengecewakan. Pernikahan mereka adalah sebuah penghalang untuk dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka bisa lakukan. SK 105.2

Oh! Betapa kemalangan muncul di keluarga yang seharusnya bisa bahagia. Para wanita ini adalah kutukan bagi diri mereka sendiri dan bagi suami mereka. Dalam membayangkan bahwa diri mereka seperti malaikat, tampak kebodohan mereka, dan mereka tidak ada artinya kecuali sebagai beban yang berat. Mereka meninggalkan jalan yang lurus dan mengabaikan tugas rumah tangga sehari-hari yang ditugaskan Tuhan bagi mereka. Mereka gelisah dan mengeluh, selalu mencari pekerjaan yang mudah, lebih mulia, dan menyenangkan. Mereka berpikir bahwa mereka adalah malaikat, tetapi mereka hanyalah manusia biasa. Mereka bertingkah, suka mengeluh, tidak puas, dan cemburu kepada suami karena sebagian besar waktu suami tidak dihabiskan untuk mendampingi mereka. Mereka mengeluh merasa disia-siakan ketika suami mereka sedang menjalankan pekerjaannya. Setan mudah mencobai para wanita yang seperti ini. Mereka tidak memiliki kasih yang sejati untuk orang lain kecuali untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi, Setan membisikkan kepada mereka bahwa jika saja suami mereka orang lain, maka mereka akan bahagia. Mereka merupakan sasaran yang empuk untuk menjadi alat Setan, mudah dibujuk untuk merendahkan suaminya, dan melanggar hukum Tuhan. SK 105.3

Kepada wanita-wanita ini saya ingin mengatakan bahwa kalian dapat membangun kebahagiaan kalian sendiri atau kalian dapat menghancurkannya. Kalian bisa menjadikan keadaan saat ini bahagia atau tidak tertahankan. Jalan yang kalian pilih akan membawa kalian pada kebahagiaan atau kemalangan. Tidakkah para wanita ini pernah berpikir bahwa suami mereka pasti lelah melihat ketidakbergunaan mereka, dengan keluhannya, dengan sifat mereka yang suka mencari kesalahan, dengan kegemaran mereka menangis, sementara membayangkan bahwa kasus mereka begitu menyedihkan? Kelakuan istri yang menjengkelkan dan suka mengeluh akan melunturkan cinta suami serta mendorong suami untuk mencari simpati, kedamaian, dan kenyamanan di tempat lain selain di rumah. Suasana yang beracun ada di rumah. Rumah pun menjadi tempat yang tidak terdapat ruang untuk beristirahat atau kedamaian dan kebahagiaan. Para suami ini adalah sasaran godaan Setan dan cintanya ditempatkan di objek yang terlarang, ditarik pada kejahatan, dan pada akhirnya hilang. SK 106.1

Pekerjaan dan misi para wanita khususnya bagi mereka yang adalah istri dan ibu, sangatlah besar. Mereka bisa saja menjadi berkat bagi orang- orang di sekitarnya. Mereka bisa saja menjadi pengaruh kuat untuk kebaikan. Wanita bisa menjadi pengaruh yang mengubahkan jika saja ia mau menyerahkan jalan dan kemauannya kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan mengendalikan pikirannya, kasih sayangnya, dan dirinya. Dia bisa memiliki pengaruh yang akan memurnikan dan memuliakan orang-orang yang berhubungan dengannya. Akan tetapi, biasanya ia tidak sadar atas kuasa yang ia miliki ini. Ia menggunakan sebuah pengaruh dengan tidak disadari. Pengaruh tersebut bekerja secara alami dari sebuah kehidupan yang dikuduskan, dan sebuah hati yang diperbaharui. Pengaruh tersebut merupakan buah yang tumbuh secara alami dari pohon baik yang ditanam oleh Ilahi. Diri sendiri dilupakan dan bersatu di dalam kehidupan Kristus. Baginya menjadi kaya dalam perbuatan baik adalah hal yang wajar sama seperti bernapas. Ia hidup untuk kebaikan orang lain, namun demikian dapat mengatakan bahwa saya adalah hamba yang tidak berguna. SK 107.1

Tuhan telah memberikan misi kepada wanita. Jika ia dengan cara yang sederhana melakukan yang terbaik, membuat rumahnya seperti surga, dan dengan setia dan kasih melaksanakan tugas rumah tangganya bagi suami dan anak-anak, terus berusaha agar cahaya suci bersinar dari kehidupannya yang berguna, suci, dan baik untuk menerangi semua yang di sekitarnya, maka ia sedang melakukan tugas yang diberikan Tuannya, dan akan mendengar suara ini keluar dari bibir Ilahi, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Para wanita yang melakukan apa yang dapat dikerjakan tangannya dengan kerelaan dan roh yang riang, menolong suaminya menanggung beban, serta mendidik anaknya bagi Tuhan adalah misionaris yang tertinggi. Mereka terlibat dalam cabang pekerjaan agung yang penting yang harus diselesaikan di bumi ini yaitu untuk mempersiapkan manusia fana untuk kehidupan yang lebih tinggi. Mereka akan menerima upahnya. Anak-anak harus dididik bagi Surga dan layak untuk bersinar di pengadilan di Kerajaan Tuhan. Ketika orang tua, khususnya para ibu, merasakan pentingnya tanggung jawab dari pekerjaan yang Tuhan berikan ini, mereka tidak akan sibuk dengan urusan tetangga yang bukan urusan mereka. Mereka tidak akan ikut bergosip dari rumah ke rumah, membicarakan kesalahan dan ketidak konsistenan tetangga mereka. Mereka akan merasakan beban yang begitu besar untuk merawat anak mereka sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mencela tetangga mereka. Tukang gosip dan pembawa kabar burung adalah kutukan mengerikan bagi lingkungan dan gereja. Dua pertiga dari masalah dalam gereja muncul dari sumber ini. SK 108.1

Tuhan mengharuskan semua orang agar menjalankan tugasnya dengan setia. Tugas inilah yang sering diabaikan oleh banyak orang Kristen sekarang ini. Orang seringkali melupakan tugasnya terutama para wanita yang saya ceritakan, yang membayangkan bahwa diri mereka lebih tinggi daripada orang-orang di sekitarnya. Kenyataan bahwa hal itu ada dalam pikiran mereka menunjukkan bahwa mereka adalah seseorang yang lebih rendah, sempit, sombong, dan egois. Mereka merasa lebih tinggi diatas orang miskin yang rendah hati dan sederhana. Orang-orang demikianlah yang Yesus katakan telah la panggil. Mereka selalu berusaha untuk mengamankan posisi, mendapatkan pujian, serta diakui karena melakukan pekerjaan besar yang tidak bisa dilakukan orang lain. Akan tetapi keindahan mereka terganggu jika harus berhubungan dengan orang-orang yang sederhana dan kurang beruntung. Seluruh pikiran mereka adalah salah. Alasan mereka menghindari tugas yang kurang menyenangkan adalah karena keegoisan mereka yang besar. Cinta diri adalah pusat dari semua tindakan dan motif mereka. SK 109.1

Tuhan di Surga, yang disembah malaikat, yang penuh dengan kehormatan, keindahan, dan kemuliaan, datang ke dunia dalam wujud manusia biasa, dan tidak menjadikan kemuliaan-Nya sebagai alasan untuk menjauhkan diri dari orang- orang yang malang. Ia bekerja di antara mereka yang menderita, miskin, putus asa, dan yang membutuhkan. Kristus adalah wujud dari kemurnian dan kesucian. Hidup dan karakternya mulia, namun demikian Ia bekerja untuk mereka yang hina dan melarat, bukan di antara orang yang berpangkat dan dihormati dunia. “Aku datang,” kata Guru Ilahi, “untuk menyelamatkan yang hilang.” Ya, Tuhan selalu bekerja untuk menolong mereka yang paling membutuhkan pertolongan. Biarlah teladan Kristus membuat malu orang- orang yang begitu tertarik atas diri mereka yang malang sehingga dengan alasan-alasannya berpikir bahwa untuk menolong orang yang paling tidak berdaya adalah di bawah selera murni dan panggilan tertinggi mereka. Dengan demikian mereka telah meninggikan diri lebih daripada Tuhan dan akhirnya akan terkejut karena menemukan bahwa diri mereka ternyata lebih rendah daripada orang- orang itu untuk bergaul, bekerja dengan mereka, mengejutkan sifat sopan dan sensitif mereka. Adalah benar bahwa ikut bekerja bersama Tuhan dalam menolong orang yang paling kesulitan tidak selalu menyenangkan. Akan tetapi, Kristus merendahkan diri-Nya dalam melakukan pekerjaan ini. Apakah seorang hamba lebih besar daripada Tuannya? Ia telah memberi teladan dan mengajak kita untuk mengikutinya. Tugas tersebut mungkin tidak menyenangkan, tetapi itulah kewajiban kita agar pekerjaan tersebut dilaksanakan. SK 110.1

Saya merasa sangat sedih ketika melihat bahwa pria dan wanita yang sebenarnya berpotensi dan cerdas membiarkan dirinya dikendalikan hawa nafsu rendah. Mereka sebenarnya sanggup untuk mengerjakan perbuatan baik dan memberikan pengaruh yang kuat jika saja mereka tidak diperhamba oleh nafsunya. Mereka telah mendengarkan khotbah yang paling serius, seminar rohani yang mengesankan tentang penghakiman, yang sepertinya membawa mereka ke hadapan pengadilan Tuhan, yang menyebabkan mereka takut dan gemetar. Namun belum satu jam berlalu mereka kembali kepada dosa kesayangan mereka dan mencemarkan tubuh mereka sendiri. Mereka adalah hamba dari kejahatan yang mengerikan ini sehingga mereka tampaknya tidak memiliki kuasa untuk mengendalikan hasrat mereka. Kita sudah bekerja untuk beberapa orang seperti ini dengan sungguh- sungguh. Kita sudah memohon, menangis, dan berdoa untuk mereka, tetapi kita tahu bahwa ditengah-tengah segala usaha kita yang sungguh- sungguh dan kesulitan, kuasa dari kebiasaan berdosa itu telah menang. Dosa-dosa itu akan kembali dilakukan. Hati nurani dari beberapa orang yang bersalah setelah mendapat penyakit yang parah atau menjadi sadar sepenuhnya, akhirnya dibangunkan dan menyerang mereka sehingga mereka dituntun untuk mengakui kesalahan tersebut dengan penuh kerendahan hati. Sementara yang lain juga sama bersalahnya. Mereka sudah melakukan dosa itu hampir seumur hidup. Dengan tubuh yang rusak dan ingatan yang pendek, mereka sedang menuai akibat dari kebiasaan yang jahat ini, tetapi terlalu congkak untuk mengakui dosa tersebut. Mereka memiliki banyak rahasia dan suara hati mereka tidak menyesali dosa dan kejahatan yang besar ini. Mereka seperti tidak merasakan pengaruh Roh Tuhan. Mereka tidak dapat membedakan antara yang kudus dengan yang biasa. Kebiasaan melakukan hal jahat yang merendahkan martabat sehingga mencemari tubuh sendiri tidak menuntun mereka pada air mata kepahitan dan pertobatan sepenuh hati. Mereka merasa bahwa dosa itu dilakukan hanya terhadap diri mereka sendiri. Ini merupakan kesalahan. Entah mereka sakit di tubuh maupun di pikiran saja, orang lain akan merasakan akibatnya. Orang lain ikut menderita. Kesalahan dilakukan. Daya ingat menurun. Imajinasi salah. Kemudian ada kerusakan dimana-mana yang mempengaruhi secara serius orang yang tinggal dan berhubungan bersama mereka. Mereka merasa malu dan menyesal karena kesalahan itu diketahui orang lain. SK 111.1

Saya menjelaskan kasus ini untuk menggambar-kan kuasa dari kemaksiatan yang menghancurkan tubuh dan jiwa ini. Seluruh pikiran diserahkan kepada hawa nafsu. Baik intelektual maupun moral dikuasai oleh nafsu. Tubuh dan otak menjadi lemah. Nutrisi yang seharusnya digunakan untuk sistem tubuh dihambur-hamburkan. Pengurasan tenaga ini sangat besar. Saraf otak yang halus, karena digairahkan oleh aksi yang tidak alamiah, sebagian menjadi tumpul dan lumpuh. Kekuatan moral dan intelektual menjadi semakin lemah sementara hawa nafsu menjadi semakin kuat dan semakin dikuatkan karena terus dilakukan. Selera untuk makan makanan yang tidak sehat dimanjakan. Adalah mustahil untuk membangkitkan kepekaan moral untuk menghargai hal-hal surgawi bagi orang-orang yang kecanduan terhadap kebiasaan merusak diri sendiri. Kita tidak bisa membawa orang-orang seperti ini untuk bersuka di dalam kegiatan rohani. Pikiran kotor telah merampas dan mengendalikan imajinasi, membuat kagum pikiran, dan kemudian mengikuti keinginan yang hampir tidak dapat dikendalikan untuk melakukan hal yang cemar. Jika saja pikiran dididik untuk merenungkan perkara-perkara di atas, maka imajinasi akan terlatih untuk memikirkan hal yang murni dan kudus dan akan dibentengi terhadap pemanjaan yang mengerikan, merendahkan, serta menghancurkan tubuh dan jiwa. Pikiran akan terbiasa untuk terus memikirkan dengan sukacita perkara-perkara yang mulia, surgawi, murni, kudus, dan tidak akan tertarik pada pemanjaan yang bersifat rendahan, jahat, dan najis. SK 113.1

Apa yang bisa kita katakan tentang mereka yang hidup di tengah terang yang besar namun setiap hari melakukan dan mengikuti jalan dosa dan kejahatan? Kenikmatan yang menyenangkan dan terlarang ini telah menyihir dan memegang mereka serta mengendalikan seluruh tubuh mereka. Orang-orang yang bersenang-senang di dalam ketidakbenaran dan kesalahan akan musnah di luar kota Tuhan bersama dengan setiap hal yang keji. SK 114.1

Saya telah berusaha untuk membangunkan orang tua akan tanggung jawab mereka, namun mereka tetap tertidur. Anak-anakmu melakukan kemaksiatan itu dan mereka telah menipu Anda. Anda terlalu percaya kepada mereka sehingga Anda berpikir bahwa mereka terlalu baik dan polos untuk melakukan dosa seperti itu. Orang tua memanjakan dan menuruti keinginan anak mereka. Orang tua menuruti kehendak anak mereka dalam kesombongan, namun tidak mengendalikan mereka dengan tegas dan bulat. Orang tua begitu takut terhadap roh kedegilan dan keras kepala anaknya sehingga mereka takut untuk berhubungan dengan mereka, namun dosa kelalaian yang menilai buruk imam Eli akan menjadi dosa mereka juga. Nasihat dari Petrus adalah yang terbaik bagi semua orang yang berjuang untuk hidup kekal. Disampaikan kepada mereka yang memperoleh iman: SK 114.2

“Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena itu saudara-saudara, berusahalah sungguh- sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. ” 2 Petrus 1:111. SK 115.1

Kita berada dalam dunia dimana terang dan pengetahuan melimpah, tetapi banyak orang yang mengaku memiliki iman berharga yang serupa, dengan sadar tidak mau tahu. Terang ada di sekeliling mereka, tetapi mereka tidak memilikinya bagi diri mereka sendiri. Para orang tua tidak melihat pentingnya memperlengkapi diri mereka sendiri untuk mendapatkan pengetahuan dan menempatkan pengetahuan tersebut ke dalam penggunaan praktis dalam kehidupan rumah tangga mereka. Jika saja mereka mengikuti dan menghidupi nasihat dari sang rasul itu, maka mereka akan berbuah dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus. Banyak orang yang tidak mengerti pekerjaan pengudusan. Itu adalah pekerjaan yang terjadi secara bertahap. Pengudusan tidak dicapai dalam satu jam atau satu hari saja, kemudian dipertahankan tanpa adanya usaha khusus dari manusia. Banyak orang merasa bahwa mereka telah mencapainya tetapi mereka sebenarnya hanya telah mempelajari pelajaran-pelajaran pertama dalam nasihat itu. Banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan bahwa mereka harus menghormati kehidupan pernikahan. Mereka tidak berjaga-jaga jika Setan akan memanfaatkan mereka dan mengendalikan pikiran serta hidup mereka. Mereka tidak mengerti bahwa Tuhan mengharuskan mereka untuk mengontrol kehidupan pernikahan dari semua hal yang berlebihan. Hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa adalah tugas keagamaan mereka untuk mengendalikan hasrat. Mereka telah mengikat diri sendiri dalam pernikahan bersama orang pilihan mereka, sehingga mereka beralasan bahwa pernikahan telah menguduskan pemanjaan nafsu yang rendah. Bahkan pria dan wanita yang menyatakan diri saleh sekalipun menyerahkan diri pada hawa nafsu mereka dan tidak terlintas dalam pikiran mereka bahwa Tuhan meminta pertanggungjawaban mereka atas pemborosan energi yang penting, yang melemahkan kehidupan dan menguras seluruh sistem tubuh. SK 116.1

Ikatan pernikahan menutupi dosa yang paling kelam. Beberapa pria dan wanita yang menyatakan diri pengikut Kristus merendahkan tubuh mereka melalui pemanjaan hasrat yang jahat, yang membuat mereka lebih rendah dari orang yang tidak berperikemanusiaan.Mereka menyalahgunakan kuasa yang diberikan Tuhan untuk dijaga dalam kesucian dan kehormatan. Kesehatan dan kehidupan dikorbankan di atas altar nafsu rendahan. Kuasa yang lebih tinggi dan mulia ditaklukkan oleh kecenderungan nafsu binatang. Mereka yang melakukan dosa itu tidak menyadari akibat dari perbuatan mereka. Jika saja mereka bisa melihat semua penderitaan yang akan mereka dapatkan oleh pemanjaan mereka yang salah dan berdosa, maka mereka akan waspada sehingga sebagian orang akan menghindari jalan dosa yang membawa upah maut. Hidup yang menderita menimpa satu kelompok besar sehingga bagi mereka kematian lebih baik daripada hidup dan banyak dari mereka yang mati sebelum waktunya, hidup mereka dikorbankan karena perbuatan memalukan yang memanjakan secara berlebihan hawa nafsu binatang. Karena telah menikah, mereka merasa tidak melakukan dosa. SK 118.1

Para pria dan wanita ini suatu saat akan mengerti apa itu hawa nafsu dan menyaksikan akibat dari memanjakannya. Hasrat dapat menjadi sama rendahnya dalam pernikahan sama seperti jika terjadi di luar pernikahan. Rasul Paulus menasihati para suami untuk mengasihi istrinya. “Sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” Efesus 5:25, 28, 29. Bukanlah cinta sejati yang membuat pria menjadikan istrinya sebagai alat untuk memuaskan nafsunya. Itu adalah hawa nafsu binatang yang menuntut pemanjaan yang demikian. Betapa sedikit pria yang menunjukkan cintanya dengan cara yang digambarkan oleh Rasul Paulus: “Sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, untuk menguduskannya setelah ia menyucikannya,” “Supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Inilah kualitas cinta dalam pernikahan yang dipandang Tuhan sebagai kudus. Cinta itu adalah sebuah prinsip yang murni dan kudus. Sementara hawa nafsu tidak mau ditahan dan tidak mau diperintah atau dikendalikan oleh akal sehat Hawa nafsu itu buta kepada konsekuensi. Nafsu tidak mau mengerti hubungan sebab dan akibat. Banyak wanita yang menderita kelemahan besar dan terbebani oleh penyakit yang terjadi kepada mereka karena hukum tubuh manusia telah dilanggar. Hukum alam telah diinjak-injak. Kekuatan saraf otak dikuras oleh pria dan wanita karena perbuatan tidak wajar untuk memuaskan hawa nafsu yang rendah; dan monster mengerikan ini, yaitu nafsu yang keji dan rendah, dianggap sebagai cinta yang halus. SK 118.2

Banyak orang yang menyatakan dirinya Kristen lebih menyerupai binatang daripada Ilahi. Mereka sebenarnya adalah hewan. Pria seperti ini merendahkan istrinya yang mana ia telah berjanji untuk menjaga dan melindungi. Istri dibuat sebagai alat untuk melayani nafsunya yang penuh gairah dan rendah. Ada banyak sekali wanita yang menyerahkan dirinya untuk menjadi budak hawa nafsu. Mereka tidak menjaga dirinya dalam kekudusan dan kehormatan. Sang istri tidak mempertahankan harga diri dan kehormatan yang ia miliki sebelum menikah. Institusi yang suci ini seharusnya menjaga dan meningkatkan harga diri dan kekudusannya. Kemurniannya, harga dirinya, dan kesalehannya sebagai wanita telah terbakar di altar hawa nafsu dan telah dikorbankan untuk memuaskan suaminya. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi sang istri untuk kehilangan rasa hormatnya kepada suami yang tidak menghiraukan hukum-hukum yang mana hewan saja akan mematuhinya. Kehidupan pernikahan menjadi beban yang pahit sebab cinta telah padam, dan seringkali ketidakpercayaan, kecemburuan, dan kebencian muncul sebagai gantinya. SK 120.1

Tidak ada pria yang dapat mencintai istrinya dengan tulus ketika sang istri tunduk sepenuhnya untuk menjadi budaknya dan melayani nafsunya yang rendah. Istri dalam penurutannya yang pasif telah kehilangan nilai yang dulu ia miliki dipandangan suami. Sang suami melihat bahwa istrinya telah merendahkan semua hal mulia yang ia miliki dan segera ia curiga bahwa istrinya mungkin saja dengan mudahnya tunduk untuk direndahkan oleh pria lain seperti oleh dirinya. Suami meragukan kesetiaan dan kekudusan istri, menjadi bosan kepada istrinya, dan segera mencari obyek baru yang dapat menggairahkan dan menguatkan hasratnya yang jahat. Hukum Tuhan tidak dihiraukan. Para pria ini lebih buruk daripada orang-orang yang kejam. Mereka adalah Iblis dalam wujud manusia. Mereka tidak mengerti prinsip cinta sejati dan kudus yang tinggi dan mulia. SK 121.1

Istri juga menjadi cemburu kepada suaminya. Ia curiga bahwa suaminya akan selingkuh dengan wanita lain begitu mendapat kesempatan. Ia melihat bahwa suaminya tidak dikendalikan oleh hati nurani maupun takut akan Tuhan. Semua penghalang yang kudus telah diruntuhkan oleh nafsu yang rendah. Semua hal yang saleh pada suami telah menjadi hamba dari nafsu yang rendah dan kejam. SK 121.2

Dunia ini dipenuhi oleh pria dan wanita seperti ini dan terdapat neraka di dalam rumah yang mahal, indah, dan rapi. Coba bayangkan, jika Anda bisa, bagaimana jadinya anak-anak dari orang tua yang seperti ini. Tidakkah anaknya akan tenggelam lebih dalam daripada orang tuanya? Orang tua mewariskan ciri karakternya kepada anak-anaknya. Anak-anak yang dilahirkan dari orang tua seperti itu mewarisi kualitas pikiran orang tuanya yang rendah dan buruk. Kemudian Setan menyuburkan segala sesuatu yang memiliki kecenderungan rusak. Masalah yang harus dibicarakan sekarang adalah, haruskah istri terikat untuk menuruti seluruh keinginan suaminya ketika ia melihat bahwa suaminya hanya dikendalikan oleh nafsu rendah dan ketika akal sehat dan pengetahuannya yakin bahwa ia melukai tubuhnya sewaktu menuruti kemauan suaminya, tubuh yang diberikan Tuhan untuk dijaga dalam kekudusan dan kehormatan, untuk menjadi persembahan yang hidup yang berkenan kepada Tuhan? SK 121.3

Bukanlah cinta yang kudus dan murni yang memimpin istri untuk memuaskan nafsu rendah suaminya dengan mengorbankan kesehatan dan hidupnya. Jika istri memiliki cinta sejati dan hikmat, maka ia akan berusaha untuk mengalihkan pikiran suaminya dari pemuasan hawa nafsu, kepada perkara-perkara yang mulia dan rohani, dan merenungkan perkara-perkara rohani yang menarik. Mungkin merupakan keharusan bagi sang istri untuk mengatakan kepada suaminya dengan rendah hati dan penuh kasih, meskipun suaminya mungkin tidak senang, bahwa dia tidak dapat merendahkan tubuhnya untuk tunduk pada hubungan seksual yang berlebihan. Ia harus mengingatkan suami dengan cara yang lembut dan baik bahwa Tuhan memiliki hak pertama dan tertinggi atas tubuhnya yang tidak bisa ia abaikan karena ia akan diminta pertanggungjawaban pada hari penghakiman nanti. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,—dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu SK 122.1

muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” 1 Korintus 6:19, 20. “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.” 1 Korintus 7:23. SK 123.1

Jika mau, wanita dapat melakukan banyak hal melalui pengaruhnya yang bijaksana, dengan meninggikan rasa kasihnya, dan menjaga harga dirinya yang telah teruji dalam pengudusan dan kehormatan. Dalam berbuat demikian, ia dapat menyelamatkan suaminya dan dirinya sendiri, sehingga dua pekerjaan diselesaikan sekaligus dan misinya yang tinggi terpenuhi, pengudusan suaminya melalui pengaruhnya. Untuk masalah yang sukar dan sulit diselesaikan ini, hikmat dan kesabaran yang tinggi sangat dibutuhkan, begitu juga dengan keberanian moral dan ketabahan. Kekuatan dan kasih karunia dapat ditemukan lewat doa. Kasih yang tulus harus menjadi prinsip yang memerintah di hati. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada suami merupakan satu-satunya dasar yang benar dari tindakan. SK 123.2

Biarlah wanita memutuskan bahwa suaminya memiliki hak istimewa untuk menguasai tubuhnya sepenuhnya dan untuk membentuk pikiran istrinya seturut dengan keinginannya dalam segala hal, serta sependapat dalam segala sesuatu sehingga kepribadiannya hilang. Identitas istri menjadi hilang, menyatu dengan identitas suaminya. Ia hanya sebagai mesin bagi suaminya untuk digerakkan dan dikendalikan, seorang ciptaan atas kehendak dan kesenangannya. Suami berpikir bagi istri, mengambil keputusan untuknya, dan bertindak untuknya. Dengan demikian istri tidak memuliakan Tuhan dalam posisinya yang pasif. Ia memiliki kewajiban di hadapan Tuhan dan adalah tugasnya untuk memelihara dirinya. SK 124.1

Ketika istri menyerahkan tubuh dan pikirannya untuk dikendalikan suami, menuruti seluruh keinginan suami, mengorbankan hati nurani, harga diri, dan bahkan identitasnya, maka istri kehilangan kesempatan untuk mengerahkan pengaruhnya yang besar untuk kebaikan yang seharusnya ia miliki untuk membuat suaminya menjadi mulia. Istri dapat melembutkan sifat suami yang keras. Pengaruhnya yang menyucikan dapat digunakan untuk menghaluskan, memurnikan, dan membimbing suami untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengendalikan hasratnya dan lebih berpikiran rohani, sehingga mereka dapat bersama-sama mengambil bagian dalam kodrat Ilahi dan luput dari kejahatan hawa nafsu yang ada di dunia. Kuasa pengaruh ini menjadi luar biasa untuk menuntun pikiran pada perkara- perkara yang tinggi dan mulia diatas pemanjaan sensual yang rendah yang dicari secara alami oleh hati yang belum diperbaharui oleh kasih karunia. Jika istri merasa bahwa demi menyenangkan suaminya ia harus menurunkan standarnya, ketika nafsu binatang menjadi prinsip dasar kasih, mengendalikan tindakannya, maka ia tidak berkenan kepada Tuhan karena ia gagal untuk menggunakan pengaruhnya yang menguduskan kepada suaminya. Jika istri merasa bahwa ia harus menyerahkan dirinya untuk kepuasan hawa nafsu binatang suami tanpa sepatah kata bantahan, maka ia tidak mengerti tugasnya kepada suaminya maupun kepada Tuhan. Berlebihan dalam hal seksual akan dengan efektif menghancurkan cinta untuk beribadah dan mengambil substansi yang dibutuhkan untuk menutrisi sistem tubuh dari otak serta dengan efektif menguras tenaga hidup. Tidak seorang wanita pun boleh menolong suaminya dalam pekerjaan yang menghancurkan diri ini. Istri tidak akan melakukannya jika ia telah diterangi dan jika ia sungguh-sungguh mencintai suaminya. SK 124.2

Semakin hawa nafsu binatang dimanjakan dan dituruti, maka ia akan menjadi semakin kuat dan tuntutan untuk memanjakannya akan semakin hebat. Biarlah pria dan wanita yang takut akan Tuhan sadar akan tugas mereka. Banyak orang yang mengaku Kristen menderita kelumpuhan saraf dan otak karena ketidakbertarakan dalam hal ini. Kerusakan pada tulang dan sumsum dialami oleh banyak orang yang dianggap sebagai orang baik, yang berdoa dan menangis dan berdiri di posisi tinggi di gereja namun tubuhnya yang mati yang tercemar itu tidak akan dapat melewati gerbang kota suci. Oh! Sekiranya saya mampu membuat semua orang mengerti kewajiban mereka kepada Tuhan untuk menjaga mental dan tubuh mereka dalam kondisi terbaik untuk memberikan pelayanan sempurna kepada Tuhan. SK 126.1

Biarlah istri Kristen menahan kata-kata dan tindakannya dari menggairahkan nafsu rendah suaminya. Banyak istri yang sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk dihabiskan dalam hal tersebut. Sejak muda, mereka telah melemahkan otak dan tubuh mereka karena memuaskan hawa nafsu binatang. Penyangkalan diri dan pertarakan harus menjadi penjaga dalam kehidupan pernikahan sehingga ketika anak-anak dilahirkan, mereka tidak akan memiliki pikiran dan organ kecerdasan yang lemah dan hawa nafsu binatang. Kejahatan pada anak-anak terjadi di mana-mana. Bukankah ada penyebabnya? Siapa yang mewariskan ciri karakter tersebut? SK 126.2

Pikiran pria dan wanita tidak seketika jatuh dari kemurnian dan kekudusan kepada kerendahan, kerusakan, dan kejahatan. Butuh waktu untuk mengubah manusia menjadi ilahi ataupun untuk merendahkan mereka yang diciptakan menurut gambar Tuhan menjadi kejam atau seperti Setan. Dengan melihat dan memikirkan, kita menjadi diubahkan. Manusia dibentuk menurut gambaran Penciptanya. Ia dapat mendidik pikirannya agar dosa yang dulu ia benci dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya. Begitu ia berhenti untuk berjaga-jaga dan berdoa, maka ia menghentikan penjagaan untuk bentengnya, hatinya, dan terlibat dalam dosa dan kejahatan. Pikiran direndahkan dan mustahil untuk meninggikan- nya dari kejahatan sementara pikiran itu sedang dididik untuk memperbudak kuasa moral dan kecerdasan di bawah hawa nafsu yang menjijikkan. Adalah peperangan terus menerus melawan keinginan daging, dibantu oleh pengaruh yang memurnikan dari kasih karunia Tuhan yang dapat menolong meninggikan pikiran itu dan melatihnya untuk merenungkan perkara yang murni dan kudus. SK 127.1

Banyak anak yang lahir dengan kuasa nafsu binatang yang besar, sementara kecerdasan dan moral mereka bertumbuh dengan lemah. Anak- anak ini perlu dirawat dengan hati-hati agar kuasa moral dan kecerdasan mereka dapat tumbuh dan menjadi kuat dan dapat memimpin mereka. Namun anak-anak tidak dididik untuk Tuhan. Pendidikan moral dan rohani mereka diabaikan. Nafsu binatang dikuatkan secara terus menerus, sementara moral mereka menjadi semakin lemah. SK 127.2

Sebagian anak mulai membangkitkan nafsu binatangnya sejak masih kecil. Ketika mereka bertumbuh besar, hasrat mereka pun bertumbuh seiring dengan pertumbuhan mereka dan dikuatkan oleh kekuatan mereka. Pikiran mereka tidak tenang. Anak-anak perempuan menyukai pergaulan dengan anak laki-laki dan anak laki-laki pada anak-anak perempuan. Tingkah laku mereka tidak wajar dan tidak sederhana. Mereka berani dan terang-terangan mengambil kebebasan yang tidak bertanggung jawab. Kebiasaan buruk yang menyiksa diri sendiri telah merendahkan pikiran mereka dan menodai jiwa. Pikiran jahat, membaca novel, buku yang rendah, dan cerita cinta membangkitkan imajinasi mereka, cocok dengan pikiran mereka yang rusak. Mereka tidak suka bekerja. Mereka mengeluh lelah ketika disuruh bekerja. Punggung mereka sakit. Kepala mereka juga sakit. Bukankah ada penyebab yang cukup? Apakah mereka kelelahan karena pekerjaan itu? Tidak. Namun demikian, orang tua memanjakan mereka dengan mendengarkan keluhan mereka dan melepaskan mereka dari pekerjaan dan tanggung jawab. Inilah hal terburuk yang dapat dilakukan orang tua bagi anaknya. Orang tua telah menghilangkan satu-satunya penghalang bagi Setan untuk mengakses dengan bebas pikiran anak-anak yang telah menjadi lemah. Pekerjaan yang berguna dapat menjadi pelindung bagi anak dari kendali pasti Setan atas mereka. SK 128.1

Ajaran merusak yang telah merajalela, bahwa dilihat dari segi kesehatan laki-laki dan perempuan harus bergaul akrab bersama, telah menghasilkan perbuatan yang mencelakakan. Jika saja orang tua dan wali menunjukkan sepersepuluh dari kecerdasan yang dimiliki Setan, maka pertemanan dari anak laki-laki dan perempuan ini hampir tidak berbahaya. Namun, Setan sangat berhasil dalam usahanya menyihir pikiran orang muda dan pergaulan akrab antara anak laki-laki dan perempuan meningkatkan kejahatan hingga dua puluh kali lipat. Biarlah anak laki-laki dan perempuan tetap disibukkan dalam pekerjaan yang berguna. Jika mereka lelah, itu akan menurunkan kecenderungan mereka untuk menyalahgunakan tubuh mereka. SK 129.1

—E.G.W.